22 - Dream (1)

1.1K 161 39
                                    

Kesadarannya tenggelam lebih jauh dari biasanya. Jiwanya telah diseret ke sebuah dasar, Itu seolah-olah dia telah menyelami tempat terdalam dari waktu, dan tidak bisa kembali.

Segala yang ia rasakan seperti terkoyak, berantakan, dan kacau. Dunianya yang berputar-putar membuatnya mengumpat kesal.

Namun tetap, ini lebih baik karena Cale tidak merasakan rasa sakit apapun selain penglihatan yang buram dan berkunang-kunang.

'Apalagi ini?'

Saat itu, ketika semuanya kembali terasa normal, Cale membuka matanya dan menemukan dirinya berdiri di dalam kereta.

Kereta bawah tanah yang tampaknya tidak memiliki ujung itu sunyi dan berantakan, ada banyak kata-kata yang mengalir lewat udara. Seperti seutas benang yang berterbangan terbawa angin.

Cale berdiri disana dengan wajah tabah, tapi panik di dalam.

"Apakah ini ulah dewa kematian lagi?" gumamnya, lalu menggeleng yakin.

'Itu tidak mungkin.'

Tempat ini berbeda dari apa yang selalu God of Death tunjukkan padanya. Biasanya hanya ada putih tanpa apa-apa, namun kali ini Cale tidak berada di ruangan itu.

Yang menyambutnya adalah gerbong dengan kata-kata acak bertebaran.

Mengerutkan kening dalam, Cale mencoba memanggil para kekuatan kuno, namun tidak ada dari mereka yang menanggapi.

'Mengapa ini terasa sangat mengganggu?'

Perasaan tidak menyenangkan, dan dingin juga merayap melalui punggungnya ke seluruh tubuh. Cale menoleh ke samping dan jendela kereta berkedip dengan sinar redup.

Angin bergembus pelan dari sisi gerbong, dan lebih banyak kata-kata mengalir di depannya.

« skenario yang telah mereka selesaikan »

« pertempuran yang telah mereka menangkan »

Cale membaca kalimat-kalimat itu.

« perjuangan yang pada akhirnya tidak berarti »

Terdengar seperti kisah rumit yang menyedihkan. Cale menyentuh kata-kata dengan sadar, namun itu menyebar seperti percikan cahaya, dan menyatu kembali saat Cale menjauhkan tangannya.

Dia melihat kalimat lain.

« berlari untuk kembali ke titik awal »

« kehilangan »

« tangis ... »

« k ... b ... aha ... g ... a ... an »

Kalimat itu bergerak dengan lintasan yang semakin cepat, Cale tidak lagi bisa membaca apapun.

Dia meringkuk kedepan, menutupi atas kepala dengan lengan saat sekali hembusan angin membersihkan semua kata.

Jendela mulai menampilkan gambar yang kacau bersamaan dengan kalimat lain muncul di dinding kereta.

[Cale Henituse]

Itu berbicara dengannya.

"Kau berbicara denganku?"

[Iya]

"Siapa kamu?"

Dinding tidak memberinya jawaban selama beberapa saat, tapi kemudian dia mengatakannya.

[Aku 4th wall]

"Kamu apa?"

'dinding apa?'

[Aku yang membawamu kesini]

Another Meeting - Solo Leveling x TCF (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang