27

6.7K 595 51
                                    

Ada typo tandain😚
Sorry ya upnya kagak tiap hari terus, soalnya kemarin abis beresin naskah Duke life prophecy, buat kalian yang mau ikut PO gass join gcnya biar gak ketinggalan info. Inget PO tanggal 1 november jadi bisa nabung dari sekarang.

__________

Kehamilan Evano sudah menginjak bulan ke empat, rencananya ia akan mulai belajar mengurus perusahaan dengan Erwin, dipikir di rumah terus-terusan membuatnya bosan lagipula Jeano selalu di sibukkan dengan tugas kuliah. Seperti hari ini saat Jeano pergi ke kampus sedangkan dirinya pergi ke perusahaan.

Evano berusaha berdamai dengan keadaannya, ia harus bangkit. Tak peduli tatapan aneh semua orang pada pria sepertinya, selama ia memiliki uang itu tak masalah oleh karena itu Evano tak akan membiarkan usaha Marvin menurun atau bahkan sampai mengalami oleng.

Kedatangan Evano ke perusahaan menyita banyak perhatian, siapa yang tak mengenal Evano? Putra tunggal mendiang Marvin yang selalu pemimpinnya itu banggakan.

"Pagi semua," ucap Evano. Sapaannya di sambut ramah oleh para pegawai.

Saat tiba di ruang pimpinan di sana sudah ada Erwin yang menunggunya.

"Paman aku datang," ucap Evano.

"Kupikir kau tak jadi, ayo duduk." Erwin menyambut kedatangan keponakannya senang. Ia sibuk kuliah tapi ia tak sesibuk Ervin. Alhasil Erwin dengan senang hati membantu keponakannya ini, menurutnya Evano mempunyai potensi yang perlu digali. Jika membicarakan keahlihan Erwinpun sama, ia tak bisa seperti Marvin yang sudah bergelut di dunia pekerjaan selama bertahun-tahun.

Keduanya mulai membicarakan tentang perusahaan, Evano yang dulu sangat malas dengan apapun masalah perindutsrian kini berubah mempunyai tekad ingin bisa dan mampu seperti Marvin, tak akan ia biarkan usaha yang bertahun-tahun berdiri dibawah naungan ayahnya harus ambruk karena tak ada yang mengurus.

"Minumlah dulu, tak perlu kaku seperti ini Evan. Rapat dewan direksi akan di adakan siang nanti, paman harap kamu siap ya," ucap Erwin, ia memberikan segelas air.

"Terima kasih paman, tapi di sana akan ada paman juga kan?" ucap Evano gugup.

"Tentu saja, kita akan bersama di sana. Kamu harus menyimak dengan baik," ucap Erwin yang diangguki Evano.

Seharian penuh Evano menekuni semua permasalahan industri, tentang proyek yang belum selesai dan dana iklan yang belum dibayar, rasanya kepala Evano akan pecah. Sekarang ia tahu bagaimana pusingnya mencari uang, dulu ia selalu meminta apapun tanpa ada beban kepada Marvin dan sang ayah mengabulkannya dengan cepat, padahal mencari uang tak segampang memetik mangga tetangga.

Rapat dengan dewan direksi akan merundingkan pengangkatan Evano sebagai pimpinan baru di perusahaan, ia berharap ia diterima dengan baik.

Rapat dilangsungkan dengan banyak pergolakan dan banyaknya perbedaan pendapat dengan alasan Evano yang masih muda dan dalam masa mengandung, banyak yang meremehkan kemampuan Evano. Submisif itu mengerti, pasti banyak yang tak percaya padanya mau bagaimanapun selama ini Evano hanya belajar menekuni perusahaan di rumah dan baru kali ini ia datang ke perusahaan langsung.

Evano meremat celananya saat banyak yang menolak dirinya sebagai pemimpin tapi Erwin dengan tegas memberi pengertian ia memberikan dirinya sebagai jaminan jika Evano akan berhasil, Erwin bahkan dengan berani membantah setiap pendapat yang ia menurutnya tak mendasar. Ia yakin Evano memiliki potensi, ia putra Marvin yang tak perlu diragukan.

"Saya yang akan mengawasi dan membingbing beliau, jika ada kekeliruan saya yang akan menanggung atas kerugian. Beri Tuan Evano kesempatan untuk membuktikan kepada Tuan-tuan jika beliau mampu, kenapa kita harus meragukan kemampuan beliau di saat kita belum tahu cara kerjanya seperti apa," tutur Erwin.

Orang-orang dalam rapat mulai merenung dengan ucapan Erwin.

"Baik saya akan memberinya kesempatan,"

"Saya juga,"

Banyak yang memberikan lampu hijau pada Evano.

"Terima kasih pada Tuan-tuan sekalian yang memberi kesempatan dan kepercayaannya, saya akan berusaha menjadi pemimpin yang baik, kesempatan ini akan saya buktikan jika saya mampu." Evano tersenyum setelah mengatakannya.

Hari ini ia resmi menjadi pemimpin perusahaan, tepuk tangan terdengar setelah ucapan Evano. Evano akan berusaha lebih keras untuk semuanya, ia akan membuktikan jika ia bisa dan mampu.

Setelah rapat pergantian pemimpin selesai, Erwin membawanya untuk makan siang bersama.

"Bagaimana rasanya Tuan Evano?" Goda Erwin membuat semburat merah dipipi sang ponakan.

"Ini sungguh luar biasa paman, bahkan sekolahku belum tamat. Rencananya aku akan mengambil sekolah paket, lalu mulai kuliah," tutur Evano, ia akan mengimbangi pegawai perusahan.

"Ya paman akan selalu mendukung tapi jangan melupakan kesehatan eum, apalagi dalam kondisi sekarang," tutur Erwin.

Evano mengangguk, ia merasa hidupnya banyak tugas sekarang. Harus sekolah lagi, mengurus perusahaan, belum lagi tugas rumah. Evano menghembuskan napas lelah.

"Ada apa? Apa Jeano membuat masalah?" Erwin bertanya yang digelengi Evano.

"Tidak, hubungan kami masih seperti biasa, dingin. Ya setidaknya Jean tak bertingkah buruk, lagipula mungkin ia sibuk karena tugas kuliah," ucap Evano.

"Jika ada masalah dengannya jangan sungkan untuk bercerita, paman akan mengadukannya pada Ervin agar saudara kembarku yang menghajarnya, karena paman tak ahli meninju," ucap Erwin membuat Evano terkekeh.

Entahlah Jeanonya sering mengabaikannya, ia berharap Jeano lebih terbuka. Untuk saat ini Evano akan diam dengan tingkah Jeano tapi jika Jeano melebihi batas atau berani berkhianat tak akan Evano biarkan, ia akan membalas.

Evano tak sendiri, ya Evano memiliki banyak orang yang menyayanginya. Oma, paman kembar, papanya, termasuk Darel, mungkin. ia memiliki orang-orang yang mendukungnya tak akan ia biarkan dirinya terpuruk dalam kesedihan. Anggap saja itu sebagai penenang di kala ia kesepian, ia selalu meyakini dirinya jika banyak orang yang menyayanginya.

Setelah makan Evano di antar pulang oleh sang paman. Ia melambaikan tangan saat mobil Erwin keluar dari pekarangan rumah. Evano segera masuk ke dalam yang langsung mendapati Jeano tengah bersantai di ruang tengah sambil memainkan ponselnya.

"Kau sudah pulang?" Jeano bertanya sinis. "Dari mana sebenarnya kau ini?" tanyanya lagi.

Evano menghela napas. "Aku ke kantor dan mengikuti rapat dewan direksi, berhenti menatapku seperti itu," ucap Evano ia mendengus tak suka dengan tatapan tajam Jeano.

"Aku tak peduli, mau kau berkencan sekalipun. Justru akan lebih bagus jika kau sudah menyukai dominan lain," ucap Jeano.

"Jika kau tak peduli kenapa bertanya," cetus Evano, entahlah ia tak mau kalah berdebat dengan Jeano.

Jeano yang kesal melempar ponselnya, apa-apaan Evano ini?

"Ambil lagi ponselmu! Ponsel itu dibeli dengan uang, apa kau pikir mencari uang gampang, jangam berlaga seakan kau banyak uang." Evano naik pitam, untuk pertama kalinya ia mempermasalahkan uang.

Suami macam apa Jeano ini? Yang hanya diam di rumah tanpa melakukan apapun seharian dan sekarang ia marah tak mendasar sampai melemparkan ponsel, apa Jeano bodoh?

"Aku bahkan tak membelinya dengan uangmu? Kenapa kau cerewet?!" Jeano balas berteriak.

Evano mengepalkan tangannya, saat ini ia selalu terpancing emosi karena kehamilannya.

"Tapi itu juga uang Mama Gress, jadi berhenti melemparkan barang-barang yang bernilai, sudahlah aku pusing padamu!" Evano beranjak pergi membawa kekesalannya. Meninggalkan Jeano yang terdiam.



____

Ini gak tau bener atau kagak ya, gue riset lewat google soal perusahaan, yang tahu dan ngerti bisa kritik sarannya ya😚


Rain [sekuel Astrophile]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora