33

6.8K 557 61
                                    

"Dia belum mati?" Darel melipat tangannya di dada, menatap sengit pada Evano yang tengah menyuapi Jeano.

Sebenarnya ia malas mampir ke rumah sakit, tapi ia ingin memastikan Jeano mati atau belum.

"Jaga omongan kamu Rel," sahut Evano tak suka. Entah kenapa Darel selalu tak bisa bersikap santai pada Jeano.

"Kupikir dia mati, lagipula untuk apa kau rawat dia. Menambah beban saja, tak usah berlebihan dan bertingkah bodoh Evan," cetus Darel, Jeano hanya diam tak mau mengubris ucapan adik iparnya itu. Evano memutar bola matanya, ia dan Darel memang selalu cek cok.

"Sebetulnya kau ini datang ke sini ingin menjenguk atau membuat keributan dan dari mana kau tahu Jean tengah sakit?" ucap Evano.

"Tentu saja aku tahu. Aku tahu semua yang bajingan inu lakukan, jika kau kurang tahu apa saja yang dilakukan si Jean tolol itu kau bisa bertanya padaku," jelas Darel membuat kerutan di kening Evano.

"Sudahlah aku bisa muntah jika terus melihat wajah jelek dia, aku harus pergi. Saranku tinggalkan saja, biarkan dia mati sekalian." Setelah mengatakan itu Darel langsung pergi.

Evano menggelengkan kepalanya, Darel sangat memiliki mulut pedas ia bahkan sampai heran dari mana sifat itu berasal, papanya begitu lembut dan paman Kai juga baik.

"Evan maaf," ucap Jeano setelah kepergian Darel.

"Eum, sebenarnya kau dan Darel ada masalah apa? Sampai anak itu semarah itu?" ucap Evano. Tak ada asap jika tak ada api bukan? Bukan berarti ia akan menyalahkan Darel atas sikapnya, pasti ada sesuatu antara Darel dan Jeano.

"Tidak. Bukankah kami memang tak akrab?" elak Jeano.

Evano mengangguk saja, walaupun ia sebenarnya masih penasaran ada apa dengan keduanya. Tapi Evano tak mau membahasnya lagi, apalagi di saat seseorang tengah makan.

________

Seharusnya Darel pergi ke sekolah, tapi ia memutuskan untuk bolos ralat lebih tepatnya menemui jalang Jeano. Ia dengan tanpa perasaan mengetuk pintu rumah Ola dengan keras.

"Siapa?! Kenapa berisik sekali."

Terdengar suara kesal dari dalam, saat pintu terbuka Darel langsung di suguhi wajah kesal Ola yang memuakkan.

"Kau?"

"Ya, ini aku biasa saja. Wajahmu seperti tengah bertemu selebritis saja." Darel terkekeh.

"Mau apa kau ke sini?" ucap Ola sinis.

"Ck ... turunkan dagumu Nona, jangan bersikap angkuh seperti itu tak pantas jalang bersikap layaknya manusia baik," ucap Darel, memberikan percikan api pada arang yang sudah terbakar tak terlalu buruk.

"Jalang, entah hamil anak siapa, meminta pertanggung jawaban suami orang lain. Lalu menikah? Aish, betapa hina wanita dihadapanku ini, dimana harga dirimu?" ucap Darel tajam. "Ah aku lupa, kau memang tak punya harga diri," lanjutnya.

Ola mengepalkan tangannya, hatinya meradang menghadapi anak Samuel yang lain.

"Kau tak punya sopan santun sama seperti papamu," ucap Ola sontak membuat Darel mencengkram pipinya.

"Si Zilo tolol itu juga sama halnya denganmu. Jalang," ucap Darel sontak Ola terkejut mendengarnya. Dari mana Darel tahu soal papanya?

Darel tak akan pernah terima jika Samuel di hina, akan ia hancurkan mulut Ola jika berani menghina Samuel lagi.

"Katakan lagi jalang, akan kubuat hidupmu sengsara sama halnya si Zilo. Kau tahu? Papamu jalang, kau bahkan tak di akui Daddymu bukan? Karena alasan Zilo yang sudah sering menjalang, menjijikan." Darel melepas cengkramannya.

"Jangan berani menyebut nama papaku,   atau kuhancurkan hidupmu," lanjutnya.

"Oh ya, aku takut sekali ... " Ola menampilkan raut menyebalkannya, membuat Darel ingin menjejal mulut itu dengan sampah.

"Ingat ini Ola, menjauhlah dari pernikahan kakaku. Aku tak pernah main-main dengan ucapanku, jalang."

Darel melangkah pergi meninggalkan hati yang meradang, dendam yang sudah menggunung dari dulu semakin membuat Ola menambah rasa benci. Semua keluarga Samuel selalu berhasil membuatnya terluka. Menjauh dari Evano? Lelucon dari mana itu, sebelum Evano hancur tak ada yang namanya mundur. Jangankan larangan dari Darel, larangan sang nenek pun tak ia gubris.

Tak ada yang bisa menghalanginya untuk membalaskan dendam, ia masih ingat bagaimana tubuh Zilo yang terbujur kaku dan darah yang mengering di nadinya, ia masih ingat bagaimana Erlan menolaknya dan hanya neneknya saja yang mau merawatnya. Ola sakit, ia kebilangan Zilo di usianya yang masih kecil.

Kebenciannya tumbuh di saat neneknya menceritakan semuanya, mengatakan jika Zilo istri yang terbuang karena lemah dan juga pernikahannya dimasuki orang ketiga. Ola mengingat baik-baik nama-nama orang yang telah membuatnya kehilangan Zilo.

Pernah sekali, saat ia sekolah dasar ia tengah bermain di taman dan ia mendapati Evano yang sangat bahagia bersama Marvin. Di sayangi, di manja, tak pernah kekurangan semua Evano beruntung.

Pembalasan dendam terjadi karena Jeano yang mengakhiri hubungan tanpa penjelasan sampai ia tahu jika dalang dari semua itu adalah Evano. Ya, anak perebut tetap saja perebut. Ola bertekad membalas semuanya tak peduli sebesar apa risikonya.

Jeano akan meninggalkan jalang kecil macam Evano. Evano harus merasakan apa yang ia rasakan.


___

Sengaja triple up, mau pindah story ke destroyed ehehe ... baca ya😚



Rain [sekuel Astrophile]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ