11. Hai Janu, Jani Salah Tingkah

38 13 5
                                    

"Jani! Bangun!" Mata Anjani perlahan terbuka

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Jani! Bangun!" Mata Anjani perlahan terbuka. Cahaya dari jendela kamarnya langsung menusuk matanya.

Sekilas, ia melihat sosok Renjanu di hadapannya. Sampai ia berpikir bahwa ini hanyalah mimpi. Namun, sosok itu semakin jelas bersama kesadaran Anjani yang mulai penuh.

"Jani, masih ngantuk ya?" Itu jelas suara Renjanu. Anjani dengan jelas mendengar suara ini.

Ia membuka matanya lebar-lebar. "Janu?" pekiknya kencang, disusul air mata yang mulai membasahi kedua pipinya.

Entah ini mimpinya atau ia masih berada di masa lalu. Anjani memeluk erat sosok Renjanu yang berada di hadapannya. Dia menangis sejadi-jadinya. Hatinya terasa berbunga, seolah-olah dia telah kembali ke kenyataan yang paling indah.

"Kamu kenapa, Bub?" Renjanu merasa bingung oleh tingkah Anjani, tetapi itu tidak mengurangi rasa khawatir yang turut menyelimuti dirinya. "Ada yang sakit?" tanya Renjanu.

Kepala Anjani menggeleng seraya merangkul Renjanu dengan lebih erat lagi. "Janu, jangan pergi, ya?" ujarnya dengan suara serak.

Renjanu mengusap lembut kepala Anjani, menciptakan rasa tenang dalam diri gadis itu. "Memangnya Janu bisa pergi kemana?"

Pertanyaan itu membuat Anjani semakin mengeratkan pelukannya. "Ngga boleh kemana-mana." Ia menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Renjanu, melepaskan semua rasa rindu yang telah mengikatnya begitu erat selama ini.

"Kemarin mau main ke Timezone, ngga jadi nih?" Renjanu melontarkan pertanyaan tersebut dengan nada semangat. Namun, untuk Anjani, kata "kemarin" memiliki makna yang sangat berbeda.

Meski Anjani belum memahami sepenuhnya apa yang terjadi saat ini, yang pasti, ia tidak ingin berpisah dengan Renjanu lagi. Setelah sedikit mereda, ia akhirnya berkata, "Mau siap-siap dulu."

"Janu, tunggu di luar ya, Bubub," Renjanu memberi pamitan sambil berjalan keluar dari kamar Anjani. Sebelum keluar, ia secara lembut mengusap rambut Anjani, meninggalkan sentuhan gemas di belakang. "Jangan lama-lama."

Renjanu mengecup singkat dahi Anjani. Seketika itu, pipi gadis itu memanas, menciptakan semburat merah di wajahnya. Jantungnya berdegup sangat kencang.

Anjani merenung setelah Renjanu pergi. Apakah Renjanu yang dulu masih sama dengan yang sekarang? Mengapa ia merasa ada yang berbeda dari lelaki itu? Ataukah hubungan mereka yang telah berubah? Ataukah Renjanu sungguh menjadi pacarnya?

Saat Anjani kembali ke kamarnya, dia merasa segalanya telah berubah. Foto-foto menghiasi dindingnya, potret dirinya dengan Renjanu, mengabadikan momen-momen yang terasa baru baginya.

Namun, ada sesuatu yang menjadi pusat perhatiannya, kardus dari Renjanu yang menghilang. Dia mencari-cari di seluruh penjuru kamarnya, hingga mata terperangkap pada meja belajarnya. Bukan lagi dalam kardus bekas, pemutar tape dengan tape milik Renjanu tersusun rapi di atas meja, didekorasi dengan berbagai hiasan yang membuatnya terlihat indah.

Hai Janu || Enerwon ||Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon