21

440 43 11
                                    

Rumah sakit. Pukul 08.00 kst.

Jisung mengendap-ngendap masuk ke ruang rawat seokjin. Dia hanya berniat melihat seokjin dan memastikan kalau seokjin sudah baik-baik saja.

"Kemana, dia?" lirih jisung saat tidak melihat seokjin di tempat tidurnya.

Ceklek

Jisung langsung menoleh ke arah kamar mandi saat mendengar suara pintu yang dibuka.

"Kau, sedang apa kau di sini?" tanya seokjin dengan ketus, kemudian berjalan ke tempat tidur dan duduk setelahnya.

"Aku salah kamar, seharusnya aku ke ruang rawat teman ku, tapi aku malah kesini" bohong jisung.

"Halah, alasan. Bilang saja memang mau menjengukku" kata seokjin yang tidak percaya dengan jawaban jisung.

"Tidak percaya ya sudah, aku juga tidak perlu meyakinkanmu agar kau percaya. Tidak penting juga" sahut jisung dan duduk setelahnya.

"Siapa yang menyuruhmu duduk?"- seokjin.

"Tidak ada. kursi saja tidak protes ku duduki, kenapa kau protes?" sahut jisung dengan santai.

"Dasar menyebalkan" gerutu seokjin.

"Terserah kau mau bilang apa, tapi asal kau tau ya? Kalau bukan karena aku, kau pasti sudah mati tenggelam" kata jisung membuat seokjin langsung melihatnya dengan sinis.

"Maksudmu?"- seokjin.

"Kau harus tau ya! Kalau aku yang sudah menolongmu saat kau tenggelam. Seandainya saat itu aku tidak memberimu nafas buatan, mungkin kau tidak akan tertolong" jawab jisung menyombongkan diri.

Seokjin mencebik dan memalingkan wajahnya mendengar jawaban jisung. Selang beberapa detik, dia terdiam saat teringat kembali ucapan jisung. Perlahan, dia melihat jisung dengan begitu serius.

"Kau__ memberiku nafas buatan?" tanya seokjin dan jisung mengangguk dengan santai.

Seokjin diam, bola matanya bergerak ke atas dan membayangkan dirinya yang diberikan nafas buatan oleh jisung.

"Yak! Kau mencium bibirku? Eoh! Wah___ kau benar-benar mesum. Aigoo__ ciuman pertamaku." seokjin langsung mengusap bibirnya dengan sikap bergidik merinding.

Jisung yang mendengar dan melihat sikap seokjin langsung menoyor keningnya.

"Enak saja kau bilang aku mesum! Aku memberimu nafas buatan untuk memberimu pertolongan, bodoh!" omel jisung.

"Memangnya tidak bisa kalau tidak mencium seperti itu? Memangnya tidak bisa__"

"Tidak Bisa!" sela jisung sedikit berteriak membuat seokjin langsung diam karena kaget.

"Galak sekali, sih" gumam seokjin, tapi masih bisa jisung dengar.

"Dasar bodoh" gumam jisung membuat seokjin melihatnya dengan mata menyipit karena kesal.

"Apa? Kau tidak terima? Eoh!" omel jisung sambil melipat tangannya.

"Tidak, biasa saja" sahut seokjin tanpa merubah ekspresi kesalnya.

Seokjin yang haus bergerak mengambil minum di atas meja, tapi kesulitan karena selang infus mengganggu.

"Mau di bantu tidak?" tawar jisung tanpa merubah posisinya.

"Tidak" tolak seokjin dan berusaha mengambil gelas diatas meja.

"Ya sudah" kata jisung dan beranjak dari duduknya.

Seokjin mendongak melihat jisung dengan wajah bodoh, netranya terus mengikuti pergerakan jisung yang pergi meninggalkannya.

"Astaga, dia pergi dan benar-benar tidak membantu" gerutu seokjin setelah jisung menutup pintu.
.
.
.
.

Best friend foreverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang