Tenang saja, Lahya tidak akan ditegur oleh guru laki-laki yang bergelagat wanita itu. Tempat duduknya sangat strategis untuk bersantai di saat teman-temannya sibuk belajar. Di samping itu ia merasa kesal dengan Gus polisi yang seperti tidak mengenalnya.

Drrttt..

Lahya mengecek ponselnya saat menerima pesan dari nomor yang tidak tersimpan di whatsappnya. Sepertinya pesan random yang dikirim untuk menawarkan pinjol seperti kemarin-kemarin. Dengan rasa malas, tapi juga penasaran. Akhirnya Lahya membuka pesan dari nomor itu.

 Akhirnya Lahya membuka pesan dari nomor itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lahya sigap menoleh. Gus polisi sudah lebih dulu memberinya isyarat untuk diam. Terlihat Gus polisi menempelkan jari telunjuknya di bibir, namun tetap menjaga fokusnya ke papan tulis di depan sana.

'-'-'-'

"Jadi laper gue Han!" ucap Joni mengusap perutnya melihat beberapa murid berlalu lalang lewat di depan mushola SMA Tunas Bangsa.

"Ini boleh dimakan, gak, sih?" tanya Hana melihat kantong belanjaan yang berisi makanan ringan.

"Kekantin, yuk!" ajak Joni sudah mulai lemas karena tidak sarapan. Tadi ia hanya pulang untuk tidur selama dua jam, setelah hilang kantuknya malah berganti dengan rasa lapar yang ia rasa sekarang.

"Lahya belum kelar juga sholat dhuha-nya?" tanya Hana memelas.

"Tuh anak gak laper apa yak? Jam istirahat bukannya ke kantin malah sholat."

"Persis Komandan, gak, sih?" tanya Hana mengingat sang komandan pernah meminta mereka untuk menggantikan introgasi hanya untuk sholat dhuha.

"Orang kalo deket dengan Tuhannya, pasti yang diprioritaskan Tuhannya. Gue jadi pengen kayak mereka, tapi gak tau harus mulai dari mana. Mana gue banyak dosanya, jadi bingung dosa mana dulu yang gue taubatin."

"Login ikut gue Jon!"

Joni melotot melihat Hana. "Bukannya taubat, malah murtad gue. Bukannya Rabbigfirli, malah haleluya gue."

"Becanda, Jon." Hana tertawa dengan ekspresi serius Joni.

Dalam tim mereka, hanya Hana yang bukan Islam, tapi mereka memiliki tolenransi tinggi dengan perempuan 22 tahun ini.

Mereka berdua menoleh ke belakang. Melihat Lahya yang masih duduk di dalam mushola sekolah membuat mereka menghela nafas berat bersamaan. Beberapa siswa yang lewat di depan mereka, menatap mereka dengan kasihan.

Siswa itu kasihan melihat mereka bolak-balik di SMA Tunas Bangsa untuk menyelidiki kasus percobaan pembunuhan yang tak kunjung membawa kemajuan. Apalagi Hana yang mulai tak asing saat mencoba mencari tahu tentang Liya dari beberapa siswa. Yang lebih kasihan dari mereka saat ada siswa yang menolak untuk ditanya soal Liya.

"Dah selesai, Han! Lahya udah lipet mukenah," ujar Joni kesenangan menepuk bahu Hana berulang kali.

"Sakit Jon!" kata Hana menghempaskan tangan Joni dengan kasar. Mereka berdua berdiri menunggu Lahya keluar mushola.

ALIFWhere stories live. Discover now