45. Conquer

5 1 0
                                    

Pernah pada suatu hari, Han keluar dari Alexandria, menyendiri di luar sana. Tidur di dalam mobil yang rusak. Pikirannya dipenuhi kesedihan akan semua hal yang sudah terjadi. Tidak ada yang menyadari bahwa dirinya tidak pulang hari itu. Ia menikmati masa-masa  seperti sebelum datang ke tempat sebagus itu.

Ketika sedang sarapan dengan ubi bakar, datang seorang pria, menodongkan senjata. 

"Tampak lezat," kata pria itu. "Hai." Ia menyapa.

"Yeah," sahut Han santai. "Bisakah kau turunkan senjatamu?" pintanya baik-baik. Ia memperhatikan orang di depannya ini. Seorang pria muda, berwajah tampan, dan memiliki ukiran huruf W di keningnya. "Apa arti huruf W di keningmu itu?"

"Penetap pertama di sini beri imbalan untuk kepala serigala," jawabnya. "Melibatkan warga primitif. Suruh mereka memburu serigala. Mereka tidak perlu waktu lama untuk bunuh semuanya." Ia mengetuk keningnya sendiri. "Kini mereka kembali." Ia melihat Han menganggap remeh itu. "Ada ide?"

"Semuanya bisa kembali," kata Han, enteng.

Pemuda itu tersenyum, mengira Han sebenarnya tidak sendirian, dan mungkin kawanannya akan kembali. "Kau sedang membohongiku."

"Aku tidak bohong," kata Han. Lantas ia tertawa.

Pria itu ikut tertawa. "Aku suka ini." Ia memang masih belum menurunkan senjatanya. "Aku tidak terlalu sering bisa bertemu orang baru. Mungkin sekali tiap dua pekan."

"Itu bisa dibilang sering," kata Han, sambil membolak-balik ubinya.

"Aku mengupayakannya," kata pria itu. "Kami begitu. Terkadang kami temukan perkemahan, kami menyerangnya. Tapi ada perangkap juga. Itu berbeda. Tidak seperti pertemuan begini. Sebagai manusia setara. Obrolan kecil di depan api unggun dengan orang asing." Lalu ia melihat Han hendak meminum kopi yang baru disedunya. "Letakkan itu," katanya.

"Kenapa?" tanya Han.

Raut wajah pria itu mulai sepi dari keramahan. "Karena aku menginginkannya," jawabnya. "Aku ingin semua yang kau miliki. Setiap tetesnya."

"Apa aku boleh simpan sedikit agar bisa bertahan sehari dua hari?" tanya Han. Ia berharap pria di depannya ini tidak berbuat bodoh. "Aku juga ingin tetap hidup."

"Aku juga mau membawamu," kata pria itu menambahkan apa yang diinginkannya. "Mungkin kau tidak akan hidup nantinya."

Han tersenyum. "Baiklah." Ia meletakkan kembali cangkir kopi itu di tanah.

"Beberapa suku di sekitar sini, mereka pikir orang pertama itu serigala yang jadi manusia," ujar pria yang entah siapa namanya. "Kini, begitulah. Semuanya bisa kembali, kan?"

"Kau boleh ambil persediaanku," kata Han. "Ambil saja semuanya." Ia memberikan tas ranselnya pada pria itu. "Tidak perlu ada kekerasan. Tapi kau tidak boleh membawa diriku pergi. Kau tidak boleh lakukan itu."

Pria itu melihat Han hendak mengambil pedangnya. "Jangan bergerak!" katanya, sembari menodongkan pistol lebih tanggung dari sebelumnya. "Diamlah. Jangan bergerak."

Tiba-tiba muncul seseorang dari belakang Han, hendak menyergapnya. Pada keningnya juga terdapat huruf W. Dengan cepat, Han mengambil pedang yang masih tersarung. Ia memukul kepala kedua orang itu. Menunjukkan kecepatan gerakan tangannya. "Kusarankan, sebaiknya kalian pergi sekarang."

"Tidak," tolak pria yang baru datang.

Mereka berdua kembali menyerang Han. Dengan pedang yang masih tersarung, Han melawan mereka. Dua-duanya tumbang. "Pergilah. Aku tidak ingin menyakiti siapa pun." Tampaknya mereka belum ingin menyerah. "Kumohon." Benar saja. Han mengerahkan jurus terakhir, dan berhasil membuat mereka berdua pingsan. Ia memungut pistol milik pria itu. Kebetulan ada zombi datang. Ia hendak menembakkannya, ternyata, hanya pistol tanpa peluru. Han menghunus pedang, lalu membunuh zombi tersebut. Lalu ia memasukkan kedua orang ke dalam mobil, supaya tidak jadi santapan zombi. "Yeah, aku menolong kalian."

Live vs DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang