26. Still

11 1 0
                                    

Malam mencekam. Angin bertiup kencang. Terdengar suara petir di kejauhan. Seonggok zombi tewas dengan kepala hancur di samping sebuah mobil rongsokan.

Tiba-tiba, Norman, Han, dan Emily keluar dari semak-semak. Mereka sama-sama bersikap awas pada sekeliling. Karena pada malam hari begini, pergerakan zombi relatif lebih cepat.

Emily memeriksa mobil itu. Tidak nyala. Lalu terdengar suara erangan zombi.

Norman segera menyuruh Emily masuk ke jok belakang mobil yang jendelanya diselimuti debu tebal. Lalu semua pintunya ditutup. Setelah itu mengajak Han bersembunyi di dalam bagasi.

Dari celah, mereka bisa melihat kawanan zombi berdatangan. Mereka hanya khawatir, Emily tidak bertahan di dalam mobil.

Entah berapa banyak kawanan zombi ini tidak juga berlalu. Sampai pagi datang dan cahaya matahari masuk lewat celah.

"Ayo, keluar dan lihat keadaan Emily." Han mengangkat penutup bagasi.

Rupanya, Emily dapat bertahan semalaman di sana. Gadis remaja itu selamat.

Mereka pun lanjut jalan. Norman di depan. Han di tengah, dan Emily di belakang.

*

Norman sibuk berburu. Sedangkan Han dan Emily sibuk membuat api dan keamanan di sekitar mereka.

Pagi itu mereka terpaksa sarapan ular bakar yang baru ditangkap oleh Norman.

"Aku butuh minum," kata Emily.

Norman melemparkan sebotol air. 

"Maksudku air minum yang benar-benar bisa diminum." Emily menepis botol itu. "Seperti alkohol."

Norman masih lahap memakan daging ularnya. Sudah mirip seperti kanibal yang kelamaan tinggal di tengah hutan. Sedangkan Han, hanya memakan sekerat, lalu minum air banyak-banyak, berusaha tidak memuntahkannya.

"Aku belum pernah minum itu," kata Emily. "Karena ayahku. Tapi dia tidak ada lagi, jadi... kupikir kita bisa temukan itu."

Han yang paling suka minum alkohol di sini, jadi miris merasakan hidup tanpa alkohol selama beberapa hari ini. 

Karena tidak dapat tanggapan dari kedua orang dewasa ini, Emily pun beringsut. "Baiklah. Nikamti dendeng ularnya."

Tinggallah mereka berdua.

"Kenapa kau diam saja?" tanya Han.

"Kalau dijawab, dia akan terus bersikap manja, seperti remaja kebanyakan," jelas Norman. Ia masih menikmati makanannya. Daging ular yang gemuk dan menyesap lemak-lemaknya.

"Kita tidak bisa biarkan dia sendirian pergi," kata Han. Lalu ia segera berdiri dan menyusul Emily.

Di tengah hutan, Emily memang kesal karena diperlakukan seperti bocah. Ia berulang kali mengumpat. Sampai datang beberapa zombi. Erangannya terdengar lumayan keras. Ia segera bersembunyi di belakang pohon. berusaha mengalihkan perhatian zombi, ia melemparkan batu. Berhasil.

Kemudian, datang Han. "Kau baik-baik saja?" tanyanya dengan berbisik.

Mereka pun kembali ke tempat di mana Norman masih makan.

Emily tahu, Han sangat suka alkohol. "Kurasa kita berhasil kabur," katanya. "Aku yakin kita harus pergi ke sana untuk cari alkohol." Tiba-tiba ia tersandung dengan beberapa benda perlindungan yang dipasang di sekitar kamp tadi. Menimbulkan suara kerompangan. "Kenapa kalian bawa aku kembali? Aku tidak mau kembali ke kemah payah ini!" Remaja ini sedang dilanda emosi. Ia mengacungkan jari tengah pada Han.

Norman tidak terima. Ia mencengkram tangan Emily. "Hei! Kaus udah cukup bersenang-senang!" bentaknya.

"Ada apa denganmu!" Emily menarik kembali tangannya. "Apa kau merasakan sesuatu?" Ia tahu, Han sering menyebut pria ini tidak peka. "Kau kira segalanya kacau. Kurasa itu perasaan. Aku yakin, Han tidak suka melihatmu menghabiskan hidup menatap api dan makan ular. Ya, kan?" Lalu menatap tajam pada Norman. "Lupakan itu! Sebaiknya kita lakukan sesuatu. Aku bisa urus diriku dan aku akan cari alkohol." Lalu ia pergi.

Live vs DeathOù les histoires vivent. Découvrez maintenant