9. Home

18 2 0
                                    

Pagi datang. Sudah sekian jam Han berdiri di jembatan penghubung blok sel. Yang dilindungi dengan pagar kawat. Ia menahan sakit pada lukanya. Semalaman tidak bisa tidur nyenyak, menyaksikan ruang kosong di sampingnya, yang biasanya terisi oleh pria tidak peka itu.

Kemudian, Andrew keluar. Ia baru saja bangun, dan melihat Han. "Seharusnya kau berbaring. Lukamu masih basah."

"Ini menyebalkan, Andy," kata Han. "Aku membencinya, tetapi tidak bisa melupakannya."

"Tidak apa-apa. Suatu saat nanti, ketika amarahmu sudah reda, kau akan terbiasa tanpa ada dia." Andrew mendekapnya, menyalurkan semangat. Ia merasakan tubuh Han dingin. Sejak kapan dia berdiri di luar seperti ini? Ia lantas mengajak gadis itu masuk dan memberinya selimut, juga membuatkan minuman hangat.

*
**
*** WOODBURY
**
*

Pagi itu, Michelle belum keluar dari kamarnya sejak kemarin mengunci dirinya. Ia sudah bangun, tetapi tidak keluar. Ia masih enggan menemui Govenor.

Kemudian, terdengar suara pintu kamarnya diketuk. Michelle pun membukanya. Govenor sudah berdiri di sana. Memang tidak ada raut wajah menyesal, tetapi wanita itu masih ingin berusaha membujuknya.

Maka, ketika Govenor berkata, "Boleh aku masuk?" Michelle menjawabnya dengan anggukan, dan mempersilakannya masuk.

"Kau masih marah?" tanya Govenor.

"Aku tidak pernah marah padamu," jawab Michelle. "Aku hanya tidak ingin melihatmu jatuh terlalu dalam."

"Kau harus mengerti, Sayang." Govenor membelai kepala Michelle. "Aku melakukan semua ini untuk sesuatu yang lebih baik bagi warga kita."

"Lebih baik bagi warga kita, tetapi kau berencana melakukan hal yang buruk pada warga lainnya." Michelle menyingkirkan tangan Govenor darinya. "Aku hampir tidak mengenalimu saat ini."

"Aku tahu ini salah. Tidak ada yang mendapatkan keuntungan lebih banyak. Tetapi aku melihat harapan." Govenor berusaha meyakinkan Michelle. "Aku memang tidak berhasil menangani tantangan, malah mengacaukannya. Aku sudah melakukan hal-hal buruk. Aku sadar, tidak cocok memimpin mereka. Aku rasa, kaulah yang lebih cocok."

Michelle tidak menyangka, gagasan seperti itu keluar dari mulut Govenor.

"Kau bisa memberikan mereka ketenangan dan keamanan. Tidak perlu ditakuti. Kau adalah orang paling humanis yang kuperhitungkan untuk cocok dengan tanggung jawab ini." Govenor duduk di ranjang. Menundukkan kepalanya. "Aku butuh waktu untuk mengatasi ini semua. Aku tengah berusaha mengendalikan diriku saat ini."

Michelle melihat sisi Govener yang dikenalnya kembali. Kali ini tertunduk sedih. Ia tidak tahan untuk tidak memeluknya. "Dengar, kita bisa perbaiki segalanya bersama. Tetapi jika ka memang ini istirahat dulu dari semua ini, tidak apa-apa. Aku menemanimu, ya?" Pria itu memeluknya. "Tapi, Goovie, bukan aku yang cocok menggantikanmu. Aku punya satu nama."

*
**
*** 
**
*

Norman dan Mike berhenti di tengah hutan. Cukup jauh dari titik mereka berpisah dari Andrew, Han, dan yang lainnya.

"Tidak ada lagi di luar sana, kecuali nyamuk dan semut," ujar Norman. 

"Bersabarlah, adikku," kata Mike yang sedang kencing di bawah pohon. "Cepat atau lambat, tupai akan muncul berlarian di depanmu."

Mereka tengah berburu sesuatu untuk bisa dimakan.

"Walau begitu, itu tidak cukup untuk dimakan," sahut Norman. 

"Lebih baik daripada tidak ada. Ya, 'kan?" Mike begitu santai menghadapi perut keroncongan mereka.

"Seharusnya tadi kita mencari sesuatu di rumah-rumah yang kita lewati di persimpangan tadi," keluh Norman.

Live vs DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang