38. What Happened and What's Going On

8 1 0
                                    

Tyreese menggali tanah di sebuah pemakaman, untuk memakamkan Emily dengan layak. Lauren tidak bisa berhenti menangis. Noah juga sama. Mereka semua juga. Kehilangan adik, teman, dan sahabat seperti Emily, seperti kehilangan separuh jiwa mereka.

Ada Gabriel bersama mereka yang bisa membacakan doa. "Kita tidak melihat hal yang bisa dilihat, tapi kita melihat hal yang tidak bisa dilihat. Karena yang bisa dilihat itu sementara, tapi yang tidak bisa dilihat itu abadi. Karena kita tahu jika tenda di bumi yang kita tinggali hancur, kita memiliki gedung dari Tuhan. Rumah yang tidak dibuat dengan tangan, abadi, di surga."

*

Seusai pemakaman Emily, Noah dibantu oleh Andrew, Tyreese, Steven, dan Danai untuk melacak keluarganya. 

"Seberapa jauh lagi?" tanya Andrew.

"Delapan kilometer," jawab Noah.

Lalu, Andrew menghubungi rombongan lain menggunakan HT yang mereka dapat dari mobil polisi milik Grady Memorial. "Hei, Han!"

"Aku di sini," kata Han. 

"Kami sudah separuh jalan ke sana, ingin memeriksa jaraknya," ujar Andrew.

"Semua orang baik-baik saja," kata Han. "Kami sudah lalui kilometer 805. Mungkin ini bagian yang mudah."

"Mungkin kita layak." Bicara dengan orang yang bekerja pada institusi yang mirip, memang lebih nyambung. Setidaknya itu menurut Andrew. "Beri kami 20 menit untuk melapor."

"Jika tidak dengar dari kalian, kami akan mencari," kata Han.

"Baiklah," tutup Andrew.

Kemudian, Noah berkata, "Sudah lama aku ingin beri tahu sesuatu."

"Apa itu?" tanya Tyreese yang fokus menyetir.

"Pertukaran itu," jawab Noah. "Tindakan itu benar. Sebenarnya berhasil. Hanya hal lain terjadi setelah itu."

"Itu terjadi seperti seharusnya," ujar Tyreese. "Seperti yang harus terjadi."

"Sebelumnya, aku tidak pernah ingin membunuh orang," ujar Noah juga.

"Aku juga ingin itu," kata Tyreese. Anak ini mengingatkan pada dirinya yang kelewat humanis. "Tapi terjadi hingga tidak kulihat apa pun kecuali keinginanku. Aku tidak menghadapinya."

"Menghadapi apa?" tanya Noah.

"Hal yang telah terjadi, yang sedang terjadi," jawab Tyreese. "Ayahku selalu katakan kepada Qua dan aku, tugas kita harus tetap mengikuti berita. Saat aku masih kecil dan ada di mobilnya, selalu ada kisah itu di radio. Sesuatu terjadi 1.600 kilometer jauhnya atau di dekat lingkungan. Semacam hal horor yang tidak bisa kupahami. Tapi dia tidak mengganti salurannya. Dia tidak mematikannya. Dia terus mendengarkannya. Untuk menghadapinya. Membuka mata kita. Ayahku selalu bilang, kalau biaya kehidupan itu tinggi."

"Aku kehilangan ayahku di Atlanta," kata Noah. "Kurasa dia akan menyukai ayahmu. Aku masih punya ibu dan sepasang saudara kembar." Pada situasi penuh zombi begini, terbesit harapan semu mereka masih hidup. "Semoga masih ada."

Obrolan mereka terdengar lebih baik daripada perjalanan yang ditemani kesunyian.

"Semoga saja, ya." Tyreese pun ikut mendoakan. "Sepertinya sekitar tiga kilometer lagi kita akan sampai."

Lalu Andrew berkata, "Baik. Ayo berhenti di hutan. Kita akan berjalan kaki. Jauhi jalanan."

"Kita tidak harus begitu," kata Noah.

"Jaga-jaga saja," kata Andrew.

Kemudian mobil berhenti, dan mereka semua turun dari sana.

Andrew melihat ke sekeliling. "Di sini bagus juga," katanya. "Melalui pepohonan, mungkin akan kelihatan seperti barang rongsokan." Mobil itu berada di tengah hutan dan dikelilingi mobil-mobil rusak.

Live vs DeathNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ