EPILOG

829 77 22
                                    

Good morning, nyahahaha. Akhirnya nih book bakal berakhir jg, nggak kerasa ya?

Ya itu buat kalian, buatku sih kerasa bgt. Sampe tekanan batin rasanya ngerancang alur cerita ini, untung bisa selesai jg. Cr gambar aku ngambil dr instagramnya orcateru. Bagus bagus gambarnya😌💙

Happy reading buat kalian, maybe bakal sedikit panjang buat epilog ini. Aku bakal ngasih clue-clue buat kalian, selebihnya kalian bs berimajinasi sendiri.

Kita mulai....

****

Satu bulan setelah pertarungan itu berakhir.

STATION TAPOPS sudah bisa beroperasi seperti sedia kala. Beberapa kerusakan pun sudah diperbaiki. Anggota-anggota TAPOPS yang terluka pun sudah mendapatkan pengobatan sesuai dengan prosedur kesehatan.

Walaupun para atasan belum memberikan misi apapun untuk para elemental dan kawan-kawan. Memandangi bahwa situasi mereka sedikit berbeda, maka dari itulah para atasan belum memberikan perintah apapun. Memberikan kesempatan bagi mereka untuk beristirahat.

Pintu salah satu ruangan terbuka secara otomatis ketika seseorang memasuki ruangan tersebut. Tampak melambaikan salah satu tangan seraya melemparkan senyuman lebar khasnya.

"Hai, Thorn. Jengukin Kak Upan yuk?" Ajak Blaze, melangkah mendekati Thorn yang sedang memangku pot tanamannya.

Thorn menoleh, membalas senyuman Blaze secara selintas. Kedua matanya berbinar dikala mendengar ajakan Blaze, tanpa basi-basi dia pun mengangguk. "Ayok, Thorn juga bosen nih di kamar."

Turun dari atas kasur, Thorn meletakkan pot tersebut di samping lampu tidurnya. Meraih topi kesayangan kemudian berjalan menghampiri Blaze.

"Kuy!"

Mereka pun bergegas menuju ruangan medis, tempat dimana Taufan mendapatkan perawatan khusus disana. Sudah satu bulan berlalu dengan cepat tapi sepertinya masih belum ada tanda-tanda bagi Taufan untuk tersadar dari komanya. Anak itu benar-benar mencapai batas kemampuan.

"Solar kemana, Thorn?" karena tak terlalu betah dengan keheningan yang hinggap mengelilingi mereka, Blaze mencomot salah satu topik.

"Oh, Solar lagi ada di perpustakaan, Kak. Memangnya kenapa tiba-tiba nanyain Solar?" diiringi oleh pertanyaan, Thorn berbicara menggunakan intonasi polosnya. Membalas tatapan Blaze.

"Ya, bukan apa-apa sih sebenarnya." Samar Blaze mengalihkan tatapan matanya kembali ke depan, menatap jalan sembari terkekeh canggung. "Aku hanya penasaran saja, akhir-akhir ini Solar jadi lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan. Bahkan dia seringkali melewatkan waktu makan loh, aku hanya sedikit khawatir melihatnya begitu. Memang dia sedang melakukan apa sih sampai betah di perpustakaan?"

Rasa penasaran Blaze kambuh, melihat Solar yang sok sibuk seperti itu membuatkan Blaze menjadi penasaran. Sebenarnya apa sih yang tengah dilakukan oleh anak itu beberapa minggu ini? Setiap saat Blaze bertanya, Solar hanya menjawab asal saja, tak ingin memberitahu.

Thorn terdiam, dia sedang berpikir dan mencoba agar mengingat. Waktu itu Thorn memang sempat bertanya sih tapi karena penjelasan Solar yang terkadang memang sangat sulit untuk diterjemahkan, jadi Thorn pun hanya bisa iya-iya saja tanpa berniat untuk mendengarkan lebih jelas. Mendengar penjelasan Solar yang berkelit kesana dan kemari menyebabkan kepala Thorn menjadi pusing.

WHAT IF [ END ]Where stories live. Discover now