CHAPTER 13

573 87 19
                                    

"HAHAHA!" 

Dari balik perisai anginnya, tawa Taufan terdengar bersamaan dengan cahaya kebiruan yang tampak darinya. Palu yang digunakan oleh Borara untuk menghancurkan perisai tersebut pun langsung terpental beberapa meter dari posisi awal. 

Ledakan kecil terjadi dan mengakibatkan sebuah dorongan kecil yang mampu mengikis jarak di antara keduanya. 

WHOSSH!

Cahaya itu melesat cepat menuju udara lepas, melayang bebas. Ledakan serta tawa itu menyita seluruh perhatian mereka semua. Saat ini, di sekeliling tubuh Taufan dihiasi oleh cahaya kebiruan yang menyilaukan. Dengan selendang panjang yang menari di udara, cahaya itu mulai padam sembari menampakkan Taufan yang berubah. 

Maripos serta yang lainnya terperangah, tidak menyangka jikalau Taufan akan mencapai kekuatan tahap ketiga semudah itu. Kekuatan luar biasa dengan daya hancur yang hebat, tidak akan ada makhluk yang selamat jikalau kekuatan tersebut lepas kendali. 

"Oh tidak, jangan lagi." Maripos kembali membentangkan kipas miliknya ke bentuk mode menyerang, dia harus menghentikan Taufan yang mulai dikuasai oleh kekuatannya sendiri sebelum semuanya terlambat. 

Sssrrtttt!!

Sebelum Maripos bergerak dan menyusul ke tempat Taufan berada, pergerakannya lebih dulu dihentikan oleh rambatan akar yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Entah bagaimana ceritanya tanaman rambat itu muncul di permukaan tanah Windara. Mengikat kedua tangan, kaki, serta sebagian badan bagian atas. Hanya tersisa kepala saja yang tidak terbaluti oleh tanaman tersebut agar memudahkan Maripos untuk bernapas. 

"Berani sekali kau memalingkan wajah ketika berhadapan denganku, sialan. Kau tidak boleh mengganggu, ini pertarungan mereka." Yoyo O menyeringai, salah satu tangannya terangkat ketika mencoba untuk mengendalikan kekuatan milik Thorn. 

Maripos segera memberontak, tentu saja. Semua ini akan berakibat buruk jika Taufan melepaskan kekuatannya secara penuh. Kekuatan itu bukan hanya saja menghancurkan, namun bisa menjadi sebab ketidakseimbangan keselarasan Galaksi nantinya. 

Keselarasan Galaksi harus tetap bergerak sesuai dengan pola edarnya. 

"Kalian bodoh! Kalian alien yang tidak tahu apa-apa tentang kuasa elemental seharusnya tidak berani bertindak ceroboh seperti ini. Kekuatan alam bukanlah kekuatan sembarangan! Kalian harus melepaskanku sekarang atau--" 

"Atau apa, hm?" Gaganaz ikut nimbrung, lantas kembali terkekeh geli ketika memandangi Maripos yang sudah panik setengah mati setelah menjumpai Taufan mendapatkan kuasa tahap ketiga. "Hanya karena angin itu mendapatkan kuasa tahap ketiga, bukan berarti dia akan menang melawan kami. Jadi, jangan beranggapan bahwa kami akan kalah, terlebih lagi dengan angin kecil itu." 

Panas? Ugh, rasanya hati Maripos seperti teriris oleh sembilu selepas mendengarkan ucapan yang dikatakan oleh Gaganaz. Ternyata, kebaikan dan ketulusan hati Taufan dalam pertarungannya selama ini malah dianggap remeh oleh lawannya. 

Dia selalu menolak untuk ikut serta ke dalam pertarungan atau menghabisi lawannya bukan karena Taufan tidak bisa melakukan itu. Bisa saja Taufan membunuh dan menerbangkan mereka semua hingga membentur lapisan ozon yang tercipta sebagai pembatas Planet. Meratakan mereka semua di dalam tanah. 

Tapi, karena Taufan memang tak ingin melakukannya hanya untuk sebuah kemenangan, apalagi sampai membunuh. Ah tidak, tidak, kekuatan yang dimilikinya bukan diciptakan untuk menghancurkan atau membunuh. Kekuatannya diciptakan hanya untuk menciptakan sebuah perdamaian, menjadi simbol perasaan bahagia. 

Karena pada dasarnya, angin itu menyejukkan dan menenangkan jiwa.

Ekor mata Maripos melirik pada Taufan, pertarungan yang sebenarnya akan segera dimulai. Dengan lepasnya kuasa tahap ketiga Taufan, semua itu sudah menandakan bahwa kesabarannya telah habis dan dia akan serius sekarang. 

WHAT IF [ END ]Where stories live. Discover now