CHAPTER 20

474 63 7
                                    

Hai semua, udah memasuki chapter 20 nih dan yg pasti cerita ini bakal mendekati konflik akhir sama penyelesaian konflik. Karena seperti yg kita tahu kalau cerita ini tuh gk rumit-rumit amat, sekadar ide gabutan author semata aja sih hehe....

Moga kalian masih suka sampai cerita ini tamat, happy reading dan mohon dipahami setiap kata serta pembawaan alurnya....

****

Keringat mengucur deras di antara pelipisnya yang terlihat berdebu. Napasnya pun menderu dengan amat kencang bersamaan dengan rongga dadanya yang bergerak secara tak beraturan. 

Bruk!

Tubuh Gempa langsung ambruk setelah berhasil menggendong keempat adiknya yang jatuh pingsan akibat kecelakaan tersebut. Tatapan Gempa terlihat sayu diiringi oleh badannya yang melemah, dia benar-benar sudah mencapai batas. Gempa pun mengalami beberapa luka lebam di sekitar bagian lutut serta wajahnya yang tak sengaja berbenturan langsung dengan lantai atau dinding kapal angkasa. 

"Kakak!" Ice yang masih dalam keadaan tersadar pun refleks berseru memanggil Gempa, dia juga panik mendapati keadaan Gempa yang sama buruknya dengan mereka. Terlebih lagi Gempa sudah menggendong mereka semua untuk keluar dari bangkai kapal angkasa. "Kakak baik-baik aja?" 

Pertanyaan Ice dengan nada penuh kekhawatiran itu berhasil menciptakan sebuah senyuman manis milik Gempa. Remaja bernetra emas itu pun hanya bisa mengangguk lemah, "ya. Aku baik-baik saja, Ice. Bagaimana dengan kakimu?" 

Ice menggeleng kuat, membantah jawaban yang diberikan oleh Gempa. Tidak, kakaknya itu sedang membohongi Ice. "Lupakan pasal aku, Kak. Ugh, keadaan kalian jauh lebih buruk jika dibandingkan denganku. Tolonglah, bertahan sebentar lagi. Aku tengah mencoba untuk memulihkan diri, tolong jangan tutup matamu ya, Kak." 

"Ya." 

Walau kepala Gempa mengangguk dan dia tidak berhenti untuk melemparkan senyuman teduh kepada Ice, tetap saja Gempa tak mampu untuk menahan diri agar tidak pingsan. Seluruh badannya terasa sakit, tenaganya pun terkuras habis. Dia benar-benar mengantuk sekarang. Tidak masalah kan jika dia menutup matanya untuk sesaat?

Senyuman Gempa perlahan memudar dengan sepasang iris miliknya yang tertutup. Dia kehilangan kesadaran. 

"Kak Gem!" Ice kembali berseru, sedikit memaksakan diri untuk bangkit namun pada akhirnya pun yang bisa dia rasakan saat ini hanyalah rasa sakit. Sepertinya salah satu kakinya mengalami keretakan atau bahkan patah tulang. Entahlah, hanya author yang tahu. 

"Argh, sial!" Ice memaki setengah kesal, dalam situasi seperti ini, dia malah ditinggal oleh yang lain. Dan ketika yang lain membutuhkan pertolongan, Ice malah tidak bisa berbuat apa-apa. 

Semua ini benar-benar menjengkelkan. Bahkan, Ice sama sekali tidak tahu-menahu pasal semua ini. Mengapa kapal angkasa mereka bisa jatuh seperti ini? Yang Ice ingat, mereka berhasil kabur dengan Halilintar yang menjadi tameng perlindungan mereka. Setelah mereka berhasil memasuki kapal, Halilintar memberikan perintah agar mereka bisa pergi secepat yang kapal angkasa ini mampu untuk meninggalkan tempat tersebut  tanpa Halilintar. 

Sebenarnya mereka termasuk Ice juga menolak, akan tetapi situasilah yang memaksa mereka untuk meninggalkan Halilintar di penjara tersebut. Tujuan awal yang ingin mereka tuju untuk pertama kalinya adalah Station TAPOPS, mereka ingin melapor dan bergegas menyelamatkan Halilintar yang tertinggal. 

WHAT IF [ END ]Where stories live. Discover now