CHAPTER 28

381 50 4
                                    

Heyyoo, hehe, maaf ya ngilang beberapa hari. Soalnya lg banyak problem yg nggak ngotak wkwk...

Btw, baru sadar kalau yg baca dah 5K aja. Makasih semuanya, jangan lupa jg vote yaw biar aku sbg author pun seneng. Ya walaupun biasa aja sih aslinya mah, wkwk...

Moga kalian suka di chapter kali ini dan happy reading untuk para readersku....

****

Kapal angkasa milik Kaizo berdesing pelan di antara hamparan kosong tanpa gravitasi. Sepasang bola mata merah delimanya tengah sibuk memperhatikan monitor dengan tangan yang mencengkeram stir kemudi. Senandungan lirih terdengar menggema ke seluruh penjuru ruangan tersebut. 

Hening menghampiri. Tidak ada percakapan ataupun suara lain yang menemani wanita berambut panjang itu. Dia benar-benar sendirian. 

Ping!

Sebuah notifikasi terdeteksi. Ekor matanya refleks memicing menuju sumber suara itu berasal. Perlahan, dia mengulas senyuman tipis lantas menekan salah satu tombol kecil yang saat ini berada dihadapan. 

Hologram terpancar di sebagian monitor, menampilkan sesosok yang amat Kirana kenali. 

"Hai, Kai." Kirana pun menyapa ketika matanya bertatapan dengan Kaizo yang sebaliknya menghunuskan sorot mata kesal, dia sudah menduga hal itu sih. 

"Apa yang sedang kau lakukan hingga berpihak kepada Taufan, hah?" tak berniat untuk membalas sapaan milik Kirana, Kaizo lebih memilih untuk memarahi wanita itu. Dia kesal sekali dengan perbuatan Kirana yang lancang mencuri kapal angkasa miliknya. Kapal angkasa itu sangatlah berharga bagi Kaizo, dia tak mau jikalau ada orang lain yang menggunakan termasuk Kirana sekalipun. 

Memutar bola mata malas, Kirana menunjukkan ekspresi bosan. Dia sudah hapal sekali dengan kecerewetan Kaizo dan sekarang pemuda itu pasti akan mengomel tak karuan kepadanya. 

"Menurutmu?" Kirana malah kembali melontarkan pertanyaan tanpa memiliki niatan untuk menjawab. 

Dari hologram itu, Kaizo tampak menggeram menahan jengkel. "Jawab pertanyaanku lebih dulu, Kira." Balasnya yang masih menuntut penjelasan. 

Kirana termenung untuk sesaat, apa yang harus ia jawab? Bukankah seharusnya Kaizo sudah mampu menebak pola pikir Kirana terkait semua ini? Kenapa Kaizo masih saja bertanya?

"Memangnya salah kalau aku ingin membantu Taufan? Aku hanya merasa senasib dan kasihan saja terhadap Elemental satu itu. Kau seharusnya paham tentang perasaan apa yang tengah Taufan rasakan di situasi seperti ini, Kai. Menyakitkan rasanya ketika kita yang sangat membutuhkan bantuan namun tidak ada satu pun yang berniat untuk menolong, kau juga dulu pernah merasakannya kan?" ucap Kirana sembari memberikan penjelasan. 

Alasan Kirana membantu Taufan kali ini cukup sederhana. Memandangi Taufan yang memiliki nasib yang cukup sama dengan dirinya membuatkan Kirana mampu melihat kilas balik terhadap masa lalu. Taufan telah kehilangan saudara-saudaranya, walau ikatan persaudaraan mereka tidak nyata tapi mereka sudah memiliki janji. Begitupun dengan Kirana yang dahulu juga kehilangan segalanya. Kehilangan seorang Ayah dan juga rakyatnya. 

"Aku tahu itu, Kirana. Tapi, situasinya yang kurang tepat. Kita tidak bisa terlalu fokus pada perasaan pribadi yang dialami oleh Taufan, bukan? Misi tetaplah misi, Kira. Kau telah mengkhianati kepercayaan TAPOPS untuk yang kedua kalinya hanya dengan embel-embel perasaan. Kau seharusnya bisa fokus kepada keselamatan Galaksi dan mengesampingkan perasaan pribadi, itulah yang dinamakan bekerja dengan profesional. Kau seharusnya juga paham!" 

"Misi, misi, dan misi. Kau bisa dengan mudah mengatakan itu karena bukan kau yang mengalaminya, Kai. Seandainya pada saat penyerangan itu Fang juga ditangkap oleh komplotan Retakka, aku yakin seratus persen bahwa kau juga akan melakukan hal yang sama dengan Taufan bahkan mungkin kau bisa bertarung di samping Taufan sekarang. Dan, kau bilang apa tadi? Aku tidak mementingkan keselamatan Galaksi dan mengkhianati TAPOPS? Bahkan sekarang, aku tengah menuju ke tempat dimana kelima kuasa elemental itu berada, Kai. Taufan sudah berhasil menemukan mereka dan kabarnya mereka terdampar di planet itu. Aku mencuri...ah tidak...aku hanya meminjam kapal angkasamu untuk menjemput mereka. Bukankah itu juga bisa dikatakan sebagai misiku?"

WHAT IF [ END ]Where stories live. Discover now