CHAPTER 36

380 55 4
                                    

Heyooo, siapa yang disini kena prank ayang Hali cung😌☝️

Hahahaha, kita beralih ke POV dia ya. Kalian pasti penasaran sm apa yg dia lakuin sampe pensiun bentaran? Oke, jom kita beralih ke kisahnya. Jangan lupa vote and komen buat penyemangat author.

Happy reading semua....

****

Sebenarnya, Halilintar juga tidak menyangka bahwa dia masih sepenuhnya tersadar ketika terbangun dari reaksi efek obat tersebut. Apakah karena saat ini Halilintar sepenuhnya menggunakan jiwa murninya jadi dia pun tidak terlalu terpengaruh dengan obat itu?

Dia hanya sebatas meminjam raga Boboiboy saja, tapi kalau masalah jiwa, dia sepenuhnya sebagai perwujudan kuasa Elemental Petir Merah. Mungkin karena itulah efek yang dirasakan oleh Halilintar tidak terlalu terpengaruh terhadapnya.

Ketika dirinya tersadar, sepasang manik rubynya mendongak menatap langit-langit ruangan penjara. Dia melihat beberapa celah cahaya yang memaksa masuk melalui ventilasi udara.

Apakah hari sudah pagi? Atau ini malah sudah siang?

Kalau begitu, itu tandanya hari ini adalah hari dimana Retakka berniat untuk merebut kekuatan Taufan sekaligus membunuhnya. Tidak, Halilintar tidak akan membiarkan semua itu terjadi. Dia harus mencari cara agar bisa menyelamatkan Taufan dari keganasan Retakka.

Memperbaiki posisi menjadi duduk, Halilintar mengangkat salah satu telapak tangan seraya memperhatikannya. Dikala ia mulai mencoba untuk mengeluarkan tenaga, percikan listrik tampak merambat di antara telapak tangannya.

Yes, Retakka ternyata sudah mengembalikan kekuatan Halilintar. Mungkin karena alien biru itu sudah terlalu percaya diri dan menganggap bahwa Halilintar akan takluk begitu saja dengan obat murahan seperti itu. Maka dari itulah, tanpa ragu Retakka pun mengembalikan kekuatan tersebut.

Akan Halilintar pastikan bahwa Retakka akan menyesali perbuatannya tersebut. Dia akan membayar atas dosa yang telah Retakka perbuat selama ini.

Segeralah Halilintar bangkit, memasang kuda-kuda. Posisi menyerang dengan dua bilah pedang yang tengah Halilintar genggam saat ini. Mengeluarkan kekuatan penuh untuk menciptakan sambaran petir berkekuatan tinggi, Halilintar berniat untuk kabur dengan menghancurkan dinding sel penjara tahanan.

Dan yeah, tidak terlalu sulit untuk membobol penjara yang sudah lapuk termakan rayap. Dengan kekuatan Halilintar yang sudah kembali, maka dirinya pun bisa dengan mudah untuk pergi.

"Uhuk!"

Ketika Halilintar sudah berhasil keluar dari sel penjara, sesuatu hal terjadi. Tiba-tiba saja Halilintar terbatuk, refleks menutup permukaan mulut. Kemudian Halilintar mulai kehilangan pijakan, entah kenapa mendadak pandangannya menjadi buram.

Disaat Halilintar menjauhkan tangan itu dari mulutnya, pada detik itu juga Halilintar terkejut. Terdapat bercak darah dari batuknya, apakah ini efek samping dari obat itu?

Mungkin Halilintar tidak terpengaruh dengan cepat, tapi sepertinya lambat laun obat itu mulai merusak anggota organ dalam Halilintar. Menggerogoti secara perlahan, lamban namun pasti.

Oh tidak, kalau seperti ini kejadiannya mah sama saja bohong. Halilintar akan tetap hancur juga. Tidak ada waktu lagi untuk berpikir hal yang aneh-aneh, Halilintar harus secepatnya menjauh dari gubuk itu. Setidaknya dia akan lebih leluasa untuk berpikir dan menyusun rencana kedepannya.

WHAT IF [ END ]Where stories live. Discover now