CHAPTER 15

607 77 13
                                    

Sepasang matanya tampak terarah pada layar komputer yang menampilkan seluruh kejadian menakjubkan itu, Taufan benar-benar menunjukkan kemampuan tersembunyinya. Bagus, Retakka tersenyum di antara sunyi. Dia menghentikan rekaman ulang tersebut sembari memperbesar gambar yang menampilkan Taufan dengan wujud kuasa angin tahap ketiga. 

Entah bagaimana ceritanya dia mendapatkan kekuatan itu, kekuatan elemental angin memang tidak main-main. Dia akan lemah di saat kecil dan menguat di saat besar, benar-benar unik. Kemampuan yang tidak selalunya dimiliki oleh kuasa elemental lain. 

"Sepertinya kau menarik juga, angin kecil. Aku jadi sedikit penasaran dengan kekuatanmu itu dan sepertinya aku ingin bermain-main sebentar denganmu sebelum kau benar-benar menjadi milikku lagi." 

"Mari kita lihat, seberapa kuat kau bisa bertahan dari badai ini." Tandas Retakka yang kemudian mematikan layar komputernya diiringi oleh senyuman sinis yang menyertai. Dia beranjak dari tempat tersebut. 

Meninggalkan sebuah keheningan baru. 

****

"Ugh...." Iris biru safirnya mengerjap beberapa kali, mencoba beradaptasi dengan sekitar. Taufan terbangun dari tidurnya yang entah sudah berapa lama ia tertidur.

"Argh!" merintih menahan nyeri yang menghantam setiap inci dari persendian, Taufan meringis ketika mencoba tuk menggerakkan tubuhnya. Seluruh badannya terasa sakit dan kali ini benar-benar sakit. 

Taufan mematung di posisi sembari merilekskan badan. Helaan napas berat terdengar darinya, tatapan mata Taufan perlahan teralihkan pada jendela kamar yang menggantung di antara ruangan ini. Matanya berangsur meredup bersamaan dengan perasaan yang hancur. 

"Apa yang baru saja ku lakukan?" tanya Taufan pada dirinya sendiri. 

Sejujurnya, ingatan Taufan tampak samar-samar. Yang dirinya ketahui, bahwa saat itu Taufan tengah berhadapan dengan Borara dan kawan-kawan. Karena mereka juga main keroyokan dan sama sekali tak memberikan sedikit pun jeda kepada Taufan, dia pun sedikit merasa kesal. Di saat Taufan merasa terdesak, sebuah suara asing yang entah asalnya dari mana menyapa indera pendengarannya tanpa diminta oleh siapa pun. 

Setelah suara itu menghilang dari benaknya, perlahan kesadaran Taufan seolah direnggut oleh sesuatu.

Sebenarnya, hal seperti ini bukan pertama kalinya terjadi pada Taufan. Ini sudah yang kedua kalinya setelah tragedi yang terjadi di Planet Bayugan pada saat kasus Reramos. Taufan dikendalikan oleh kekuatannya sendiri, apakah sekarang tragedi itu terulang kembali? 

Dia tersadar dan sudah menghancurkan hampir setengah peradaban. Apakah dia baru saja melakukannya? Lantas, apa yang terjadi pada Maripos dan yang lainnya? 

Krieeet!

"Eh, jangan gerak dulu, Boboiboy!" 

Pintu kamar terbuka dengan Kaizo yang muncul sembari membawa nampan makanan serta minuman herbal. Kebetulan sekali, kedatangan Kaizo memang hendak memeriksa keadaan Taufan dan membawakan makanan. Siapa yang akan menyangka jikalau Taufan akan siuman di hari ini. 

Dengan irama langkah kakinya yang teratur dan tegap, Kaizo berjalan menghampiri posisi Taufan. Dia meletakkan nampan itu di atas nakas samping ranjang, lantas mengulurkan tangan kanan seraya melemparkan senyuman tipis pada Taufan. 

"Ku bantu," ucap Kaizo di detik berikutnya. 

Taufan terdiam untuk beberapa saat, kaget juga dengan sikap Kaizo yang tiba-tiba ramah seperti ini. Walaupun kemudian Taufan bergegas menggapai uluran tangan Kaizo dan duduk bersandar di kepala ranjang dengan susah payah. 

WHAT IF [ END ]Where stories live. Discover now