Part 50

499 13 1
                                    

Disclaimer: banyak typo bertebaran!!

Today, mari kita mencari keberadaan anak sulung dari Adhitama. Yang saat ini masih jauh menjalankan tugas di pulau yang sama sekali susah untuk di jangkau oleh sinyal. Jika pun ada maka pria itu akan ke kota terlebih dahulu.

Contohnya seperti sekarang, pria itu baru saja ke kota setelah beberapa bulan lamanya di pedalaman, alasannya karena dipindah tugaskan.

Btw, Manaf udah pindah ke kota ya.

"Maaf dok, ada pasien darurat di igd." Ucap sang perawat. Manafi baru saja kembali ke ruangannya sekitar lima menit yang lalu. Dan kini harus kembali ke igd.

Dah ya cukup. Sekarang kita kembali ke Jakarta. Rumah besar ini kedatangan orangtua dari Dhafi yang baru saja pulang dari Lombok. Maklum Oma Opa habis menikmati masa liburan tua nya.

Namun, sangat disayangkan kedatangan keduanya ini masih bisa dibilang cukup pagi, sekitar jam sembilan. Jadi anak-anak belum ada yang dirumah, karena masih sibuk dengan kegiatan diluar sana. Anak-anak makin dewasa maka akan semakin sibuk untuk berkumpul. Jikapun bisa itu pasti tidak semuanya. Betul apa betul???

Di lain tempat, ada Arkan tentunya yang kebagian tugas untuk menjemput Alena. Mau tau reaksi remaja perempuan itu. Seperti yang sudah-sudah jika tuh anak berdua disatukan maka akan bergelud ria, yang satu kelewat dinginnya dan satu lagi gampang kebawa emosi.

"Kok kak Arkan yang jemput sih?!."

"Gak inget hari?. Kakak yang kebagian jemput hari ini."

Mendelik tak terima. "Hah, orang Bryan yang jemput. Bukan kakak. Gausah ngaco!."

Terpaksa Arkan harus jujur, "Iya-iya harusnya Bryan yang jemput. Tapi lagi gak bisa karena ada jadwal, kebetulan kakak doang yang lagi senggang."

"Ck, yaudah. Ayo langsung pulang aja."

"Gak mau mampir? Tumbenan banget?."

"Gak, lagi males. Capek."

Mereka emang sedari tadi debat udah didalam mobil, jadi tidak ada yang ngeliat. Mobil itu pun segera meninggalkan halte sekolah menuju ke rumah. Kebetulan hari ini juga sekolah sedang mempulangkan seluruh siswa/i nya lebih cepat dari jam asli kepulangan sekolah. Begitu sampe rumah pun, Alena langsung masuk kamar begitu aja. Tanpa memperdulikan orang sekitarnya, karena jujur aja remaja itu sudah sangat capek sekali dan tadi juga kudu berdebat sama si Arkan.

Felicya memandang punggung sang anak yang kian menaiki anak tangga begitu saja. Biasanya anaknya akan menghampiri dirinya. Tapi wanita itu tak heran jika sekarang muncul sosok Arkan.

"Kenapa lagi kamu?. Berantem sama Ale, bang?."

"Gak bun, aman aja kita berdua."

"Yasudah, bersih-bersih sana habis itu makan siang." Titah Felicya

Arkan langsung saja menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya. Didepan pintu ia melihat Alena yang sedang menutup pintu kamar.

"Gih, turun."

Dehem Alena. "Hmm" Gak menunggu lama akhirnya langsung saja turun. Sesampainya dilantai bawah, ia bertemu dengan Oma nya yang kebetulan juga baru keluar dari kamar.

"Hai, oma."

"Oh, Hai sayang. How was your day."

"Not good."

"Why, ada apa?. Cerita sama oma." Kemudian menceritakan kejadian hari ini dari sekolah sampe dijemput tadi. Oma Celine menggeleng kepalanya. "Yasudah, nanti bisa oma yang omelin si Arkan. Yuk makan sama oma."

BROTHER (REVISI & END) Where stories live. Discover now