[58] - The Problem Is Clear?

28.9K 1.7K 50
                                    

Nara menatap wanita di hadapannya dengan gusar. Ada perasaan tidak nyaman yang tidak dapat Nara hindarkan tiap kali dirinya berada di dekat wanita itu. Kejadian hari itu masih terekam jelas di ingatan Nara meskipun sudah beberapa tahun berlalu. Dan hari itu juga adalah hari terakhir Nara melihat wanita itu. Sebelum berbagai cobaan beruntun yang datang ke hidupnya.

Wanita itu masih masih terlihat sama menakjubkannya seperti yang terakhir kali Nara lihat. Penampilannya agak berubah. Namun, dia masih terlihat sangat cantik. Rambut panjangnya dipotong sebahu. Pipinya juga terlihat lebih berisi dibanding sebelumnya. Nara tentu saja akan percaya saat Dimas mengatakan wanita itu "living her best life" saat ini.

Semalam, Nara tiba-tiba mendapat SMS dari nomor yang tidak dikenalnya. Awalnya, Nara ingin mengabaikan pesan itu. Seperti beberapa SMS spam togel yang sering diterimanya. Lagian siapa yang masih mengirim SMS di zaman seperti disaat hampir semua orang sudah menggunakan aplikasi canggih bernama whatsapp untuk bertukar pesan. Namun, mata Nara membulat seketika tatkala pesan kedua dari si pengirim tanpa nama itu masuk. Ya, Benar. Pengirim SMS itu adalah Keyra yang tiba-tiba saja mengajaknya untuk bertemu.

Butuh waktu berjam-jam bagi Nara untuk membalas pesan wanita itu dan mengiyakan ajakannya. Dia mencoba menerka-nerka apa alasan Keyra mengajaknya bertemu. Apakah ini masih soal Dimas? Tapi, bukankah saat ini Dimas dan Keyra sudah tidak ada hubungan lagi.

"Apa kabar?" Ucapan Keyra menyadarkan Nara. Wanita itu tersenyum kikuk, terlihat sama canggungnya dengan Nara.

"Baik." Nara balas tersenyum.

"Thanks udah luangin waktu kamu. Saya pikir kamu gak akan datang." Keyra tersenyum lagi yang entah mengapa membuat Nara merasa aneh. Dulu, setiap kali bertemu mereka lebih sering perang urat saraf dibanding saling tersenyum seperti saat ini. 

"Mmm, saya gak tahu harus mulai dari mana." Keyra meremas jari tangannya. "Mungkin ini sudah sangat terlambat. Tapi, saya minta maaf soal kejadian waktu itu."

Ada penekanan saat Keyra menyebut "waktu itu". Meskipun wanita itu tidak menyebut secara gamblang, Nara bisa mengerti apa maksudnya.

"Kejadiannya sudah beberapa tahun yang lalu dan apa yang telah terjadi di masa lalu tidak akan bisa berubah." Nara mengalihkan pandangannya saat kenangan kelam itu muncul kembali di ingatannya.

Keyra tersenyum getir. "Sebelum bertemu kamu, Dimas selalu menjadikan saya wanita utama dalam hidupnya. Kapan pun saya membutuhkannya, dia pasti akan selalu hadir. Setelah kalian menikah pun saya masih berpikir suatu saat Dimas pasti akan kembali ke saya sama seperti sebelum-sebelumnya. Namun, saya menyadari lambat laun posisi saya semakin tergeser dengan kehadiran kamu. Itu juga alasan mengapa saya menggunakan segala cara agar Dimas kembali ke pada saya dan memikirkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kamu…," Keyra menjeda kalimatnya sejenak. Kemudian menarik nafas dalam-dalam. "Membuat saya merasa menjadi orang paling jahat," lanjutnya.

Bohong jika Nara mengatakan dia tidak membenci Keyra. Ada suatu masa di mana dia pernah menyalahkan Keyra atas semua kemalangan yang terjadi di hidupnya dan hingga saat ini sakit yang dirasakannya tentu saja masih ada. Namun, menyimpan dendam selama bertahun-tahun juga bukanlah pilihan yang baik. Untuk sembuh dari penyakitnya terdahulu, dokter mengatakan dirinya harus mengikhlaskan semuanya. Menyimpan dendam akan membuat kestabilan mentalnya terganggu dan itu tentu saja akan berdampak pada pemulihannya.

"Saya sudah mengikhlaskan semuanya. Tuhan mengambil Kai dari saya mungkin karena saya belum pantas menjadi seorang Ibu. Soal pernikahan saya dengan Dimas mungkin saat itu kami memang belum berjodoh." Nara menyesap kopinya yang sudah sangat dingin.

"Dimas mengatakan kalian balikan, benarkah?" 

Pertanyaan Keyra membuat kopi yang belum sepenuhnya tertelan, tertahan di tenggorokan yang membuatnya tersedak.

Married by AccidentDove le storie prendono vita. Scoprilo ora