[10] - Another Accident?

32.9K 2.1K 19
                                    

Dimas melangkahkan kakinya, hampir setengah berlari, menyusuri koridor rumah sakit. Tadi siang, setelah menerima pesan dari Pak Wahyu kalau beberapa pekerja mereka mengalami kecelakaan kerja, Dimas langsung bergegas menuju rumah sakit.

Dimas mengedarkan pandangan ke sepanjang koridor, matanya menangkap Danu yang sedang mondar-mandir di depan ruangan UGD. Di sudut koridor juga terdapat dua orang polisi yang terlihat sibuk bercakap. Danu mengangkat tangan, memanggil Dimas mendekat.

"Apa yang terjadi?" tanya Dimas saat menghampiri Danu.

"Lift di site proyek jatuh dari lantai lima. Tujuh pekerja dan dua site supervisor dalam lift semuanya jadi korban," ucap Danu, mengacak rambutnya frustasi.

Mata Dimas melebar, "Jatuh? Kok bisa?"

"Gue juga gak tau, Dim. Gue juga gak di site saat itu." Danu menggeleng bingung. "Dari dugaan sementara, sling lift di lokasi putus karena kelebihan muatan."

"Over capacity?" Dimas mengernyit. "Bukannya kapasitas untuk lift proyek muat buat sepuluh orang?"

Danu menggeleng, bingung. "I don't know, Dim. Bahkan pihak kontraktor juga heran kenapa hal ini bisa terjadi."

Dimas menghela nafas panjang. "Terus bagaimana keadaan para pekerja sekarang?" tanya Dimas, khawatir.

"Gue udah bicara sama dokter. Kebanyakan mereka hanya menderita luka ringan. Namun, beberapa dari mereka juga mengalami patah tulang cukup parah dan dokter menyarankan buat operasi."

Dimas memijat pelipisnya. Membayangkan berapa kerugian materiil dan immateriil yang akan perusahaan dan para pekerja tanggung. Ini jelas bukan hal yang mudah. "Keluarga para pekerja udah lo hubungin kan, Nu?" tanya Dimas kepada Danu.

Danu mengangguk. "Udah, tadi sama Pak Wahyu."

Dimas mengedarkan pandangan. "Di mana Pak Wahyu?" Dimas baru menyadari, dia tidak melihat keberadaan Pak Wahyu sedari tadi.

"Lagi ngasih keterangan di kantor polisi." jawab Danu.

"Oh my God! I forgot about that."

***

Dimas menyandarkan punggungnya di kursi tunggu. Matanya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, menunjukkan pukul tujuh malam. Operasi ortopedi dua pekerja yang mengalami patah tulang telah selesai, sedangkan tujuh pekerja lain yang menderita cedera ringan telah diperbolehkan pulang oleh dokter.

Dimas merogoh ponsel dari saku celananya. Melihat beberapa notifikasi masuk yang belum sempat dia baca.

Dari Papa yang menanyakan bagaimana keadaan para pekerja, dari Keyra yang menanyakan apakah dia masih di rumah sakit dan dari Nara yang menanyakan jam berapa dia akan pulang.

Tangannya bergerak membuka pesan yang dikirim Nara dua jam yang lalu, menginfokan bahwa wanita itu sudah berada di apartemen. Tadi, karena tidak sempat mengantar Nara balik ke apartemen, Dimas meminta bantuan Pak Mul, sopir pribadinya. Ah, soal wanita itu, Dimas juga belum meminta maaf soal kejadian tadi. Dia akan berbicara pada Nara saat pulang nanti.

Nara : Saya sudah di apartemen, tadi diantar sama Pak Mul. Kamu masih di rumah sakit?

Dimas : iya. kayaknya saya pulang agak malam. kamu gapapa kan sendiri?

Nara : It's okay. Bik Rum juga baru pulang kok.

Dimas : oke.

"A cup of coffee to brighten your day?"

Married by AccidentWhere stories live. Discover now