[41] - The Way To Get Closer With You?

28.7K 1.9K 48
                                    

Nara berpikir Dimas tidak serius saat pria itu mengatakan dia akan sering mengunjungi Nara di akhir pekan. Melihat jarak Jakarta ke Purwakarta lumayan jauh dan kesibukan yang dihadapi Dimas di kantor membuat Nara hanya menganggap angin lalu ucapan pria itu.

Namun, dugaanya salah. Ternyata Dimas benar-benar serius akan ucapannya. Bahkan, saat Nara berpikir Dimas tidak akan datang karena hingga pukul 11 malam belum ada kabar dari pria itu. Nara dikejutkan dengan pemandangan asing di ruang tamunya yang membuatnya ketakukan setengah mati.

Hal ini bermula saat Nara tiba-tiba terbangun pada dini hari karena hendak buang air kecil. Lampu di ruang tamu yang padam membuat penglihatannya samar. Namun, betapa terkejutnya Nara saat melihat penampakan seseorang yang tertidur di kursi ruang tamunya. Sungguh. Jantungnya hampir copot saat itu. Nara tentu berpikir rumahnya kemasukan maling. Membuatnya hampir membangunkan seisi rumah yang saat itu sedang tertidur lelap. Nara baru menyadari sosok yang tertidur pulas itu adalah Dimas, saat matanya melihat tangan pria itu yang menjulur keluar, menampilkan jam tangan yang terlihat familiar.

Dan di sinilah Dimas sekarang, tertidur lelap di atas tempat tidurnya yang hanya berukuran 160 x 200 cm. Membuat tubuh jangkung pria itu menguasai hampir semua bagian dari tempat tidurnya. Semalam, karena merasa tidak tega, Nara memilih membangunkan pria itu untuk pindah ke kamarnya. Dimas pasti sangat kelelahan, terdengar dari helaaan nafasnya yang teratur. Biar bagaimanapun, pria itu kelelahan karena berniat menyusulnya hingga ke Purwakarta.

Nara memilih keluar kamar dan membiarkan Dimas beristiharat saat merasa dia tidak tahu apa lagi yang harus dilakukannya. Harum aroma tumisan bawang menyambut Nara begitu dia keluar kamar. Dia berjalan menuju dapur, mendapati ibunya yang sedang sibuk di depan kompor.

"Lagi buat apa, Bu?" tanya Nara begitu mendekat ke Ibunya.

"Nasi goreng, Nduk. Tapi, Ibu ndak tau Nak Dimas suka atau ndak."

"Dia suka kok, Bu."

Yang Nara tahu, Dimas tidaklah pemilih dalam hal makanan. Pantangannya hanya satu, junk food.

Ibu mengganguk. "Yo wes. Itu timunnya kupas dulu, terus susun di atas piring, Nduk."

Nara mengambil buah timun di dalam kulas dan mengupasnya menjadi beberapa bagian. Dia juga mengambil beberapa piring dan menyusunnya di atas meja. Di atas meja sudah tersaji beberapa jenis lauk, seperti ayam goreng, telur, dan udang goreng tepung sebagai menu sarapan mereka nantinya.

"Semalam Dimas datang jam berapa, Bu?" tanya Nara sambil menyusun potongan timun di atas piring.

Ibu menoleh sekilas. "Sekitaran jam 11 malam. Ibu baru mau tidur, dengar ada yang ketuk pintu rumah, ternyata Nak Dimas. Dia abis pulang kantor katanya terus langsung ke sini makanya sampainya tengah malam. Dia ndak bilang ke kamu kalau mau datang, Nduk?"

"Udah kemalaman, Bu. Nara mikirnya dia gak akan datang," ucap Nara, jujur. "Ibu kenapa gak bangunin Nara kalau gitu?"

Melihat bagaimana posisi tidur Dimas semalam, pasti sangat tidak nyaman. Kaki jenjangnya menekuk, menyesuaikan ukuran sofa yang hanya berukuran setengah badannya.

"Ibu sudah ketuk kamar kamu, Nduk. Tapi kamunya ndak bangun-bangun. Ibu suruh tidur di kamar Bagas juga kata dia ndak usah takut ganggu. Akhirnya, dia milih tidur di sofa sambil nungguin kamu bangun."

Nara tersenyum masam, merasa bersalah. Tidurnya pasti benar-benar lelap hingga ketukan pada pintu kamarnya tidak terdengar sama sekali.

"Nara gak dengar, Bu," ucap Nara.

Ibu menggeleng, heran. "Terus kok bisa pindah ke kamar kamu, Nduk?"

"Nara kebangun, Bu. Terus, Nara lihat Dimas lagi tidur di sofa. Makanya Nara suruh pindah ke kamar."

Married by AccidentМесто, где живут истории. Откройте их для себя