[24] - A Sick Feeling?

30.1K 1.9K 14
                                    

Nara tersentak dari tidurnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Dia terengah-engah, dengan cepat Nara melihat ke sekeliling kemudian menyadari dia berada di kamar tidurnya. Nara menekan dadanya, merasakan jantungnya berdebar sangat cepat. Dia bermimpi buruk. Nara bergidik ngeri ketika sekelebat mimpinya tadi muncul dalam ingatannya. Dia sontak menurunkan tangannya, meraba perutnya dan menghela nafas panjang saat masih merasakan detak jantung bayinya.

Nara menoleh ke sisi sebelah tempat tidurnya. Menyadari Dimas sudah tidak berada di sana. Jika melihat jam yang menunjukkan pukul delapan pagi, pria itu pasti sudah berangkat ke kantor.

Dengan gontai, Nara bangkit dari tempat tidurnya. Nara melangkahkan kakinya menuju dapur, dia butuh air dingin untuk melepas dahaganya. Wangi harum masakan Bik Rum menyambut Nara begitu wanita itu memasuki dapur. Pernahkah Nara bilang kalau masakan Bik Rum selalu terasa lezat? Masakan wanita berusia 55 tahun itu selalu mengingatkannya dengan masakan Ibu.

Bik Rum sudah jauh lebih dulu bekerja dengan Dimas, sebelum mereka menikah. Bik Rum awalnya bekerja di rumah Tante Ajeng khusus membuat makanan untuk Dimas. Bik Rum pernah bercerita, waktu kecil Dimas termasuk anak yang pemilih soal makanan dan hanya makanan Bik Rum yang cocok di lidahnya. Ketika Dimas memutuskan pindah ke apartemen pun, Bik Rum ikut dengannya.

Nara membuka kulkas mengambil botol air minum. Dia juga mengambil beberapa buah apel di sana. Saat memotong buah apelnya, Nara meringis sesekali. Dia mengelus perutnya untuk mengurangi rasa sakitnya.

Bik Rum mendekati Nara mungkin karena wanita itu melihatnya kesakitan. "Neng Nara gak apa-apa?"

Nara menggeleng pelan sambil memejamkan mata. "Gak apa-apa, Bik."

"Duduk dulu, Neng," Bik Rum menuntunnya duduk di bar chair.

Sejak beberapa hari yang lalu, Nara merasakan kram di perut bagian bawahnya. Awalnya, Nara mengira dia akan melahirkan. Tapi mengingat kehamilannya baru memasuki usia tujuh bulan, Giselle mengatakan itu hanya braxton hicks. Braxton hicks atau kontraksi palsu umumnya terjadi di kehamilan usia tua.

Nara mencoba menarik dan menghembuskannya nafasnya perlahan. Setelah melakukan hal itu berulang kali selama lima menit, rasa nyerinya mulai mereda.

Bik Rum menyerahkan segelas air kepadanya. "Minum dulu, Neng."

Nara meraih gelas air dari tangan Bik Rum dan meminumnya. "Makasih, Bik."

"Udah baikan, Neng?"

Nara mengangguk sambil menetralkan nafasnya. Nara kembali berdiri untuk mengambil buah apelnya yang sudah dipotong kecil, saat mendengar perutnya berbunyi. Perutnya belum menerima asupan makanan apapun sejak pagi tadi. Bayinya pasti sangat lapar saat ini. Bik Rum muncul di hadapannya dengan nampan makanan yang Nara tidak tahu isinya apa.

"Kata Mas Dimas, Neng Nara mau makan sup asparagus jagung. Jadi tadi pagi Bibik buatkan," ucap Bik Rum, menyerahkan nampan kepada Nara.

Nara mengernyitkan dahi. "Dimas bilang kayak gitu?"

Bik Rum mengangguk. "Iya Neng."

Nara menatap sup asparagus di hadapannya. Kemarin, Dimas memang bertanya kepadanya makanan yang Nara inginkan dan Nara menjawabnya asal. Nara tidak menyangka pria itu akan menganggap serius ucapannya.

Soal hubungannya dan Dimas, setelah kejadian hari itu, hubungan mereka kembali seperti biasanya. Dimas masih menjalankan peran sebagai suami siaga. Namun, bohong jika Nara mengatakan hubungan mereka baik-baik saja. Setelah kebenaran yang diketahuinya, Nara seolah memasang tembok tinggi tak kasat mata dengan Dimas. Dia hanya tak ingin hatinya terluka lebih jauh.

Married by AccidentWhere stories live. Discover now