[31] - The Truth Behind?

31.4K 2.1K 28
                                    

Ada yang nungguin????

Meskipun taman itu dipenuhi banyak tamu, namun tatapan Dimas tak pernah lepas dari sosok wanita yang berdiri tidak jauh dari hadapannya. Wanita itu tampak kesulitan berjalan karena perutnya yang semakin membesar. Sesekali, Dimas tersenyum kecil tatkala melihat wanita itu tampak kebingungan karena harus berurusan dengan beberapa teman sosialita mamanya.

Wanita itu masuk ke hidupnya baru dalam hitungan bulan, namun cukup bisa mengacaukan hidupnya belakangan ini. Tujuan awal Dimas hanya berniat bertanggung jawab atas kehamilan wanita itu. Namun, ternyata  hatinya juga ikut bermain dalam peran ini.

Membuat wanita itu bersedih entah mengapa membuat hatinya juga terasa sakit. Dan Dimas dengan sikap pengecutnya menjadi alasan kesedihan wanita itu. Dimas tidak bermaksud melakukan hal itu. Dia menutupi kisah cinta masa lalunya agar tidak menyakiti wanita itu. Namun, siapa sangka kejujuran yang disembunyikannya malah menyakiti wanita itu lebih dalam.

Dimas mengernyit tatkala seseorang menutupi pandangannya memperhatikan wanita pujaannya. Dimas mengangkat wajahnya, melihat Keyra yang berdiri di hadapannya dengan wajah memelas.

"Dim...." ucap Keyra dengan bibir bergetar, berusaha menahan tangis. "Can we talk?"

"Hey, what's wrong?" Dimas bangkit dari duduknya. "Why are you crying?"

"Saya butuh teman cerita. Bisa kita bicara sebentar?"

"Oke... kamu tenang dulu!" 

Dimas mengusap lengan Keyra, mencoba menenangkan. Dimas kemudian melirik ke sekelilingnya, mempertimbangkan haruskah mereka berbicara di tempat ini atau mencari tempat lain yang jauh dari keramaian. Tapi, saat matanya menangkap pemandangan Nara yang berdiri tak jauh dari dirinya dan Keyra. Dimas memutuskan, mereka harus mencari tempat lain. Nara tidak akan senang melihatnya bersama Keyra saat ini.

"Kita bicara di tempat lain!" Dimas meraih lengan Keyra, mengajak wanita itu ikut bersamanya.

Dimas menatap Keyra yang menangis di hadapannya dengan perasaan iba. Air mata yang sedari tadi ditahan wanita itu akhirnya tumpah juga. Dimas tidak pernah melihat Keyra sehancur ini. Selama dua puluh tahun mengenal Keyra, Dimas bisa menghitung berapa kali melihat wanita itu menangis. Sangat langka. Dan melihat wanita itu menangis tersedu di hadapannya saat ini, membuat Dimas bisa merasakan sakitnya.

"Papa selama ini selingkuh di belakang Mama! Gak cuman itu, Papa juga punya anak sama selingkuhannya!"

Ucap wanita itu, yang membuatnya menangis hingga saat ini. Bohong jika mengatakan Dimas tidak kaget dengan ucapan Keyra tadi. Dimas mengenal Om Krisna sebagai sosok family man yang sangat menyayangi keluarganya dan mendengar Om Bram selingkuh hingga memiliki anak dengan wanita lain membuatnya Dimas kebingungan.

Dimas juga tahu bagaimana Keyra sangat mengagumi papanya. Wanita itu bahkan merelakan mimpinya di bidang musik demi mewujudkan keinginan papanya menjadi seorang arsitek. Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya. Pasti sangat sakit mengetahui sosok yang selama ini dijadikan panutan balik menikamnya dari belakang.

"Bagaimana keadaan Tante Inggit?" tanya Dimas kepada Keyra.

"Mama?" Keyra mengangkat wajahnya, tersenyum getir. Pandangan wanita itu terlihat kosong. "Mama terlihat baik-baik saja! Namun, aku tau, Dim! Mama sangat terluka dengan perselingkuhan Papa!"

Keyra benar. Wajah Tante Inggit yang dilihatnya beberapa saat yang lalu tidak menunjukkan kesedihan sama sekali. Dari luar, Tante Inggit terlihat baik-baik saja. Dimas juga sempat melihat Tante Inggit tertawa mendengar candaan yang dilontarkan pembawa acara tadi. Namun, siapa yang akan menyangka beliau menyimpan kesedihan atas penghianatan yang dilakukan suaminya.

Keyra menghela nafas panjang. "Mama mau minta cerai sama Papa! Aku bingung! Aku gak tau lagi harus bagaimana! Selama ini, aku gak pernah bayangin Mama dan Papa akan cerai! Mereka terlihat saling mencintai! Tapi kenapa, Dim?! Kenapa Papa tega nyakitin kami?! Apa kehadiran aku dan Mama gak cukup buat Papa?!"

Dimas yang tidak tega melihat Keyra seperti ini, merengkuh wanita itu dan memeluknya. "No... it's not your fault, Key," ucap Dimas mencoba menenangkan Keyra.

Selama beberapa menit mereka hanya terdiam. Dimas membiarkan Keyra menangis di pelukannya. Sejujurnya, Dimas juga tidak tahu harus berbuat apa. Masalah ini diluar kuasanya. Dimas tidak mungkin ikut campur urusan rumah tangga orang lain. Jadi, yang bisa Dimas lakukan hanyalah berada di samping Keyra, menemani wanita itu hingga tangisnya mereda.

Dimas melonggarkan pelukannya saat tangis Keyra mulai mereda. "Are you okay right now?"

Keyra menghapus sisa air mata di pipinya. "I am okay. Thank you, Dim."

Dimas mengangguk kemudian tersenyum. "Anytime," balas pria itu. Namun, senyum di bibir Dimas hilang seketika tatkala matanya menangkap sosok yang dikenalinya, berdiri tidak jauh dari tempatnya saat ini. 

Nara? Apa yang wanita itu lakukan di sana?

Belum sempat Dimas mendekat, wanita itu langsung berbalik dan berlari meninggalkannya dan beberapa detik selanjutnya, Dimas mendengar suara teriakan dari arah wanita itu berlari.

***

"Belum bangun, Ma. Gak usah, Mama stay di rumah saja. Kasihan tamu Mama kalau ditinggal. Kata Pak Mul sudah di Jakarta, bentar lagi sampai. Iya, nanti Dimas kabarin kalau Nara udah sadar. Oke. Bye, Ma."

Dimas menghela nafas begitu sambungan teleponnya terputus. Dia membalikkan badannya, menatap Nara yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Sudah dua jam berlalu, namun wanita itu belum bangun juga.

Giselle mengatakan Nara mengalami hipertensi. Hal ini akan sangat berbahaya jika saja Dimas terlambat membawa wanita itu ke rumah sakit. Ini bisa membuat bayi dalam kandungan Nara celaka. Memikirkan hal itu tiba-tiba membuat Dimas bergidik ngeri. Nara pasti melihat semuanya. Melihatnya bersama dengan Keyra tadi. Jika yang terjadi pada Nara ada hubungannya dengan kejadian tadi, Dimas tidak akan pernah memaafkan dirinya seumur hidup.

Saat ini, Dimas bahkan tidak sanggup menampakkan wajah di hadapan ibu mertuanya. Apa yang akan Dimas katakan saat ibu mertuanya melihat anak kesayangannya terbaring di rumah sakit karena perbuatannya? Bahkan dirinya juga hampir membuat bayi wanita itu celaka!

Suara pintu yang terbuka, memecah hening suasana. Ibu mertuanya muncul dari balik pintu, diikuti oleh Pak Mul yang muncul setelahnya. Dimas bisa melihat ekspresi terkejut mertuanya karena mulutnya seketika membulat, namun berubah ketika menyadari kehadiran Dimas di sana. 

"Ibu...." Dimas mendekat, meraih tangan ibu mertuanya dan menempelkannya di dahi.

"Bagaimana keadaan Nara, Nak Dimas?" tanya Ibu.

"Kata dokter Nara mengalami hipertensi, Bu. Kondisinya akan membaik dalam beberapa jam, tapi Nara masih harus menjalani perawatan di rumah sakit sampai kondisinya benar-benar pulih," jawab Dimas.

Ibu mengangguk. "Syukurlah!"

Ibu mendekat ke ranjang Nara dan menarik kursi di sebelahnya. Dimas yang tampak kebingungan, mengikuti Ibu mertuanya dari belakang. Dimas menghela nafas panjang, menatap ragu pada ibu mertuanya. Dimas berpikir sejenak, sebelum kemudian berkata. "Ibu..., saya mau minta maaf."

Ibu menoleh, menatap Dimas heran. "Minta maaf opo, Nak Dimas?"

"Ibu...," Dimas menundukkan wajahnya. Lidahnya terasa kelu untuk melanjutkan ucapannya. Ternyata berkata jujur tidak semudah yang dia bayangkan. Tidak heran mengapa sebagian orang memilih menyembunyikan kebenaran dibanding mengungkapkannya langsung. Karena tidak semua orang memiliki keberanian. Dimas mengangkat kembali wajahnya, menatap ibu mertuanya yang menunggu Dimas melanjutkan ucapannya. "Saya minta maaf... Nara seperti ini karena kesalahan saya."

***

Bab 31 udah update. Silahkan membaca dan jangn lupa tinggalkan jejak yang baaaanyak 😘  😘😘

LOVE PEACE AND GAWL!!!

Married by AccidentTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon