Part 31. Sakit Al🔥

209 4 0
                                    

Happy Reading All!!!
Gimana kabar nya? Baik kan?
Kalau sudah baca, vote sama comment nya jangan lupa.

Luv yu!

Altair tidak tega melihat Lyra yang semakin kesakitan yang terus memegangi tangannya seraya memejamkan matanya dalam-dalam.

Waktu menjelang sore hari, Altair sudah berusaha untuk mencari celah di rooftop, namun, nihil tidak ada satupun celah.

Altair menggedor pintu rooftop dengan kuat seraya berteriak. Takdir baik tengah menghampirinya, ia mendengar ada yang membukakan pintu dari arah dalam.

Pak satpam yang membukakan pintu sontak kaget, melihat Altair yang berlumuran darah. Altair bernapas lega. "Untung ada bapak, terimaksih pak," ucap Altair kemudian berlari menghampiri Lyra.

Altair langsung menggendong Lyra ala bridal style ia melihat Lyra yang semakin melemah, membuatnya menuruni tangga sedikit berlari, diikuti pak satpam dibelakangnya.

"Pak tolong cariin Al taxi," ucap Altair yang langsung dituruti satpam tersebut, diberhentikannya taxi tersebut dibukanya pintu, kemudian Altair memasukkan Lyra perlahan.

Altair pun masuk, ia duduk di sebelah Lyra. "Terimakasih pak," ucapnya kepada pak satpam.

"Sama-sama nak Altair," balasnya dengan senyuman. Tak lama kemudian taxi itupun jalan menuju rumah sakit.

"Ah, sakit," ucap Lyra pelan.

Altair melihat Lyra yang kini memejamkan matanya. "Gue bawa lo kerumah sakit, tahan sebentar," balas Altair.

"Kepala gue pusing Al," ucap Lyra lagi.

"Lo boleh sandaran di bahu gue," celetuk Altair.

Lyra dengan ragu mendekat kan kepalanya ke bahu Altair. Dengan perlahan Altair membantu Lyra untuk bersandar.

Tangan kiri Lyra semakin berdenyut hebat, ia merasakan sakit yang luar biasa, ia tak menyadari saat ini tangan kanannya meremas lengan Altair keras.

Altair melihat Lyra yang saat ini masih bersandar. Ia melihat tangan kiri Lyra, cardigan yang digunakan tadi pun sudah penuh dengan darah. "Maaf Al," ucap Lyra saat sadar ia tengah meremas lengan Altair kuat, sampai-sampai bekas kukunya meninggalkan jejak.

"Lanjutin, gue nggak masalah, rasanya nggak sesakit yang lo rasain," balas Altair.

Lyra tersenyum, ia mengulangi hal yang sama saat merasakan lukanya berdenyut.

Altair mendengar isakan kecil dari Lyra, Altair mendongakkan wajah Lyra, ternyata ia menangis.

Altair menghapus air mata Lyra perlahan. "Lo boleh nangis, peluk gue kalo perlu," cetus Altair.

Lyra tidak berani untuk memeluk Altair, ia hanya bersender di bahunya, dia punya batasan.

"Al?"

"Hmm, apa?" Tanya Altair.

"Gue boleh kan suka lo?" Tanya Lyra sedangkan Altair hanya terdiam.

"Gue nggak nuntut lo buat suka gue, gue juga tau lo udah tunangan dan lambat laun pernikahan pasti terjadi, gue hanya pengen di deket lo sampai masa SMA selesai nanti," ucap Lyra.

"Maaf, kalo kesan gue kayak wanita murahan," cicit Lyra pelan.

"Hmm." Disisi lain Altair kasihan, namun, disisi lain Altair tidak merasakan kehadiran cintanya untuk Lyra.

"Lo, mau nyakitin diri lo sendiri?" Tanya Altair.

"Kalo di deket lo gue seneng, kenapa harus nyakitin diri sendiri," jawab Lyra.

ALTAIRحيث تعيش القصص. اكتشف الآن