51. Mengikhlaskan

93.2K 7K 3.5K
                                    

Jangan lupa follow akun IG mereka😁😁

Dan sosial media aku

*****

"Masa depan yang jelas, hanyalah kematian."

Mahen Algrafa

****


"Saya minta maaf Mahen. Saya menyembunyikan ini semua, karena atas permintaan Safira. Dia gak mau merepotkan kamu," ucap Hafid yang saat ini tengah berada di kantin rumah sakit, berdua dengan Mahen.

Mahen pun perlahan mengangkat wajahnya, menatap Hafid. Sorot matanya terlihat begitu merah. "Ini bukan hal yang bisa disembunyiin Om. Saya berhak tau. Saya kecewa sama Om."

"Maaf." Hafid kemudian menundukkan kepalanya.

"Om tau, gimana hancurnya perasaan saya setelah mendengar kabar ini? Sakit Om. Saya masih ngerasa gak percaya, kalo Safira mengidap gagal ginjal," ujar Mahen dengan air mata yang kembali mengalir, membasahi kedua pipinya. Rasa sesak, kian menyeruak di dadanya.

"Saya tau. Saya juga mungkin akan merasakan apa yang kamu rasakan, kalo saya ada diposisi kamu," balas Hafid, seraya mengarahkan kepalanya, menatap Mahen.

Mahen terdiam sejenak, sebelum akhirnya memalingkan wajahnya dari Hafid. Cowok itu mengusap air matanya dengan kasar.

"Saya gak tau lagi harus bagaimana Mahen. Keadaan Safira semakin parah. Tapi sampai sekarang, dia masih belum mendapatkan donor ginjalnya," ucap Hafid yang benar-benar sudah putus asa.

Perlahan, Mahen jadi kembali memandangi Hafid. Dia hanya diam dan membisu. Mahen lalu memejamkan mata, dengan tangisan yang semakin terisak. Sudah cukup, Mahen kehilangan Ibunya. Dia tidak sanggup, jika harus kehilangan Safira juga.

"Kamu pulang dulu aja, Mahen. Udah malam juga kan? Kasihan teman-teman kamu di sana," ujar Hafid lagi.

Mahen berusaha menahan suara isakan yang akan terus keluar dari dalam mulutnya. Cowok itu pun, kemudian menjawab, "Sa--saya mau nunggu Safira sampai sadar, Om."

MAHEN ALGRAFADove le storie prendono vita. Scoprilo ora