26. Butuh Pelukan Ibu

106K 9.2K 4.9K
                                    

Hallo semuanya...

Aku update lagi🫂🫂

Terimakasih buat kalian yang selalu setia nunggu update💐

Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun mereka terlebih dahulu

Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun mereka terlebih dahulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

******

"Lo gak ngaca dulu, sebelum ke sini?" tanya Mahen tiba-tiba, yang membuat Safira langsung terdiam dengan wajah terperangah.

Spontan gadis itu pun memegangi rambutnya. "Ke--kenapa emang?" sahutnya terlihat gugup.

"Rambut lo acak-acakkan. Lo juga ke sini, pake baju tidur."

Safira terdiam lagi untuk beberapa detik. Gadis itu kemudian menundukkan kepala, menatap piyama berwarna pink yang sedang dipakainya. Karena terburu-buru dan panik, bahkan dia sampai tidak peduli dengan penampilannya sendiri.

Safira benar-benar malu. Apa dirinya terlihat begitu jelek, sampai dikatakan oleh Mahen?

Cukup lumayan lama menunduk, Safira lantas kembali menatap Mahen. Dia mengulas senyuman kakunya. "Aku... tadi buru-buru. Habisnya, Dokter Rizal buat aku panik. Aku pikir, kamu kenapa-napa."

Mahen yang mendengarnya, hanya diam. Wajah cowok itu sama sekali tidak memberikan ekspresi.

Hingga beberapa detik kemudian, Mahen pun berkata, "Lo mending sekarang pulang. Udah jam sebelas malem," ucapnya, sambil melirik sebuah jam dinding yang terletak di tengah tembok.

Safira lantas jadi mengarahkan tatapannya pada jam dinding. Benar saja, jika sekarang sudah pukul 23.04.

"Gue juga mau istirahat," lanjut Mahen lagi.

Safira langsung menatap Mahen. Gadis itu pun mengangguk pelan. "Besok aku ke sini lagi ya?" tanyanya meminta izin.

"Hm."

"Ya udah, selamat istirahat Mahen. Bobonya jangan lama-lama lagi oke? Besok pagi, harus bangun."

"Iya."

Safira kemudian mengulas senyuman manisnya. Sebelum pergi, gadis itu malah menyodorkan jari kelingkingnya di hadapan Mahen.

Hal itu membuat Mahen menatapnya dengan bingung. Cowok itu mengangkat sebelah alisnya. "Apa?" tanyanya tidak mengerti.

"Janji, tidurnya jangan lama-lama?"

Mahen dibuat terdiam dengan tatapan mata yang tak lepas dari wajah Safira. Cowok itu pun kembali menatap jari kelingking Safira yang masih setia terulur. Perlahan Mahen mengangkat tangannya dan menautkan jari kelingkingnya dengan gadis itu. "Gue janji," ucapnya seraya mendongak, memandangi wajah Safira.

Senyuman Safira semakin merekah saat itu juga. "Makasih. Kamu harus tepatin janji kamu. Besok, aku bakalan datang lagi!"

Mahen hanya membalasnya dengan anggukkan.

MAHEN ALGRAFAWhere stories live. Discover now