28. Kehilangan Untuk Kedua Kalinya

101K 9.2K 6.4K
                                    

Hallo semuanya....

Apa kabar hari ini?

Akhirnya aku update lagi❤

Sebelum baca, follow dulu akun IG mereka. Anaknya rajin live kok☺

 Anaknya rajin live kok☺

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

******

Mahen mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tidak bermaksud untuk mengusir Safira tadi. Cowok itu benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya, jika sudah membahas tentang keluarga.

Mahen cuma tidak ingin orang lain tau tentang masalahnya. Mahen justru akan merasa sedih, jika orang lain kasihan dan iba kepadanya. Maka dari itu, Mahen selalu menutup masalahnya rapat-rapat.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara langkah kaki seseorang memasuki ruangan. Hal tersebut, membuat Mahen jadi menolehkan kepalanya. Terlihat kehadiran Dani, yang kini sedang berjalan ke arahnya.

Perlahan Mahen lantas memalingkan wajahnya ke arah lain. Perasaannya mendadak tidak enak. Entah kenapa, Mahen sudah suudzon duluan.

"Besok lusa kamu pulang," ucap Dani setelah sampai di hadapan Mahen. Pria itu lalu mendudukkan tubuhnya di bangku yang tersedia di sana.

Mendengar kabar itu, membuat Mahen jadi sedikit terdiam. Cowok itu pun lalu menjawab, "Iya. Badan Mahen juga udah enakan."

"Bagus kalo gitu," sahut Dani seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

Hari ini, Dani memang sedang malas untuk ke kantor atau bertemu dengan anak buahnya. Sebenarnya, sejak kemarin-kemarin juga, pria itu sama sekali tidak kerja. Dia hanya muak saja karena terus-terusan menjaga Mahen yang membuatnya repot.

"Baru ditinggal semalam, udah nambah masalah aja kamu," ujar Dani, membuat Mahen jadi menatapnya.

"Punya otak itu dipake. Kalo butuh apa-apa, pencet tombol di atas kepala kamu. Gitu aja gak becus!" sarkas Dani dengan nada emosi.

Mahen jadi terdiam dan menundukkan kepalanya. Cowok itu pun lalu membalas ucapan Dani, "Kalo rasa sakitnya masih bisa ditahan, Mahen juga gak bakal nekat."

"Lemah!" maki Dani. Tanpa sadar, perkataannya benar-benar sudah melukai hati Mahen.

"Jadi cowok itu jangan lemah! Belajar berusaha sendiri!" lanjut Dani lagi, yang semakin membuat Mahen membisu, dan tidak bisa berkata-kata. Dadanya terasa begitu sesak dan sakit.

"Satu bulan lagi masuk sekolah. Kamu mau ketinggalan sama orang lain, hah?"

Mahen masih diam, dengan kedua tangan yang perlahan mulai mengepal. Rasa sesak dan marah kini sudah bercampur menjadi satu. Mahen juga tidak akan seperti ini, jika bukan karena perbuatan Ayahnya sendiri. Namun, kenapa selalu dirinya yang di salahkan?

MAHEN ALGRAFAWhere stories live. Discover now