Shooting Trial To Begin

19.3K 1.4K 8
                                    

Suara tembakan yang saling bersahutan terdengar memenuhi halaman belakang rumah Adiwijaya. Sean dan El, kedua kakak beradik itu membidik pistol berkaliber 9mm ke arah shooting target dari jarak 21 yard.

Setiap tarikan pelatuk keduanya tak lepas dari pengawasan instruktur pribadi mereka yang ikut mengawasi. Sedangkan tak jauh dari sana, Ratu hanya duduk memantau sejak sesi latihan mereka di mulai 1 jam yang lalu.

Setelah kejadian ia yang menguntit Sean di nightclub kemarin, semuanya kembali berjalan seperti biasa. Meskipun itu yang Ratu harapkan⎯namun ia tidak berekspektasi akan setenang ini.

Maksudnya adalah, Sean bahkan tidak menyinggung sedikitpun soal kejadian semalam. Bukannya apa-apa, tapi ini sungguh janggal dan mencurigakan. Ketenangannya itu, semua sikap Sean yang seperti tak pernah terjadi apa-apa justru membuat Ratu khawatir.

Saat sedang tenggelam dengan isi kepalanya, perhatian Ratu kemudian teralihkan ke arah orang-orang di tengah lapangan. Ms. Vivian, instruktur menembak mereka memuji Sean saat shooting target milik lelaki itu cukup banyak memiliki bekas tembakan di titik target.

"Well done, Sean." Ujarnya memuji. "Now let's put a new one." Gumamnya.

Wanita cantik dalam balutan baju tactical itu berniat menuju shooting target untuk menggantinya dengan yang baru. Namun belum sempat ia melangkah, ucapan Sean lebih dulu menginterupsinya.

"No, that's fine, Miss," Ujar Sean menyela. "Ratu, bisa tolong pasang shooting target yang baru?"

Ratu yang sejak tadi duduk di belakang mereka sempat mengerjap sebelum menggangguk mengiyakan. Ia lantas turun ke tengah lapang, sedikit berlari menuju shooting target yang berada jauh belasan meter di depan mereka.

Saat tengah memasang shooting target yang baru, ia dikagetkan dengan suara tembakan yang cukup keras. Kedua sorot matanya tertegun kaget, menatap shooting target di depannya yang baru saja ditembus oleh sebuah peluru.

Seketika lonjakan adrenalin mengalir di seluruh pembuluh darah Ratu. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang setelah nyaris meledak beberapa milidetik yang lalu.

Kalau saja ia berdiri beberapa senti meter dari tempatnya sekarang, mungkin bukan shooting target itu yang akan ditembus oleh peluru tadi. Tapi isi kepalanya.

Ratu sontak menoleh ke belakang, menatap Sean yang kini tengah berada di posisi membidik. Laki-laki itu kemudian melepas sebelah headphone yang menutupi telinganya.

"Uh⎯sorry." Ucapnya santai. Terlampau tenang seolah hal barusan bukanlah kesalahan yang berarti.

Sedangkan El justru terkekeh, berbeda dengan Ms. Vivian yang langsung terkesiap kaget.

"Sean watch out! You almost shoot her!" Seru Ms. Vivian nyaris membentak.

(Sean hati-hati! Kamu hampir aja nembak dia!)

"I'm sorry, I'm just a little burnout,"

(Maaf Miss, saya agak gak fokus karena kelelahan,)

Ms. Vivian kemudian menghela nafas kasar. "Let's take a break for few minutes." Ucapnya sebelum berlalu menghampiri Ratu.

(Ayo istirahat dulu beberapa menit.)

"Kamu gapapa?" Tanya Ms. Vivian cemas.

Ratu lantas mengangguk dengan perasaan yang masih terguncang. Harusnya Ms. Vivian meralat pertanyaannya, orang normal manapun tidak akan ada yang terlihat baik-baik saja setelah nyaris tertembak. Ia bahkan masih bisa meresakan hembusan dari kilat proyektil padat tersebut ketika bergerak tepat melewati telinganya.

HierarkiWhere stories live. Discover now