Working On Hard Problems

18.4K 1.2K 17
                                    

Hari ini adalah hari pertama Ratu bekerja. Seperti permintaan Diana, sepulang sekolah ia langsung menuju ke rumah wanita itu. Begitu sampai, Diana langsung membawanya menuju sebuah kamar tidur di bangunan barat. Ruangan bernuansa ash brown modern tersebut menguarkan aroma cherry blossom yang manis begitu ia menginjakan kaki ke dalam sana.

"Mulai sekarang kamu bisa pakai kamar ini, kamu bisa taro baju ganti ataupun barang-barang lain biar gak perlu bulak-balik ke apartemen kamu. Jaga-jaga juga kalo misal pulang kemaleman, kamar ini bisa dipakai buat istirahat." Jelas Diana.

Ratu lantas mengangguk-angguk sambil menyapukan pandangannya ke seisi kamar. "Oke, terimakasih banyak ya, Bu." Ucapnya kemudian.

"Oh iya saya mau bahas kerjaan kamu, boleh sambil duduk dulu," ujar Diana.

Ia lalu menggiring Ratu menuju sofa. Wanita itu mengambil sebuah iPad di atas rak furniture sebelum ikut bergabung duduk di sana.

"Jadi setelah saya pikir-pikir, jadwal kita itu bakal sering bentrok. Kadang kalo saya lagi ada schedule, kamunya mungkin masih di sekolah. Tapi kebetulan, Sean bilang ke saya dia lagi butuh PA. Jadwal kursus sama kelas privat-nya lumayan padat karena udah di tingkat akhir sekolah," Diana sempat menjeda, melihat Ratu yang masih menyimaknya dengan serius.

"Nah, kalo misalkan kamu yang jadi PA dia keberatan gak? Kalian kan satu jadwal, jadi gak bakal ribet. Nanti biar saya rekrut orang baru buat gantiin PA saya yang cuti," ucap Diana melanjutkan.

Ratu sempat terdiam seolah tengah menimang. Ia sendiri cukup terkejut, Sean melakukan hal ini pasti bukan tanpa alasan. Tapi tak mungkin juga kalau menolak. Ia tak mau mundur saat sudah sejauh ini.

Dan lagipula, justru ini adalah hal yang bagus. Dengan begitu ia lebih mudah memasuki kehidupan Sean dan memantau laki-laki itu sepenuhnya.

"Baik, Bu, saya gak keberatan kok." Ujar Ratu kemudian.

Diana lantas mengulas senyum sebelum membuka iPad di tangannya. "Well, ini jadwal Sean yang udah saya susun sampai 1 minggu kedepan. Kamu tinggal ikutin schedule yang ada di sana, kecuali kalo ada perubahan baru kamu ganti," ujar Diana sambil menyerahkan iPad-nya pada Ratu.

"Di situ udah ada kontak tempat les Sean, kursus privat dia, sama beberapa nomor penting lain." Jelas Diana. Melihat Ratu yang sepertinya akan kebingungan, ia lantas menambahkan. "Nanti kalo ada yang bingung tanya Sean aja."

Ratu hanya menipiskan bibir sambil mengangguk-angguk, memeriksa sekilas isi jadwal di iPadnya itu.

"Ekspo Pelelangan Yayasan Amal, acaranya jam 8 malam ini ya?" Tanya Ratu melihat salah satu acara yang tertanggal hari ini.

"Ah iya, nanti kamu kasih tau Sean, sama bantu dia siap-siap 2 jam sebelum jadwal."

Ratu lantas melirik jam di tangannya, tersisa 1 jam sebelum pekerjaan pertamanya dimulai.

"Sekarang kamu makan aja dulu, nanti di dapur ada Mbak yang bantu. Kalo mau mandi di walk in closet ada baju buat ganti." Ucap Diana menambahkan.

Ratu lantas mengangguk mengiyakan. Setelah Diana pergi, ia kemudian menghempaskan diri di atas ranjang. Gadis itu mendesah panjang saat tubuhnya tenggelam di foam lembut dari kasur latex premium tersebut.

Kedua matanya terpejam, melepas semua penat yang terasa membelit hingga ke tulang belulangnya. Namun tak mau ketiduran dan mengacau di hari pertamanya bekerja, Ratu segera beranjak dari ranjangnya.

Ia bergegas ke kamar mandi lalu pergi ke dapur untuk mengisi perut. Setelah selesai, seperti perintah Diana, ia menuju ke kamar Sean untuk membantunya siap-siap.

Saat sampai di sana, perhatiannya langsung tertuju ke arah kamar mandi yang sepertinya sedang di gunakan. Paham kalau Sean ada di dalam, Ratu lantas menuju walk in closet untuk mempersiapkan baju bagi cowok itu.

Karena ini acara resmi, Ratu memilih setelan formal untuk Sean. Ia mengambil sebuah kemeja Ralph Lauren putih, celana bahan dan tuxedo hitam dari brand yang sama.

Jujur saja, meskipun Ratu miskin tapi sedikit banyak ia tahu soal fashion. Setidaknya pilihan bajunya tidak begitu norak karena banyak referensi dari sosial media.

Belum sempat Ratu selesai, suara decitan pintu kaca kamar mandi berhasil menarik perhatianya. Sean terlihat baru saja keluar dengan menggunakan bathrobe di bawah lutut. Rambutnya terlihat basah ditambah aura segar khas habis mandi.

"What are you doing?" Sean menaikkan satu alis, menatap Ratu yang masih berdiri di tempatnya.

(Lo ngapain?)

"Um⎯gue abis siapin baju lo. Mungkin lo belum dikasih tau, Bu Diana suruh gue jadi PA lo mulai sekarang." Ucap Ratu menjelaskan.

Tanpa berniat merespon, Sean lantas berjalan mendekat ke arahnya. "Oke. Terus lo ngapain masih di sini?" Tandasnya datar.

Dengan tenang cowok itu melepas tali bathrobe-nya hingga jubah putih tersebut jatuh ke lantai. Tubuhnya terekspos, menampilkan abs liat yang terlihat mengkilat karena tetesan air. Refleks Ratu memejamkan mata saat hanya tersisa handuk sepaha yang melilit pinggang Sean.

Belum sempat gadis itu bergerak, ia mencium aroma woody maskulin yang menguar di hidungnya. Ratu lantas membuka mata perlahan, mendapati Sean yang berada tepat di depannya.

Tubuh Ratu yang jauh lebih pendek membuatnya berhadapan langsung dengan dada bidang cowok itu. Posisinya sekarang tepat di bawah kukungan tubuh besar Sean. Namun perlahan cowok itu membungkuk, mensejajarkan wajahnya dengan Ratu.

Untuk seperkian detik Ratu menahan nafas, merasakan jantungnya yang berdegup kencang saat wajah tampan Sean hanya berjarak beberapa inci saja. Aroma mint seketika tercium dari hembusan nafas hangat Sean yang menerpa wajahnya.

Seolah gagu, Ratu tak bisa berkutik saat Sean semakin mendekat. Dari jarak sedekat ini, ia bisa melihat wajah Sean yang masih dipenuhi buliran air itu dengan jelas. Mata sayu dengan bulu mata lentik, hidung mancung, bibir penuh, juga tulang rahang yang tegas.

Sial, Ratu tak bisa berpikir jernih. Detak jantungnya semakin menggila begitu jarak mereka tinggal beberapa senti. Namun ketika bibir mereka nyaris bersentuhan, suara decitan di laci samping berhasil mengalihkan atensinya.

Tangan kokoh Sean bergerak menarik laci wardrobe di belakang tubuh Ratu kemudian mengambil singlet polos di sana. Setelahnya Sean menjauhkan diri, seolah ikut menarik desiran aneh yang sedari tadi menyesakkan Ratu.

Sean meloloskan singlet itu ke lehernya sambil tersenyum sinis melihat Ratu yang masih mematung.

"Atau lo mau liat gue ganti baju?" Tandasnya kemudian.

Ratu sendiri belum sempat merespon sebelum Sean menyentuh lilitan handuk di pinggangnya. Begitu sadar, cewek itu buru-buru keluar dari sana sebelum handuk itu terlepas dari tubuh Sean.

"Gila anjir, apaan-apaan sih tuh cowok?" Gerutunya salah tingkah sendiri.

HierarkiWhere stories live. Discover now