New Apple Brand For Free

25.6K 1.9K 25
                                    

Ratu memasukkan kedua tangannya kedalam jaket rajut. Ia berdiri di depan gedung apartemen sambil sesekali melirik jam di tangannya.

Sejak Ayahnya meninggal, Arini⎯Kakaknya memang menyuruh Ratu untuk menjual rumah lama mereka. Jadilah kini ia tinggal di apartemen kecil yang lebih nyaman dan lebih dekat dari sekolah barunya.

Beberapa saat kemudian sebuah mobil Range Rover hitam berhenti tepat di hadapan Ratu. Kaca pintu kemudi terbuka, menampilkan seorang sopir berpenampilan necis yang menyuruhnya untuk masuk. Ratu membuka pintu kursi belakang dimana sudah ada El di sana.

Gadis itu duduk merendahkan senderan jok dengan menggunakan penutup mata bermotif beruang. Sepertinya ia sedang tertidur.

Begitu Ratu naik, perhatiannya langsung teralihkan ke arah pria tegap yang duduk di kursi depan. Tanpa melihat wajahnya pun Ratu yakin kalau ia adalah Sean. Cowok itu terlihat santai menyender di bantal leher sambil fokus memainkan ponsel.

Entah karena tidak peduli atau memang tidak sadar akan kehadiran Ratu, Sean terlihat tak acuh dengan kedua telinga yang disumpal oleh airpods.

Selama perjalan hanya keheningan yang memenuhi seisi mobil. Entah sejak kapan Ratu tanpa sadar sudah memperhatikan Sean dari kaca depan. Cowok itu sangat tampan—amat sangat tampan. Dengan hidung tegas, bulu mata lentik, mata gelap yang sayu dan bibir penuh. Kulitnya juga agak sedikit kecoklatan khas mediterania, membuat auranya terasa semakin maskulin.

Sean adalah cowok paling tampan yang pernah Ratu lihat secara langsung. Ia begitu sempurna, dengan tubuh tegap dan tinggi juga pahatan wajah yang memikat. Tidak heran jika ia menjadi cowok yang paling banyak diincar di sekolah.

Ah, seketika Ratu jadi ingat kejadian kemarin. Apa mungkin Sean sadar keberadaannya saat mengintipnya berbuat mesum di ruang ganti?

Saat tengah asik menerka-nerka, Ratu seketika tertegun begitu Sean balik menatapnya dari kaca depan. Cowok itu menghunuskan tatapan datar. Meski tanpa ekspresi, namun justru membuat Ratu merasa diintimidasi sekaligus ditelanjangi secara bersamaan.

"Mbak El, udah sampai, Mbak." Ucapan sopir berhasil memecah kontak intens di antara kedua manusia itu.

Sean lantas beranjak keluar mobil lebih dulu. Sedangkan El masih asik menggeliat sebelum melepas penutup matanya. Gadis itu melirik sekilas keluar jendela lalu beralih menatap Ratu.

"Ayo turun." Ajak El. Ia keluar dari mobil di susul oleh Ratu.

Gadis cantik itu merogoh sesuatu dari backpack Saint Laurent-nya lalu mengeluarkan sebuah handphone berwarna ungu pastel. Ia menyodorkan ponsel Apple yang baru dirilis tahun lalu itu kearah Ratu.

"Pake. Ini bekas gue, udah ada nomor gue juga di sana."

Dengan cepat ekspresi Ratu berubah terkejut. Ia lantas menggelengkan kepalanya menolak. "Gak perlu El⎯"

"Ck tinggal ambil ribet banget si. Lagian handphone lo itu gak akan guna banyak, anak-anak di sini gak ada yang pake Whatsapp." Tandas El. Ia menarik tangan Ratu lalu meletakkan ponselnya di sana.

Bertepatan dengan itu beberapa teman El yang baru tiba berjalan menghampiri. Mereka langsung berbincang heboh, berbeda dengan Ratu yang masih bergeming sambil menatapi barang mahal di tangannya.

Ia masih belum bisa mencerna kalau saat ini, tanpa mengeluarkan uang sepeserpun ia baru saja mendapatkan sebuah handphone mahal. Salah satu series terbaru dari brand ponsel yang harganya sama dengan satu unit motor. Bukankah terdengar tidak masuk akal—dan agak konyol?

Saat mereka berjalan menuju ruang jurnalistik, Ratu kemudian izin lebih dulu untuk pergi ke kamar mandi. Ia ingin buang air kecil, mungkin sekalian memeriksa lotre yang baru ia dapat ini.

HierarkiWhere stories live. Discover now