Big Brother Can Do Anything

21.7K 1.5K 19
                                    

Kepalan tangan kokoh itu menggantung di udara, mengetuk-ngetuk pintu hingga sang empunya ruangan mempersilahkannya masuk.

Sean berjalan memasuki kamar El namun tidak ada siapapun di sana. Pandangannya pun segera tertuju ke arah walk-in closet saat mendengar suara samar-samar.

"What are you doing?" Tanya Sean. Ia mengernyit bingung bingung melihat El yang sedang mengemas barang-barangnya kedalam koper.

(Lo lagi ngapain?)

El mengedikkan bahunya tak acuh. "Packing."

Sean lantas menghampirinya lalu menarik lengan gadis itu, "what's that supposed to mean?" Tanyanya cemas.

(Maksud lo apaan?)

"Ayah bakal kirim gue ke Switzerland." Jawabnya santai, berbeda dengan Sean yang seketika terperangah.

"Are you kidding? Gue baru aja cabut tuntutan lo di komite supaya lo bisa balik sekolah, ngapain lo harus pergi?" Tanya Sean tak terima.

"I don't know, Sean. Just ask father." El mendesis frustasi sambil menghempaskan genggaman tangan Sean.

(Gue gak tau, Sean. Tanya aja Ayah.)

Ia baru saja diberitahu mengenai pencabutan laporan dari komite sekolah tadi, namun Abimana tiba-tiba malah menjadwalkan kepergiannya untuk pindah ke Switzerland.

Meskipun tak terima, El tak bisa melakukan apa-apa untuk melawan perintah Ayahnya. Seperti peraturan utama rumah ini, apapun keputusan Abimana adalah perintah mutlak.

"Thanks, Sean. Tapi kita gak bisa berbuat apa-apa. Gue harus tetep pergi." El mendongak dengan tatapan sendu.

Sean masih mematung, mengepalkan kedua tangannya saat El kembali memasukkan baju-bajunya ke dalam koper.

"No, we can do something." Ujarnya sebelum berlalu pergi.

(Gak, kita masih bisa lakuin sesuatu.)

"Where's father?" Tanya Sean saat ia menuruni tangga menuju hall utama.

(Dimana Ayah?)

Chyntia, sekretaris Abimana yang tengah memeriksa beberapa berkas itu pun lantas mendongak.

"Beliau lagi latihan di SBJ," jawabnya.

Tanpa banyak bertanya Sean segera menyambar jaketnya lalu pergi meninggalkan rumah. Ia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju tempat sasana tinju yang di sebutkan Chyntia.

Begitu sampai ia segera menuju ruangan latihan ekslusif, tempat yang selalu digunakan Ayahnya. Di atas ring sana terlihat Abimana yang tengah berlatih. Kedua lengan kokohnya dengan semangat meninju punching pad yang di pegang seorang trainer, dengan keringat yang sudah membanjiri tubuh.

Sean lantas melepas jaketnya, meraih sepasang sarung tinju yang di pegang Rafael⎯PA Ayahnya sebelum naik ke atas ring. Ia menggantikan posisi si trainer dengan menjadi lawan Abimana.

Keduanya saling berhadapan, berdiri dengan posisi kuda-kuda yang siap bertarung satu sama lain. Abimana mengasah gerakannya dengan berpivot dan bergeser menggunakan pangkal jemari kaki. Ia bergerak lincah sebelum meluncurkan pukulan pendek pada Sean.

"You don't need to do that." Ucap Sean. Ia menghindar dengan melakukan blok, menahan kedua tinjunya di depan wajah.

(Ayah gak perlu ngelakuin itu.)

"Do what?" Tanya Abimana sebelum meluncurkan satu pukulan lagi.

(Ngelakuin apa?)

"Ngirim El ke Switzerland. Komite udah nyabut laporannya dan dia bisa kembali lagi ke sekolah." Ucap Sean sambil terus menghalau pukulan dengan kedua tinjunya.

HierarkiWhere stories live. Discover now