Follow Up Case Of Bullying

24.3K 1.8K 23
                                    

Satu minggu sejak laporan Ratu ke Komite Anti-Perundungan, akhirnya semua pihak yang terlibat dikumpulkan. Di sana juga terdapat Ms. Anna sebagai walikelas korban bersama tiga orang perwakilan Komite sekolah.

Pelaku yang terlibat dalam kasus ini adalah El, Naura, Beverly, dan Magika. Karena El adalah kaki tangan yang memimpin mereka maka kasusnya sendiri dipisahkan. Dengan kemungkinan yang sangat jelas bahwa ia akan mendapat sanksi lebih berat dari yang lain.

El duduk di ruang meja bundar, berhadapan langsung dengan Amaris dan Ratu sebagai korban. Keduanya sudah siap dengan segudang argumen untuk menjatuhkannya. Namun meski begitu El terlihat tenang. Hanya kelihatannya saja. Karena di bawah meja, kedua tangannya mengepal menahan amarah yang sudah memuncak di ubun-ubun.

El masih tidak menyangka mereka akan seberani ini. Amaris, jalang murahan itu bahkan tak pernah berani menatap matanya. Dan Ratu, ia kira gadis itu adalah peliharaan yang patuh. Tapi siapa sangka mereka bisa bertindak sejauh ini. Well, tingkah para pecundang memang kadang sulit ditebak.

"Baik, kalau begitu Dewan Ketua Komite Sekolah memutuskan bahwa Ananda Eleanor Diva Adiwijaya akan diskors hingga waktu yang tidak ditentukan sampai ada putusan dropout dari sekolah. Untuk surat pemanggilan wali murid sudah dikirimkan melalui pos ke alamat rumah yang bersangkutan." Jelas Ketua Komite memutuskan.

Setelah rapat selesai, dengan amarah yang siap meledak El bergegas meninggalkan ruangan. Ia pergi begitu saja disusul Sean yang sejak tadi sudah menunggu di luar.

"Everything's alright?" Tanya Sean sambil menyamai langkah tergesa gadis itu.

(Semuanya baik-baik aja?)

"Nope. Gue diskors sampai dapet surat DO." Geramnya tenang, namun kentara jelas amarah dari ucapannya.

Ia lalu berjalan memasuki mobil jemputan yang menunggu di luar. Begitu sampai di rumah, mereka di sambut oleh kehadiran wanita anggun yang sejak lima tahun terakhir mereka panggil dengan sebutan Bunda.

Dengan wajah cemas Diana memegang selembar kertas sambil menghampiri mereka yang baru memasuki pintu utama.

"Hey, El, what happened? What is this?" Tanya Diana khawatir.

(Hey, El, ada apa? Surat apaan ini?)

"Oh shut the fuck up. Jangan bertingkah seolah-olah lo peduli." Tandas El muak. Ia lantas berjalan menerebos hingga bahu wanita itu terhempas mundur.

Sedangkan Sean hanya menatap Diana tanpa ekspresi. "You really make me sick." Ucapnya saat berlalu dihadapan wanita itu.

(Lo bener-bener bikin gue muak.)

Diana masih mematung beberapa saat. Ia menghela nafas pelan menghadapi sikap anak-anak sambungnya. Selalu saja begitu setiap hari.

Sedangkan El dan Sean sudah pergi ke lantai atas menuju kamar El. Gadis itu berdiri di dekat balkon sambil memantik sebatang rokok dari laci nakas.

"Father won't forgive you for this." Sean duduk bersender di sofa ayun. Ia memperhatikan adiknya yang terlihat kalang kabut.

(Ayah gak akan maafin lo buat masalah ini.)

"I know." Sahut El sambil menghembuskan asap dari mulutnya. Ia menatap lurus kedepan dengan tangan yang terus gemetar gelisah.

"Can you fix it for me?" Tanya El kemudian, menatap kakak laki-lakinya penuh harap.

(Lo bisa bantu gue?)

Sean tidak pernah mencampuri urusan El. Tapi untuk sekarang, masalah sebesar ini sepertinya ia harus terlibat.

HierarkiWhere stories live. Discover now