Trapped By The Ruthless Devil

24.5K 1.6K 85
                                    

Dentingan bel pintu di apartemen berhasil mengalihkan perhatian Ratu. Ia yang tengah sibuk memasak pun akhirnya beranjak dari dapur. Gadis itu berlari kecil menuju pintu, mengintip dari lubang lens lalu mengernyit saat melihat keberadaan Arfa.

"Arfa? Ngapain lo di sini?" Tanya Ratu setelah ia membukakan pintu.

Laki-laki itu mengulas senyum tipis, satu tangannya terlihat membawa jinjingan paperbag berisi boba tea. "Lo gak akan nyuruh gue masuk dulu?" Ujar Arfa bertanya balik.

Ratu lantas menyampir sambil membukakan pintu lebih lebar. "Ayo masuk,"

"Ini, gue bawain boba sekalian lewat coffee shop tadi," ujar Arfa sambil menyerahkan jinjingan yang ia bawa.

"Thanks ya, Fa. Duduk dulu. Gue mau bikin minum. Lo mau kopi? Teh atau..?"

"Teh aja." Sahut Arfa kemudian.

Ratu lantas beranjak ke belakang. Beberapa saat kemudian ia kembali dengan dua cangkir teh dan beberapa toples camilan dari pantry.

"Lo tau dari mana tempat tinggal gue di sini?" Tanya Ratu kemudian.

Ia mendudukan bokong di atas sofa yang berseberangan dengan laki-laki itu.

"Dari ketua kelas. Gue denger lo abis ribut sama anak-anak primus,"

Saat kejadian Arfa memang sedang tidak ada di kelas. Ia sedang menghadiri pertemuan dadakan di klub astronomi.

"Is everything okay? Kalo ada apa-apa lo boleh cerita sama gue." Lanjutnya menambahkan.

"Gue tau kita belum saling kenal deket, tapi gue harap lo gak sungkan kalau butuh bantuan. Apapun itu, selagi mampu gue bakal usahain untuk bantu lo."

Dalam hati Ratu agak skeptis dengan ucapan Arfa. Karena bagaimanapun juga, tidak ada yang bisa ia percaya selain dirinya sendiri. Tapi dalam konsisi seperti ini ia jelas tidak akan bisa bertahan kalau sendirian.

"Umm... sebenernya gue tau kalo di rooftop itu Amaris gak bunuh diri, tapi Sean yang nyoba buat bunuh dia." Ucap Ratu pada akhirnya.

Seketika Arfa mengernyit kentara. "Maksud lo gimana?"

"Sebelum Amaris jatuh gue pergi ke rooftop, gue liat dengan mata kepala gue sendiri dia lagi berantem sama Sean. Entah ngeributin apa, tapi yang jelas mereka berantem hebat. Dan tepat saat gue turun, Amaris jatuh. Gue emang gak liat secara langsung, tapi gue yakin Sean pelakunya." Jelas Ratu menambahkan.

"Lo yakin itu emang Sean?"

Gadis itu mengangguk, "dia yang bilang sendiri sama gue, meskipun gak secara harfiah. Dia itu gila, Fa. Dia bahkan berani ngancem gue di lingkungan sekolah buat nandatanganin surat pencabutan laporan ke Komite. Gue yakin dia bisa ngelakuin lebih dari ini buat dapetin yang dia mau."

Arfa seketika terdiam. Ia masih terlalu kaget untuk mencerna apa yang baru saja ia dengar.

"Sori, Rat, gue justru malah nyangka kalo selama ini lo pelakunya. I mean⎯gue sendiri ada di sana. Gue yang liat dengan mata kepala gue sendiri kalo lo turun dari rooftop. Apalagi ditambah banyak banget kabar simpang siur yang kesebar di sekolah."

Ratu hanya menipiskan bibirnya. "Gue paham. Kalo gue jadi lo gue juga bakal curiga sama diri gue sendiri."

"Terus kenapa lo gak bilang ke orang-orang?" Tanya Arfa.

Ratu kemudian tersenyum, lebih tepatnya tersengih kecil. "Karena orang-orang GIS gak akan mungkin percaya. Apalagi, waktu itu gue belum tau pasti kalo Sean emang pelakunya. Gue takut omongan gue malah jadi tuduhan gak berdasar yang bakal ngerugiin dia." Jelasnya.

HierarkiWhere stories live. Discover now