Revocation Of Scholarship

21.3K 1.7K 32
                                    

Keadaan Sean cukup parah saat pertama kali dilarikan ke unit gawat darurat. Tubuhnya dipenuhi luka yang lumayan dalam sehingga harus mendapatkan belasan jahitan di punggung, leher, rahang, lengan atas, dan paha. Ia juga harus mendapatkan operasi untuk memperbaiki struktur tulang hidungnya yang patah.

Begitu ia sadar dari efek anastesi Sean langsung dipindahkan ke bangsal VIP. Di ruangan itu ia ditemani oleh El juga Diana, Bunda-nya. Sejak Sean sampai di rumah sakit mereka menunggu tanpa beranjak sedikitpun, terutama El.

Padahal sudah ada beberapa orang yang diutus Abimana untuk menjaga putranya selama 24 jam. Namun seperti tak punya kesibukan lain, mereka tetap menemaninya di sana seharian.

"Bunda ke rumah dulu ya, Ayah kalian sebentar lagi pulang kantor. Kamu juga pulang El, dari kemarin kamu sama sekali belum istirahat." Diana menyentuh bahu putri tirinya itu diakhiri usapan lembut.

El yang sedang sibuk menyuapi Sean hanya menghela nafas jengah. "Iya." Jawabnya singkat, tak ingin memperpanjang perbincangan.

Setelah Diana pergi, Sean tersenyum menatap adiknya. El terlihat berantakan, tidak seperti ia yang biasanya. Meskipun saat tidak menggunakan make-up, tapi El selalu terlihat bersih dan terawat. Jelas jauh berbeda dengan sekarang yang terlihat agak kumal.

"She's right. You need to take a shower," celetuk Sean setelah melahap suapan sendok oatmeal yang disodorkan El ke mulutnya.

(Bunda bener. Lo perlu mandi,)

"Oh shut the fuck up, you such a fucking idiot. What the hell is wrong with you?! Kenapa lo biarin cewek tolol itu mukulin lo sampe nyaris sekarat kaya gini?" Tandas El membabi-buta.

(Gak usah ngomong, lo idiot. Lo kenapa, hah?)

Ia tahu Sean tidak selemah itu. Untuk seseorang yang masuk kelas muaythai sejak kecil, sungguh konyol kalau ia tidak bisa membela diri. Sebrutal apapun Ratu, Sean tetaplah pemenangnya. Apalagi ia laki-laki. Bahkan El sendiripun bisa melumpuhkan Ratu hanya dengan satu hempasan.

"I don't hit a girl. Dan kadang, predator harus pura-pura lemah buat bikin mangsanya ngerasa kalo dia bukan ancaman. It's the easy way to make them begging at our feet." ujarnya sambil mengulas smirk.

(Gue gak mukul cewek. / Itu cara yang mudah buat bikin mereka bersimpuh di bawah kaki kita.)

"Jadi ini emang rencana lo?" Tandas El tak percaya. Sean mengulum senyum lalu mengangguk.

"Lo mau ngalahin Ratu dengan cara bikin diri lo sendiri dapet 15 jahitan?" Sarkasnya semakin tak habis pikir. Lagi-lagi Sean mengangguk.

"You're a fucking maniac!" Umpat El.

Sedangkan Sean hanya terkekeh. Ucapan El terdengar seperti sebuah pujian baginya.

"Anyway gimana kabar dia sekarang?" Tanya Sean kemudian.

El sempat terdiam. Namun ia langsung menangkap dia yang dimaksud oleh Sean.

"Ayah belum sempet hubungin pengacara, tapi beliau bakal bawa kejadian ini ke ranah hukum." Jelas El. "Then what's your plan with her?"

(Terus apa yang bakal lo lakuim sama tu cewek?)

Sean menipiskan bibir sambil mengedik pelan. "You'll see."

(Lo bakal liat sendiri.)

Pandangannya kemudian menyapu, teralihkan menatap beberapa karangan bunga yang tertata rapi di atas nakas.

"Gue belum mati, kenapa banyak bunga kaya gini?" Gerutu Sean melihat banyak buket bunga di sana.

El kemudian berdecih kecil, "itu dari walikelas sama temen-temen lo. They kinda overreacted."

HierarkiWhere stories live. Discover now