- Lima Belas

14 5 0
                                    

Dengan sebuah novel yang memiliki penampilan kurang menarik lagi dan perasaan yang diliputi rasa khawatir, kini Aira tengah berdiri di samping pintu masuk ruang perpustakaan sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan sebuah novel yang memiliki penampilan kurang menarik lagi dan perasaan yang diliputi rasa khawatir, kini Aira tengah berdiri di samping pintu masuk ruang perpustakaan sekolahnya.

Sudah 5 menit semenjak ia tiba di depan ruangan ini, gadis itu masih belum siap untuk memasuki ruang yang dipenuhi oleh puluhan bahkan ratusan buku.

"Ayo Aira!" Gadis itu mulai menyemangati dirinya.

"Kalau kamu gak lakuin ini sekarang, masalah kamu gak bakal selesai-selesai!" Gadis itu memejamkan matanya sejenak, ia mulai memanjatkan doa.

"Huft." Tekadnya kini sudah bulat, ia tak mau lama-lama lagi berdiam diri di sana, ia harus segera masuk dan menyelesaikan semua masalah yang telah ia buat.

Saat sampai pada penjaga perpustakaan, raa takut itu tak kunjung padam ia hanya sedikit pudar.

"Permisi," ucapnya pelan, wanita itu mengangkat kepalanya melepaskan pandangannya dari komputer yang berada didepannya.

"Iya," balasnya.

Aira menaruh secara perlahan novel itu di atas meja penjaga. Jantungnya berdetak semakin cepat, raut majahnya benar-benar cemas.

Penjaga itu mengerutkan dahinya, ia tampak kebingungan. Wanita itu mengambil novel yang berada di atas meja, ia mengangkat dan membolak-balikan sampul novel yang sudah tak indah lagi, ia juga membuka satu persatu dari halaman yang sudah tadinya lurus tak bergelombang kini sudah bergelombang dan tulisannya sudah beberapa ada yang pudar.

"Kok bisa sampai kayak begini?" tanyanya dengan satu alis terangkat dan tangannya yang meninggikan novel yang ada ditangannya itu.

"Kena hujan, Bu." Aira menunduk.

"Kena hujan atau kamu bawa berenang? Kalau kena hujan pasti hanya bagian depan atau belakang, ini bukan? Ini semuanya."

"Yakin kena hujan?" tambahnya yang masih mengangkat novel itu ditangannya.

"Iya, Bu. Maaf," ucapnya jantungnya tak berhenti berdetak dengan cepat. Wanita itu terlihat begitu tegas, bahkan Aira tak sanggup untuk melihat wajahnya.

"Ini buku satu-satu yang disini, mau didenda juga semua isi buku udah susah buat dibaca."

"Ganti, ganti buku ini? kamu bisa?" Aira mengangkat kepalanya.

Apa maksud mengganti buku itu? Apakah ia harus menggantinya sama persis? Atau menggantinya dengan uang?

"Saya ganti bukunya dalam bentuk uang atau buku, ya Bu?" tanya Aira kembali.

"Buku," balasnya singkat.

Aira terdiam sejenak, dimana ia akan mencari buku yang sama seperti ini? Ditambah dengan fakta bahwa tak ada yang mempunyai toko buku yang menjual begitu banyak varian novel.

Hanya dikota besar ia bisa mendapatkan itu.

"Baik bu, akan saya ganti."

"Seminggu, paling lama. Saya tunggu," jelasnya lalu kembali melemparkan pandangannya pada komputer didepan matanya.

━ Dear SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang