Gadis itu kembali melemparkan ingatannya pada beberapa jam yang lalu. Mengingat-ngingat krmbali membuatnya tersenyum-senyum sendiri.
Aira meremas bantal yang ada dipangkuannya dan menenggelamkan kepalanya disana sembari menggeleng-gelengkan kepalanya saat mengingat matanya dan mata Semesta saling tertaut.
Ia tak pernah merasakan ini sebelum bertemu dengan pemuda itu.
"Aira?" panggil seseorang dari balik pintu.
Aira kenal suara itu, segera ia menyembunyikan buku catatan miliknya itu tepat dibawah tempat tidur miliknya.
"Iya, Ma?" jawabnya mengembalikan raut wajahnya menjadi seperti biasa.
Knop pintu berputar perlahan begitu juga dengan pintu yang ikut terbuka, dari balik pintu terlihat Mama membawakan sebuah piring dengan beberapa cemilan ditangannya.
"Kamu kenapa duduk di situ?" tanya Mama ketika melihat anak bungsunya duduk ditempat yang tak biasa.
"Em—gak kenapa-kenapa." Aira bangkit berdiri lalu menaruh bantal tepat berada didepan tempat tidur miliknya. Dimana ia menyembunyikan buku catatan Semesta itu.
"Itu apa?" Gadis itu mulai mendekati Mamanya, walaupun tubuh Aira termasuk mungil tapi ia lebih tinggi dibandingkan sang Mama.
"Ini tadi mama buat," ucapnya kemudian menaruh nampan itu di atas meja belajar milik Aira.
"Di habisin, nanti taruh lagi di dapur ya?" Aira tersenyum semringah, baginya masakan rumah adalah yang paling lezat dibandingkan masakan manapun.
"Jangan begadang, besok kamu sekolah. Harus bangun pagi." Aira mengangguk-angguk.
Langkah kaki wanita itu mulai menjauh, kakinya membawanya untuk segera pergi dari ruangan tempat dimana anak gadisnya itu sering menghabiskan waktu.
Setelah Mama menutup pintu, Aira segera mengambil biskuit yang tadi diberikan padanya. Ia menaruhnya diatas tempat tidurnya lalu berjalan mendekati pintu dan menguncinya.
Aira mengambil catatan miliknya yang tadi ia sembunyikan tepat dibawah tempat tidurnya, perasaannya sangat lega tentang apa yang ia sembunyikan tidak diketahui sama sekali.