- Sebelas

17 10 0
                                    

Langit sore kala itu benar-benar terik, semilir angin benar-benar terasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langit sore kala itu benar-benar terik, semilir angin benar-benar terasa. Rambut Aira ikut terhempas akibat diterpa angin.

Gadis itu masih menunggu kehadiran dari seseorang laki-laki yang selalu ia tunggu kehadirannya.

Semesta.

Laki-laki yang akhir-akhir ini menjadi teman yang selalu ingin Aira hampiri, walaupun perasaan yang ia rasakan lebih dari sekedar teman.

"Aira," panggilnya. Aira menoleh dan tersenyum melihat orang yang ia tunggu akhirnya datang juga.

Semesta langsung menempatkan dirinya disebelah Aira, gadis itu mengulurkan tangannya yang terdapat sebuah apel disana

Aira mengambilnya dari rumah, apel yang diberikan oleh tetangganya.

Semesta mengambilnya, kemudian Aira mengambil apel miliknya yang ada didalam totebag.

Ia menggosong permukaan apel itu menggunakan kain dari lengannya yang kebetulan panjang. Gadis itu menggigit perlahan.

"Ayo dimakan, tenang apelnya gak beracun. Kamu gak bakal pingsan cuma karena apel ini, ini beneran gak ada racunnya kok." Aira menganggat tangannya mengisyaratkan Semesta untuk segera memakannya.

Semesta hanya menatap Aira sedari tadi, sejak Aira memberi apel itu padanya. Ia sudah menatap Aira sejak saat itu.

"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Aira. Semesta menggeleng, lalu memalingkan pandangannya lalu tersenyum tipis tanpa diketahui oleh gadis itu.

Semesta lalu menggigit perlahan buah itu sambil menatap air danau yang tenang di depannya.

"Oh iya, aku ada bawa ini. Bentar" Aira mengambil sebuah novel yang ada didalam totebagnya.

Novel yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah hari ini.

"Baca aja dulu, siapa tau suka." Aira menyodorkan novel itu pada Semesta. Semesta mengambilnya dengan tangan kanannya.

Semesta membuka lembar pertama pada novel yang diberikan oleh Aira.

"Itu dari perpustakaan sekolah, kalau kamu suka pinjam dulu aja. Tenggat kembaliinnya masih 3 hari lagi, tapi kalau misalnya kamu masih kurang lama buat bacanya bilang ke aku."

Aira kembali menggigit buah apel itu sambil melihat danau dengan airnya yang tenang. Keheningan sesaat terjadi.

Aira dan Semesta hanya memakan apel sambil melihat ke arah depan, kicauan burung yang hinggap dipohon itu seperti menjadi harmonisasi sore hari.

Netra mereka memandang ke arah kumpulan angsa yang tengah bersantai pada air danau yang tenang.

Hingga satu gigitan terakhir apel itu, Aira kembali membuka totebag milikya dan mengambil Mp3 player beserta earphone yang akan menjadi prantara.

"Mau denger gak?" tawar Aira memberikan satu bagian earphone berkabel itu pada Semesta.

Aira memasang satu earphone miliknya itu di salah satu telinganya, ia memilih lagu random. Sebenarnya ia bingung ingin memutar lagu apa, alhasil ia mengacak putaran lagu itu.

━ Dear SemestaWhere stories live. Discover now