Bab 33 Dibalik baik baik saja

1.8K 219 130
                                    

Zea baik baik saja. Kata penuh kebohongan yang selalu Zea katakan. Zea tidak baik setelah pulang dari pesta milik papa dan tante Tari. Dengan masih berpakaian sama, Zea duduk lemas dibawah shower yang mengguyur badannya. Tubuhnya bergetar entah karena menangis atau kedinginan.

Saya akan berusaha menjadi imam yang terbaik untuk Tari

Zea meremas rambutnya kala perkataan papanya kembali berdengung di kepalanya. Imam yang baik?  Zea tersenyum diantara air mata dan air dingin yang membasahi.

"Jangan begini, Zea. Kamu yang izinin papa untuk itu. Jangan gila lagi." gumam Zea mengetuk-ngetuk kepalanya dengan kepalan tangannya.

"Papa." panggil Zea lirih.

"Zea butuh papa mama, Zea mau papa, Zea mau mama."

Zea meraung di kamar mandi. Menumpahkan segala kegundahan hatinya. Membiarkan sejenak hatinya untuk merasakan lelah dan mengizinkan diri sendiri agar jujur akan yang dirasa. Entah hingga kapan ia akan terus memakai topeng kepalsuan miliknya. Yang jelas, ia selalu tidak baik baik saja.

Zea mengerjabkan mata sebab silau matahari yang masuk ke kamarnya melalui celah kosong gorden

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Zea mengerjabkan mata sebab silau matahari yang masuk ke kamarnya melalui celah kosong gorden. Zea menyerngit merasakan elusan lembut di keningnya. Ingin kembali dalam mimpinya, Ara memunggungi sang pelaku yang mengganggu tidurnya.

Semakin jengah saat pelaku bertambah mengecupi pipi dan keningnya. Sedikit mengeluh dengan gumaman marah tapi tidak berefek.

"Sudah jam sebelas."

Zea membuka lebar matanya mendengar suara pelaku. Membalikkan badan. Papanya tengah tersenyum sembari mengelus rambutnya. Zea mengerjab, sedikit melirik nakas. Matanya kembali membola melihat jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Merutuki diri sendiri karena kelalaiannya kemarin malam.

Zea mendudukkan diri. Rasanya canggung setelah sekian lama tak menghabiskan waktu berdua dengan papa. Zea hanya diam tidak ingin berkata, selain karena ia baru saja bangun tidur.

"Selamat pagi." Basa basi yang aneh menurut Zea.

Zea mengangguk pelan. Membalas ucapan papanya,"Pagi."

Tidak ada perbincangan setelah perkataan tidak berguna milik papanya. Lantaran ini bukan pagi tapi siang. Zea sedikit mendengkus, melirik tempat obat di meja belajar miliknya, kemarin ia sulit tidur dan sulit juga bernafas. Lagi, Ia kembali mencoba menyelamatkan diri sendiri dari kematian.

Zea mengakihkan perhatiannya pada papanya yang menarik tangannya bangun dari tempat tidur. "Mandi dulu ya. Setelah itu makan siang."

Zea hanya mengangguk, lalu melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Labgkah kakinya terhenti di ambang pintu, menghela nafas ia kembali berjalan untuk membersihkan badan rak luoa menutup pintu.

Lebih dari sepuluh menit Zea habiskan untuk membersihkan diri dan berpakaian. Papanya pun masih menunggunya seraya berhadapan mengecek box obat yang wajib Zea bawa kemanapun. Zea menyisir rambutnya.

A Piece Of ZEA'S MemoriesOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz