Azeera memperhatikan bayangan dirinya yang terpantul di depan cermin kamarnya. Baju seragam sudah terpasang rapi pada tubuh mungilnya. Mba Alin tersenyum setelah merapikan rambut nona muda Agarma tersebut. "Nona muda." panggilnya.
"Huum." balas Azeera tanpa mengalihkan tatapannya.
"Nona bisa pergi ke meja makan sekarang, saya akan membawa barang anda ke bawah." Ucap mba Alin pada Azeera.
Netranya tidak lepas menatap mba Alin yang berjalan menghampiri tas sekolahnya yang berada di meja belajar. "Mba!" panggil Azeera.
"Iya, nona." mba Alin berbalik menatap Zea dari jauh.
"Zea akan datang di acara mama." kata Zea tanpa ekspresi. Mba Alin terdiam ditempat, matanya menyendu melihat begitu rapuhnya seorang gadis yang ia temani setiap harinya.
"Baik, nona. Saya akan berbicara pada tuan Sam." balas mba Alin. Zea mengangguk sebagai balasan.
Sarapan kali ini dilaksanakan dengan hening. Azeera yang sibuk dengan pikirannya begitupun papanya yang juga memikirkan hal yang sama. Sesaat setelah perbincangan tadi dengan segera mba Alin melapor pada assistant papa, uncle Sam. Jika Azeera akan menghadiri undangan sang mama. Dan mungkin saja uncle Sam sudah melaporkan hal itu pada papa.
Zea menaruh gelas susu yang telah kandas di meja makan, lalu mengelap mulutnya dengan tisu yang telah di siapkan. "Papa mau bicara." Zea membeku dari kegiatannya yang akan beranjak dari duduknya ketika suara papa terdengar.
"Bisa papa bicara?" tanya papa pada Zea yang sedari hanya diam menatapnya.
Zea mengangguk sebagai balasan atas pertanyaan papanya. Papa menatap lekat putrinya itu. Ia sangat tahu jika anak semata wayangnya tengah membuat topeng untuk menutupi rasa sedih di hatinya.
"adek yakin mau datang?" tanya papa.
Zea tersenyum sendu, "Salah ya kalau Zea datang?"
"No, adek ga salah papa cuma bertanya, kalau adek datang papa bisa temani, sayang." papa menggenggam jari-jemari kecil Zea yang terasa dingin.
Zea menundukkan wajahnya. "Memangnya itu acara apa, papa? Kakek juga menanyakan hal yang sama kemarin." ucap Zea.
"Zea cuma mau bertemu mama." lirih Zea.
"Apa Zea tidak boleh bertemu mama?" Papa menarik Zea ke dalam pelukannya.
"Kita kesana, adek mau ketemu mama kan? Papa temani." kata papa tegas.
Tes
Seketika air mata Zea luruh. Ia yakin ini bukanlah pertanda baik. Hatinya bahkan tidak pernah merasa tenang saat mengingat pesan dari sang ibu.
Uncle Miko membukakan pintu penumpang untuk Zea. Seperti keinginan Zea, ia akan mendatangi mamanya dengan di temani papa. Pulang sekolah mobil papa sudah terparkir cantik di halaman sekolah yang luas. Zea memasuki mobil mendapati papa yang tersenyum kepadanya. Pelukan hangat Zea berikan, ia menutup mata merasakan nyaman saat papa mendekap serta mengelus rambutnya dengan lembut.
YOU ARE READING
A Piece Of ZEA'S Memories
Teen Fiction🚫SEPERTI BIASA, FOLLOW DULU SEBELUM BACA🚫 Banyak orang mengenal seorang Azeera dengan sebutan gadis sempurna. Terlahir dari keluarga kaya dan berpengaruh, putri tunggal dari pasangan Arseano dan Iriana yang merupakan seorang dokter spesialis terk...