Bab 25 Ada alasan dibalik itu

1.5K 157 7
                                    

Zea mendudukkan diri dengan bersandar pada papanya yang berbincang dengan salah satu keluarga besan dari Om Tora, adik Sean--erbincang seputar bisnis

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Zea mendudukkan diri dengan bersandar pada papanya yang berbincang dengan salah satu keluarga besan dari Om Tora, adik Sean--erbincang seputar bisnis. Setelah memasuki mansion tadi, Niami benar-benar mengajak Zea berkeliling sudut ruangan. Menyalimi semua tamu yang datang. Dari saudara dekat hingga jauh yang sama sekali Zea tak pahami bagaimana asal usulnya.

"Kenapa ini, nyender papanya terus?" Om Tora datang duduk di samping kanan Zea.

"Sama Om yuk." Zea menggeleng.

"Capek kayaknya." sahut Sean mengelus putrinya.

"Udah mulai ngantuk kayaknya." celetuk Leri, pria yang berbincang dengan Sean tadi.

"Bobok diatas, dek." Tora mengelus rambut Zea yang tertata rapi.

"Siapa yang ikat rambut nya?" tanya Tora penasaran.

"Yang ikat papa." Zea berbinar menunjuk papanya. Tora tersenyum melihat ponakannya kembali cerah.

"Waduh, Om harus belajar ikat rambut anak cewe kayaknya, biar bisa ikat rambut dedek." pikir Tora.

"Iya~ Om harus belajar deh biar dedek bisa minta tolong nanti buat ikatin rambut." balasan Zea membuat semangat Tora berkobar.

"Setelah ini Om bakal les privat sama tante Sani, Oke!" Zea mengangguk cepat.

"Fighting, O-om." Zea mengepalkan tangannya ke atas.

"Cium O-om dulu biar semangat." Zea menurut mengecup pipi Tora.

"Aish, Om bisa aja ngelesnya." sahut Leri.

"Omnya emang ngga jelas." tambah Sean sambil mengangkat Zea ke pangkuannya.

"Wah, ngumpul ini." Roy bergabung.

"Sini, kita nongki." ajak Tora.

"Haha...Asik kayaknya." balas Roy duduk disebelah Leri berhadapan dengan Tora dan Sean.

"Zee ngantuk ya?" tanya Roy melihat Zee yang lesu dengan Sean yang berusaha menenangkan.

"Ditanya sama Om Roy, dek." Ujar Sean yang tidak ditanggapi Zea.

Zee merengek tak nyaman di pelukan papanya. Menelusupkan wajahnya di leher Papanya. "Emmm.." Zee mengerang. Sean berdiri menggendong putrinya di depan yang masih saja memeluk erat lehernya.

"Bawa ke atas aja biar tidur, kebisingan mungkin." ujar Tora.

"Bobok diatas mau? Sama papa." tanya Sean lembut mengecup kecil pelipis putrinya.

"Kok nangis?" Sean menimang kecil putrinya.

"Kenapa, hm?" Sean mengelus surai putrinya.

"Liat kudanya kakek aja yuk, kemarin kakek telfon kan bilang baru beli kuda adek belum sempet liat kan?" tak berhasil, masih menangis.

A Piece Of ZEA'S MemoriesDonde viven las historias. Descúbrelo ahora