Bab 17 Keadaan mulai berubah

1.9K 154 10
                                    

Azeera meletakkan sandwich kembali ke dalam kotak bekalnya setelah menggigit kecil bagian ujung dari roti tersebut. Sengaja mba Alin menyiapkan bekal sehat untuk Zea mengingat beberapa hari yang lalu baru saja ia keluar dari rumah sakit. Bukan suatu hal yang jarang dilakukan Zea dengan duduk sendiri tanpa seorang pun menemani. Walau banyak teman yang mengenalnya tetap saja Zea tidak memiliki teman yang bisa dianggap dekat, kebanyakan dari mereka hanya berteman akibat status nya sekarang.

Zea menutup tempat bekalnya, perutnya terasa penuh walau pun hanya memakan satu suap sandwich dan seteguk susu yang dibuatkan mba Alinnya.

"Kenapa tidak dihabiskan?" Zea menoleh kaget dengan seruan seseoeang di sampingnya.

Matanya membulat lucu, mengerjab memandang heran segerombolan pria berseragam berbeda dengan lambang sama seperti Zea yang berdiri tak jauh dari tempat duduknya saat ini. Ah, Zea mengenal mereka, tepatnya kak Gafri tengah menatapnya dengan raut wajah yang aneh.

"Hai." tanpa persetujuan Gafri mendudukkan diri di sebelah Zea, diikuti teman-temannya yang lain mengisi kursi kosong yang melingkar di meja tersebut.

"Kakak disini?" tanya ragu Zea.

Gafri mengangguk dengan mata tajam tak lepas dari bekal purple  milik Azeera. "Habiskan!" nada perintah dari Gafri membuat Zea kembali mengerjab bingung.

Menurut, Zea kembali membuka kotak bekal, memasukkan potongan sandwich yang sudah digigit ke dalam mulutnya. Mengunyah perlahan dengan mata bergerak liar melihat kakak kelasnya yang menyibukkan diri sesekali melihat ke arahnya.

"Hai." Zea melirik pria yang tersenyum lebar, layaknya pria yang baru saja menerima give away.

"Jangan ajak bicara dulu, Sak." ujar Gafri menahan Zea yang akan mengeluarkan suara.

"Hehe... Lagian gemes banget gue." Isak terkekeh sembari menggaruk kepalanya.

"Mama nyuruh kakak jaga kamu."

Ara menghentikan aktivitasnya yang sedang menutup tumbler miliknya, memilih mengalihkan pandangannya pada Gafri. "Mama?"

Gafri mengangguk, ia menyentuh pundak Zea mengarahkan tubuh Zea bergerak menuju dirinya berada. Sedangkan teman Gafri menatap dua insan di hadapannya dengan diam, sesekali mengomentari dengan bisikan lirih.

"Sudah lebih baik?" nada tulus Gafri menatapnya sedikit khawatir? membuat Zea gugup.

Rasanya sudah lama kata itu tak Zea dengar. Dengan senyuman lembut Zea menjawab, "Zee baik kok kak."

Hembusan nafas ringan terdengar. "Syukurlah, kakak khawatir."

"Memangnya Zea kenapa?" Dave menautkan alisnya bingung.

"Sakit." jawab Gafri.

"Kok si Gafri tau?" heran Kean memincing.

"Karena papi mau nikah." ucap santai Gafri sambil memainkan ponselnya. Zea mendengarkan dengan tekun perbincangan kakak kelasnya.

"Papi?"

"OM ROY??!!"

Sshhh

"Berisik banget sih." Ayden mengusap telinganya.

"Lo gak kaget?! Ini om Roy loh!" ujar lebay Regan.

"Emang kenapa kalo om Roy?" tanya Ayden.

"Ya gapapa sih." Regan kembali ke tempat duduknya.

"Kan om Roy sudah lama menduda ku kira om Roy gak ada niatan nikah lagi." kata Isak layaknya detektif menganalisa sesuatu.

"Serah bapak gue lah."

A Piece Of ZEA'S MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang