ALDHEIRA-17

142 4 0
                                    

Eira melirik sekitarnya yang terlihat sepi. Tak ada satupun pengendara yang lewat. Ia tadi diminta menginap saja dirumah Nada, namun Eira menolak. Ia memilih pulang kerumahnya.

Shalnav tidak bisa mengantar Eira. Berkali kali kali ia meminta maaf pada eira merasa tidak enak karna eira harus pulang sendirian. Ia juga sedang menenangkan ketakutan Nada yang sudah perlahan membaik. Nada memiliki trauma dan jika ia ditinggal, perempuan itu bisa saja melukai dirinya. Orang tua Nada saat ini sedang berada diluar kota. Walaupun ia tak bisa mengantar, tentu shalnav tak tinggal diam. Ia takut terjadi sesuatu dengan Eira dijalan nanti. Ia menelfon Radif meminta sang kekasihnya untuk memberi tahu Athar menjemput Eira yang sudah pulang duluan.

Eira menatap pancaran cahaya bulan diatas langit. Hanya ada bulan tanpa ditemani bintang. Ia jadi melihat dirinya sendiri. Perempuan itu tersenyum miris.

Saat dirinya asik memandang langit, langkah tiba tiba dihadang oleh 3 pria berbadan besar. Eira cukup merinding melihat perawakan wajah mereka. Yang satu botak berkumis, satunya gondrong tersenyum nakal terhadapnya, dan satu lagi menatapnya dengan datar tapi tajam. Eira takut dengan 3 pria ini.

"Helo maniss" sapa pria botak itu.

Eira menjaga jarak dari pria itu. Ia mundur kebelakang secara perlahan.

"Neng manis mau kemana? Sini yuk ikut abang main bentar" goda pria botak itu lagi dan terdengar siulan dari pria gondrong.

"Mata gue seger banget liat bening kek gini. Duh cenat cenut deh" ujar pria gondrong itu seraya berusaha mendekati Eira.

"Jangan dekat dekat!" teriak Eira menepis pergerakan lelaki itu.

"Duh bos, ini tipe lo banget. Galak diluar manja diranjang" ujar pria gondrong itu tanpa memperdulikan ketakutan Eira.

Eira semakin memundurkan dirinya saat pria yang dipanggil bos itu maju mendekatinya. Eira bahkan terjatuh karena ketakutannya. Kini, dirinya dikelilingi 3 pria itu. Ia menatap was was pria itu yang perlahan mendekatkan wajahnya ke dirinya.

"Pliss, jangan ganggu aku! Aku mohon!" isak Eira sambil mengatupkan tangannya didepan berharap 3 lelaki ini melepaskan dirinya.

Hanya ada suara tawa yang terdengar dari mulut mereka. Tubuhnya kaku, tubuhnya lemas. Otak nya tak berfungsi tiba tiba. Saat ini, ia hanya bisa berharap seseorang datang menolong dirinya.

Eira berusaha mengalihkan wajahnya tapi pipi nya terasa sakit saat tangan lelaki itu memegang pipinya secara kasar.

"Jangan nangis dong cantik, dijamin enak kok" ujar pria botak.

"Sikat bos, gue pengen cobain juga" ujarnya lagi yang tak sabaran.

Air mata nya luruh. Sebisa mungkin dirinya melepaskan diri dari kukungan pria itu tapi tetap tak bisa. Tenaga nya kalah jauh dengan pria.

Bugghh

Eira menatap Athar yang sedang meninju pria yang hendak menciumnya tadi. Terlihat kentara sekali emosi diwajah lelaki itu.

"Bangsat!" umpatnya sambil memukul rahang kepala pria itu secara membabi buta.

Dua temannya tak tinggal diam, ia ikut membalas Athar. Tengkuk nya dipukul dengan balok kayu tanpa ia sadar. Athar berdiri sambil memegangi tengkuknya yang terasa sakit. Ia menggelengkan kepalanya sejenak untuk menetralkan rasa sakit itu dan tatapan tajamnya jatuh pada dua pria itu.

Ia membuang ludahnya kesamping. Sudut bibirnya naik dan memandang najis dua pria itu.

Dua pria itu tak tinggal diam. Mereka merasa harga dirinya diinjak injak. Mereka pun membalas Athar secara bersamaan.

ALDHEIRAWhere stories live. Discover now