ALDHEIRA-19

155 4 0
                                    

Malam inii, eira terlihat cantik dengan balutan dres selutut nya yang bewarna putih dan rambutnya yang ia sanggul hingga menyisakan beberapa anak rambut yang menjuntai kebawah di sekitar dahinya. Ia mengambil sling bag nya dan segera turun kebawah.

"Mau kemana kamu malam malam gini?" tanya devan yang sedang duduk di sofa sambil menonton tv.

"Tadi sore kan eira udah bilang ke papa kalau eira bakal pergi ke acara ulang tahun teman Eira"

"Gabisa. Saya ga ijini"

"Loh, papa gabisa gitu dong. Ini acara teman Eira, Laura aja selalu papa izini kenapa eira engga?"

"Dia beda sama kamu" ujar devan yang terdengar santai.

Eira melirik Laura yang baru saja turun dari tangga dan ikut duduk bergabung dengan papanya.

"Eira juga gamau disamain dengan dia" eira melirik sinis pada Laura.

Bagaimanapun caranya, ia akan tetap hadir di pesta ulang tahun Radif. Ia juga tak ingin membuat Athar menunggu dirinya lama.

"Kamu berani ngelawan papa?" devan mulai bangkit dari duduknya dan menatap nyalang pada Eira.

"Eira cape pah, eira lagi gamau berantem sama papah. Kenapa papa ga pernah ngertiin Eira? Kenapa harus laura yang papa pedulikan?"

Mata gadis itu terlihat berkaca kaca. Ia sungguh tak ada waktu untuk bertengkar dengan papanya. Eira tak enak jika membuat Athar menunggu nya terlalu lama.

Tanpa menunggu persetujuan Davin, eira bergegas menuju keluar rumah.

"Berani kamu keluar, kamu ga saya anggap anak lagi!" tegasnya membuat langkah kaki eira mendadak terhenti tidak bertenaga.

Ia membalikkan tubuhnya, menatap sang papa yang menatapnya penuh amarah. "Sejak kapan papa anggap Eira anak? Bukannya anak papa Laura ya? Eira ga pernah dianggap dirumah ini pah!"

Ia menahan isak tangisnya. Jujur, perasaanya nyeri mendengar davin berkata seperti itu. Lebih baik ia mendapat perlakuan kasar dari lelaki itu dibanding ia harus mendengarkan pernyataan itu.

Eira menatap papa nya yang perlahan mendekat kearahnya.

Plak

Ia memegangi pipi nya yang terasa panas. Dandanan gadis itu bahkan sudah tak terlihat cantik lagi, semua nya rusak ulah papa nya.

"Ada apasih mas ribu ribut?" tanya dira yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Kamu bikin ulah apa lagi sih? Saya cape lihat kamu!" ujar dira yang berdiri tepat didepannya, bahkan wanita itu tak segan segannya menoyor kepala nya.

"Masuk Eira!" tegas davin.

"Jadi anak ngelawan banget sih lo, kalau gadikasih gausah bantah" omel laura yang sedari tadi diam memperhatikan.

"Eira ga pernah keluar malam pah, baru kali ini eira keluar dan itu sama sahabat eira. Papa juga tau siapa Shalnav dan Nada. Maaf pah, tapi eira harus menuhin janji eira ke mereka" ujarnya lembut sambil kembali merapikan tatanan rambutnya. Ia berusaha untuk tidak terlihat lemah didepan mereka semua.

Ringisan kecil keluar dari bibir kecilnya saat kakinya bergesekan dengan lantai. Davin dengan tega menariknya dan mendorongnya secara kasar. Apa masih pantas eira sebut dia papa?

"KAMU TULI? MAU JADI APA KAMU KELUYURAN JAM SEGINI? MAU NGEJALANG? GA CUKUP UANG YANG SAYA KASIH SAMPAI KAMU NGELAWAN SAYA?!!-..." bentak davin, kemudian ia berhenti sejenak menetralkan nafasnya.

"Kamu mau bikin saya malu? Pantas kamu bodoh, lihat aja sikap kamu mencermikan pemikiran kamu sendiri. Sekali kamu ga bikin saya marah seperti Laura bisa? Contoh dia, JADI SEPERTI DIA EIRA!" bentak davin lagi diakhir dihadapan Eira.

ALDHEIRAWhere stories live. Discover now