Part 20: Makan malam

2 1 0
                                    

Pada suatu ketika, seorang anak konglomerat yang gabut sedang mengendarai taxi online di malam hari. Sungguh naas nasibnya saat ia di temukan tak bernyawa di bawah jembatan. Perkiraan terbesar adalah ada seseorang yang menyekik beliau sampai mati, kemudian menculik mobilnya. Ternyata setelah ditelusuri banyak korban tak bernyawa di daerah tersebut. 

Ares yang mendapat request dari kliennya yang tak lain adalah orang tua korban, akhirnya memberikan misi kelompok kepada Mara dkk.  


"Mungkin ini alasan lain Pak Ares mengajak Kak Arsen, karena hanya dia yang bisa menyetir mobil di antara kita." lirih Tyler kepada Mara di sampingnya. Mereka berdua duduk di belakang jok tengah, lebih tepatnya tempat menaruh barang atau bagasi.  

"Stop panggil 'Kak Arsen', geli tau nggak!" kata Mara muak. 

"Tapi dia kakak kelas kita." bantah Tyler

"Kau harus belajar menghormati kakak kelas seperti temanmu itu, Mara." Arsen yang duduk di kursi kemudi mendengar perkataan Mara. 

"Bacot banget." umpat Mara. Muka tembok sepertinya ternyata tidak sedingin yang ia bayangkan, malahan sedikit cerewet.

Tak lama mobil berhenti di samping tiga orang yang memesan taxi online. "Atas nama Pak Doni ya?" tanya Arsen dengan masker duckbill hitam di wajahnya. 

"Iya, kenapa mas pakai masker?" tanya salah satu lelaki yang pertama kali melihat driver mobil memakai masker. 

"Saya agak alergi udara malam, pak." 

'Alasan macam apa itu?' batin Mara dan Tyler mendengar jawaban cringe itu. 

"Oh yaudah." Dua pria duduk di jok tengah dan satu pria lain di samping Arsen. Arsen pun menjalankan mobilnya. 

"Sesuai intruksi saya aja ya, mas. Tidak perlu maps, saya tahu jalan pintasnya." kata pria di samping Arsen. 

"Siap, pak." 

"Kira-kira itu berapa orang dua atau tiga?" tanya Mara selirih mungkin, mereka berdua memang tidak bisa melonggokkan kepala, karena takut ketahuan. 

"Biar aku lihat sedikit." lirih Tyler berusaha tegak dengan lututnya. Tanpa mereka sadari, mobil mereka melewati aspal rusak. Tempat duduk di paling belakang mengakibatkan lonjakan yang cukup keras sehingga Tyler kehilangan keseimbangannya. 

Mara langsung menahan dada Tyler yang terjatuh di depannya, untungnya Tyler juga menahan menggunakan lengannya. Mara mengalihkan pandangan dari wajah lelaki di depannya. 

"Too close, Tyler." lirih Mara kesal sambil mendorong Tyler. 


Di waktu yang sama, Daran yang sedang fokus makan malam, tiba-tiba perasaannya tidak nyaman. Daran menghela napas gusar. 

"Kenapa, den?" tanya salah satu pembantunya. 

"Nggak papa, bi." jawab Daran. 'Nggak tau, tiba-tiba rasanya pingin nonjok si tai.'


"Ada tiga orang." ujar Tyler seolah tidak terjadi apa-apa. 

Mara mengangguk, "kita tinggal tunggu aba-aba dari Arsen." 

"Iya, terus mentok menggok kanan." perintah pria di samping Arsen sejak beberapa menit yang lalu. Arsen mengikuti perkataan beliau dengan patuh. 

Ketika mobil memasuki area kota yang rindang dan sepi, seseorang di belakang Arsen perlahan mengeluarkan tali kekang dari tasnya. Dengan gesit pria itu mengalungkan pada leher Arsen, tanpa panik korban menekan klackson mobil. 

Behind the KnifeWhere stories live. Discover now