Part 8: Ambil atau abaikan?

6 1 0
                                    

"Bro, pinjam ponsel bentar." Tyler mengambil HP Daran yang nganggur di meja kantin. Daran sibuk melamun dan mengaduk-aduk jus stroberinya tanpa arah. Mereka bertiga memang terbiasa meminjam dan membuka isi ponsel tanpa persetujuan pemiliknya. 

Tyler diam-diam membuka akun google milik Daran dan melihat history-nya. Kemudian ia menepuk-nepuk pundak Brayan, setelah itu menunjukkan apa yang dia lihat persekian detik yang lalu. Brayan menutup mulutnya yang keselek bubur ayam, karena menahan tawa. 

Mereka berdua saling memukul paha dan punggung, serta tertawa cekikikan, kadang sampai mangap tanpa suara. Mereka berdua kembali melihat history Daran dan tertawa lagi kali ini lebih keras. 

"Ciri-ciri cowok red flag." Brayan membaca HP Daran 

"Cara menjadi cowok red flag." tambah Tyler 

"Benefit menjadi cowok red flag."

"Alasan cowok red flag lebih disukai." 

"Novel tentang cowok red flag." 

"Apa itu toxic relationship?"

"Terus, kenapa--"

Daran langsung merampas HP-nya dan menatap nyalang kedua temannya yang tidak berhenti tertawa. 

Ella yang datang ke meja mereka, heran melihat perilaku Brayan dan Tyler yang terus cekikikan. "Kalian kenapa?"

"Hahahaha tadi---"

"Diam atau aku sembur ini ke muka kalian." Daran mengangkat gelas berisi setengah jus stroberi. Brayan langsung berlindung di balik punggung Tyler. 

"Jadi nggak?" Ella menanyakan persetujuan rencana yang mereka diskusikan kemarin. 

Kemarin Daran memutuskan untuk meminta nomor telepon Ella dari Tyler, karena ia pikir Ella tidak mungkin menyerah begitu saja setelah Mara cuek padanya seharian. Kalau pun Daran yang berhasil dekat dengan Mara dalam arti lain memiliki hubungan erat. Ada kemungkinan besar pertemanan Ella dan Mara akan terjalin. Jadi, tidak ada salahnya mereka berdua bekerja sama. 

Daran sedikit bimbang dengan keputusannya. Secara garis besar ia mengerti tentang 'cowok red flag', tiba-tiba ia harus personality-nya hanya karena melihat penampilan lelaki yang menjemput Mara kemarin. Setelah meneguk minumannya hingga tandas, Daran memantapkan keputusannya dan berdiri dari duduknya.

'Tidak ada salahnya mencoba.'  batin Daran.

"Kalau ini berhasil aku minta kontaknya dia." Ujar Daran. 

"Udah aku bilang, dia itu jarang on. Yaudah nanti aku kasih, ayo ikut aku." ajak Ella.

"Kemana?" tanya Brayan

"Aku nggak mengajakmu, kalau nggak mau ikut yaudah nggak papa." Ella berjalan menjauh diikuti Daran dan Tyler di belakangnya, mau tak mau Brayan mengikuti mereka bertiga. 



"Berdasarkan riset yang aku baca di berbagai buku..." 

Koridor laboratorium adalah yang paling sepi ketika istirahat, tidak melewati arah kantin atau ruang guru. Jajaran ruang laboratoriunm ini hanya ramai ketika jam pelajaran berlangsung. 

"Kau percaya padanya?" bisik Brayan pada Tyler saat mereka berdua mendengar penjelasan panjang lebar dari Ella.

"Entahlah, dia juga katanya banyak baca novel atau komik tentang itu." jawab Tyler asal.

"..mereka suka cowok yang attractive and possessive." lanjut Ella 

"Rill kah?" tanya Brayan 

Behind the KnifeWhere stories live. Discover now