Part 18: Terungkap

2 1 0
                                    

Jika orang itu tahu semua misi yang Mara lakukan, maka ia akan ada di lokasi tempat terlaksanakannya misi tersebut. Seharusnya Mara menyadari hal itu dan lebih memperhatikan sekitar. 

Bukan berniat sombong, tetapi Mara merasa instingnya tidak pernah salah atau gagal dari dulu. Artinya, apabila orang tersebut tidak tertangkap oleh kepekaan Mara, maka orang tersebut ahli dan hebat dalam bersembunyi. Seakan telah melatih skill tersebut selama bertahun-tahun seperti dirinya.

Dalam satu minggu ada dua hal yang membuat Mara bingung. Pertama, Tyler yang berusaha membobol ruang senjatanya. Kedua, perbedaan target di setiap misinya. Mara bertanya-tanya, Apakah Tyler termasuk salah satu penyebab misinya tidak berjalan sesuai rencana? Sebenarnya siapa Tyler? 

"Hai, Xander." Sapa Mara ketika memasuki mobil yang hendak mengantarnya menuju sekolah. 

"Selamat pagi, nona." jawab Xander sambil melajukan mobilnya.

"Kau tahu berapa orang yang bekerja di bawah naungan Pak Ares? lebih tepatnya yang di kota ini."

"Eeh... banyak, nona.."

"Bukan, maksudku yang seperti aku, pembunuh bayaran." 

"Oh kalau itu saya kurang tahu."

Mara mengelus dagunya yang tidak gatal seraya berpikir. Dugaan awal tentang Tyler adalah bawahan Ares. Akan tetapi, ia tidak tahu sektor atau posisi yang dikerjakan. Apakah asisten seperti Xander? asisten Xander? atau kah pembunuh bayaran seperti Mara?

"Apa ada sesuatu yang menganggu anda?" tanya Xander melihat kerutan di dahi Mara. 

"Untuk menjadi asisten ini, apa kau perlu mengikuti pelatihan?" 

"Iya, tetapi berbeda dengan nona, saya lebih ditekankan di bidang linguistic dan interpersonal."

"Berapa tahun?"

"Dua sampai tiga tahun." 

Mara mengangguk-angguk, "cukup sebentar ya." 

'Kalau Tyler seperti Xander, dia nggak mungkin pintar hiding. Sepertinya Tyler nggak bisa menyusuh strategi, dengan gampangnya dia menanyakan tahun kelahiranku. Ada salah satu skill lagi yang bisa membedakan aku dan Xander.' 

"Kalau pelatihan menembak ada?"

"Ada, cuma beberapa bulan. Sekarang pun saya tidak begitu mahir seperti anda, karena jarang digunakan lagi." 

"Semua asisten pribadi Pak Ares seperti itu?"

"Iya, hanya bibit pembunuh bayaran seperti anda yang dilatih menembak lebih serius." 

Mara mengangguk untuk kesekian kali, kini sambil tersenyum puas. 

"Kenapa, nona?" tanya Xander melihat gelagat Mara

"Nggak papa, aku ada rencana nanti pulsek." 


--



Tim Daran yang telah memenangkan kejuaraan bola basket se-provinsi, lebih tepatnya juara 2, mereka pulang dengan penuh kebanggaan bersama timnya. Rasa bangga itu hanya berlangsung beberapa hari, karena mereka harus menghadapi Penilaian Tengah Semester. 

Sekarang adalah hari ke-tiga PTS. Mara dan kawan-kawan mengistirahatkan otaK di kantin seperti biasa usai ujian jam pertama berakhir. 

"Hahh.. untung besok ada jeda sebentar buat bangun siang..." Brayan menghela napas sambil duduk dengan membawa semangkuk soto di tangannya. 

Behind the KnifeWo Geschichten leben. Entdecke jetzt