Part 7: Who is he?

2 0 0
                                    

Mara menggulung rambutnya, tak lupa menambahkan hiasan jepit bunga, tidak lupa ia memakai make up tipis dan sedikit merapikan dress-nya. Malam ini penampilannya seperti hendak berkencan dengan seseorang, padahal yang mengajaknya makan malam adalah Ares. Bapak berumur kepala 6 yang memiliki satu istri dan dua anak laki-laki, siswa SMP kelas 8 dan SMA kelas 12.

Mara yang sama sekali tidak pernah bertemu keluarga bosnya, tiba-tiba diajak makan bersama. Beruntung ada Xander yang ikut makan bersama. Ia menggeser lockscreen ponselnya dan membuka aplikasi chat, ternyata Xander sudah sampai di depan gedung apartemennya.

Bohong kalau Mara tidak nervous sekarang. Mungkin kalau hanya bertemu Ares, ia tidak akan gugup. Namun, sekarang ia akan bertemu orang-orang terpenting di hidup bosnya. Ia takut melakukan kesalahan. 

Ares tidak mempertemukan Mara dengan keluarganya, karena takut anak-anaknya menganggu latihan Mara. Ditambah Ares baru mengabulkan permintaan istrinya yang ngidam anak gadis sejak bertahun-tahun yang lalu sehingga saat ini ia mempertemukannya dengan Mara.

"Anda gugup?" tanya Xander memecah keheningan.

"Iya." jawab Mara mengalihkan pandangannya ke luar jendela sembari menghela napas untuk kesekian kali.

"Saya juga, baru kali ini saya akan duduk semeja dengan beliau."

"Tapi kau tidak terlihat gugup."

"Saat kau dewasa juga akan seperti ini, Nona." kata Xander. " Sekedar informasi, Istri Pak Ares  namanya Bu Klara, anaknya yang pertama Arsen dan yang ke dua Keir."

Mara mengangguk mengerti, "makasih atas informasinya."

"Sama-sama."

"Xander, aku mau tanya."

"Silahkan Nona."

"Apa aku bisa bertemu rekan-rekanku yang lain?" tanya Mara. Ia menanyakan pebunuh bayaran lain yang bekerja di bawah naungan Ares.

"Setahu saya, tidak bisa. Karena kata Pak Ares, dulu terjadi pembunuhan dan persaingan antar pekerja."

"Waw, apa separah itu?"

"Saya sepertinya masih terlalu muda waktu, tetapi menuruh cerita Pak Ares. Iya, cukup parah. Mereka semua menganggap satu sama lain rival, karena ingin menjadi yang terbaik di mata Pak Ares." 

'Itu pemikiran yang cukup aneh.' pikir Mara.


Mobil Xander sampai di depan restoran bintang lima, petugas valet segera membukakan pintu untuk Mara. Mara menapakkan kakinya di gedung bercahaya dan penuh lantai keramik, sejenak ia menatap takjub gedung restoran tersebut. Setelah itu Xander memberikan kunci mobil kepada petugas valet, lalu ia berjalan sejajar dengan Mara menuju ruang reservasi paling atas.

Pintu lift terbuka, kemudian Xander berjalan terlebih dahulu untuk menunjukkan ruangannya. Sesampai di depan pintu dua daun, Xander membukakan pintu itu untuk Mara masuk terlebih dahulu.

Empat orang yang duduk di meja persegi panjang, serempak menatap Mara. Mara mengeratkan tas kecil yang ia bawa sambil menenguk saliva.

"Ya Tuhan! Cantiknya! Sayang, ini yang namanya Mara Nerezza? anak kita yang kamu sembunyikan dari aku? Oh my god.. cantiknyaa.." Tanya Klara pada suaminya sambil bangkit dari duduk mendekati Mara.

'Anak kita?'

"Selamat malam, Bu Klara." Mara menunduk untuk memberi hormat.

"Ya Tuhan, apa yang kamu lakukan, Ares? sampai dia bersikap seperti ini." Klara memegang pundak Mara seraya membuatnya berdiri tegap lagi.

Behind the KnifeKde žijí příběhy. Začni objevovat