51. Epilog

158 18 4
                                    

"Tolong kepada pasangan, silahkan berdiri di tengah. Untuk tamu undangan, silahkan berjajar rapi di samping pengantin!" Teriak sang fotografer.

"Aku ingin di samping Miraa!" Teriak Minjae berada di samping saudara kandungnya.

"Aku ingin berada di dekat Minjae! Ayo Kai! Ryu jangan mengikuti kami!" Tolak Luna menarik tangan Kai.

Miraa tersenyum dengan mengandeng tangan Minsuk. Hari ini dia sudah mengalami banyak hal terutama karena orangtuanya yang menangis, kakaknya yang terus menerus mengusap ingusnya, Minjae yang merengek karena Miraa menikah lebih dulu, Luna yang sangat berisik seperti biasanya, juga semua orang yang begitu bahagia hari ini. Dia senang melihat semua orang datang ke acara pernikahannya dengan Minsuk.

"Anak ayah, ayo disini!" Xander mengangkat anak berumur 3 tahun.

"Xander, hati-hati! Iseul masih kecil!" Larang Jieun di belakang tubuh Miraa dan Minsuk.

"Aku berhati-hati!"

"Mama... Papa... Kamela!!!" Iseul bertepuk tangan dan melihat ke arah kamera.

"Jika aku memiliki anak, aku ingin anak perempuan!" Leon tersenyum pada Iseul.

"Mungkin kau harus segera menikah dengan Amber, bukankah Luna akan menikah sebentar lagi?" Tanya Jisung.

"Kau juga! Menikahlah dengan seseorang! Kau pasti merasa sakit hati setelah Miraa menikahi gagak itu!" Cibir Leon.

"Sudah! Cepat lihat kamera!" Amber menarik tubuh Leon untuk tidak meladeni Jisung.

Jisung menghembuskan napasnya dan tersenyum kepada kamera. Dia tidak merasa sakit hati atas pernikahan kedua temannya. Dia jutsru senang saat melihat mereka berdua akhirnya menikah. Mungkin dia akan melajang untuk beberapa waktu yang akan datang.

"Hendrik, Vincent, ayo! Aku harus masuk kamera!" Alexander menarik kedua tangan temannya.

"Hah... Bukankah kau harus pergi?" Tanya Vincent.

"Ini demi fans besarku! Minsuk sangat ingin aku datang untuknya! Jadi ini kenang-kenangan untuk fans! Managerku juga tidak akan marah! Jika iya, aku akan mogok kerja!" Alexander sudah sangat bersemangat untuk datang memberikan surprise untuk Minsuk dan menyanyikan lagu pengantar pernikahan mereka.

"Lakukanlah dan aku akan menggantikanmu menjadi penyanyi!" Hendrik tersenyum kepada kamera.

"Memangnya kau bisa bernyanyi? Suaramu saja mirip gitar rusak!" Sindir Alexander.

"Bisakah kalian diam!" Ryu menatap tajam mereka bertiga yang terus berbicara.

Mereka bertiga berhenti dan terdiam seketika. Lebih baik tidak mencari masalah dengan seorang Ryu. Setelah kepergian kedua hewan peliharaannya sifatnya benar-benar menjadi dingin layaknya es. Tidak ada yang ingin mencari gara-gara dengannya kecuali Luna disana!

"Luna! Tempat itu milik ibuku! Menyingkir sana!" Usir Minsuk.

"Huh! Bibi silahkan! Aku akan berada didekat bibi saja!" Luna memberikan tempat untuk ibu Minsuk.

Mereka semua tersenyum kepada kamera yang akan segera memfoto mereka. Miraa tersenyum bahagia akhirnya dia bisa menikah dengan Minsuk. Walaupun dia harus menyakinkan ayahnya berkali-kali, tapi pada akhirnya mereka dapat menikah.

"Aku mencintaimu!" Bisik Minsuk.

"Pfttt... Aku juga!" Miraa meletakkan kepalanya di bahu Minsuk.

Minsuk tersenyum dan siap memulai hidup barunya dengan seseorang yang begitu berharga untuknya. Dia akan berusaha keras untuk menjadi suami yang baik dan dapat diandalkan! Dia juga tidak ingin membuat Miraa kerepotan. Menjadi seorang suami dan pekerja keras adalah keinginannya sekarang.

"Oppa! Kita terlambat!"

"Mau bagaimana lagi! Kita lihat saja mereka dari tempat ini!"

"Hah... Maafkan aku! Semuanya karena aku!" Ashlen mengusap perutnya yang membesar.

"Memangnya kau bisa tahu kapan bayi ini akan berulah lagi? Kenapa dia sangat suka membuatmu sakit?" Wooshik melihat perut Ashlen.

Akhir-akhir ini mereka sering bertengkar, bukan Wooshik dengan Ashlen. Tapi Wooshik dengan bayi laki-lakinya di dalam sana. Mereka akan terus bertengkar untuk mendapatkan perhatian Ashlen. Setiap Wooshik mendekati Ashlen, bayinya akan menendang-nendang seakan marah padanya mendekati istrinya sendiri.

"Hah, apakah ayah dan ibu disini?" Tanya Ashlen melihat orang-orang yang melakukan sesi foto bersama.

"Mereka disana! Ayo tunggu mereka dan duduk. Kau pasti lelah membawa anak ini!"

"Anak kita! Hah... Dia semakin berat. Aku merasa lebih lelah membawanya. Sepertinya dia sangat aktif seperti Hugo saat kecil dulu. Apakah kau sudah memberitahu Hugo bahwa kita berdua sudah sampai di Korea?" Ashlen mencoba duduk mencari kenyamanannya.

"Sudah di bandara. Dia khawatir tentang kesehatanmu! Kalau bukan karena pernikahan Miraa dan si bodoh itu, aku juga tidak akan datang dan membawamu kesulitan seperti ini."

"Ayah dan ibu?"

"Mereka sibuk mengurus para babi!"

Ashlen mengembuskan napasnya lelah, Wooshik masih sama. Dia benar-benar membenci orang tuanya. Walaupun Ashlen sudah mencobanya tapi tetap saja Wooshik tidak menyukai mereka. Mungkin suatu hari nanti jika keadaan membaik untuk mereka semua.

Dia juga tidak berharap Wooshik bisa memaafkan mereka.

"Aku akan membawakan air untukmu! Tunggulah disini!" Wooshik mencium dahi Ashlen dan bergerak mencari minum.

Ashlen tersenyum dan merasakan Wooshik telah menjadi suami yang siap siaga di tengah kesibukannya mengurus banyak nyawa dari Moonland. Semua orang kehilangan kekuatan mereka, mereka juga harus beradaptasi dengan lingkungan baru tanpa sihir.

Semua orang sedang mengalaminya, mereka tidak lagi bisa mengandalkan kekuatan mereka untuk bertahan hidup di dunia ini. Mereka hanya bisa menggunakan kemampuan mereka sendiri. Berbaur di antara para manusia normal dan melupakan masa lalu yang penuh misteri. Pada akhirnya mereka tidak tahu tentang Retoz yang datang dan kekuatannya yang entah dari mana tapi mereka percaya suatu hari nanti kejadian ini akan terulang kembali dan lagi.

Jadi mereka hanya perlu meninggalkan bukti nyata untuk generasi selanjutnya.

Walau hidup sulit tapi mereka semua harus terbiasa dengan segala kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.

Dari jauh seseorang melihat mereka semua dengan senyuman diwajahnya. Dia menopang tubuhnya dengan tongkat dan berjalan pergi.

"Semoga kalian semua bahagia!"

- End -

🥀🥀🥀

Hai!

Terima kasih telah mengikuti karya ini!

Saya tahu masih ada banyak kekurangan dimana-mana juga mungkin beberapa hal yang masih menjadi plot hole tapi saya berusaha semaksimal mungkin agar semua terjawab.

Pada akhirnya cerita The Number ini selesai sampai disini!

Saya harap kalian menikmati cerita yang saya sudah pikiran lama, mungkin SMP atau SMK saya lupa. Semuanya mengalir seperti ini dan saya mencintai karya-karya ini.

Untuk kalian yang mengikuti The Number dari yang pertama terima kasih banyak!

Sampai jumpa di cerita lainnya!

Tolong mampir ke cerita saya yang lain!😆

Salam ThunderCalp!🤗

The Number : The Last ( END )Where stories live. Discover now