36. Dance With Me

81 15 0
                                    

"Wooshik?" Panggilku pelan.

Mata Wooshik terus menatapku tajam, rasanya ada yang salah dengan semua ini. Aku merasa terancam oleh tatapannya. Apa yang harus aku lakukan?

"Ashlen!" Suara Wooshik menjadi begitu rendah sampai samar-samar aku mendengarnya memanggilku.

"I-ya!" Kenapa aku tidak bisa melihat wajah Wooshik?

"Baju siapa ini?" Tanya Wooshik mendekat padaku. Setiap langkah kakinya membuat jantungku berdebar-debar.

"Luna! Dia meminjamkan bajunya dan membantuku bersiap!" Aku mencoba mendongak dan melihat wajah Wooshik yang begitu dekat.

"Tidak buruk! Kau cantik! Hapus ini, kau tidak cocok memakainya!" Wooshik mengusap bibirku pelan.

Aku bisa melihat warna merah dari ujung jarinya. Apakah Luna yang memberikannya? Kenapa sebanyak itu? Pantas saja bibirku rasanya aneh. Tapi apa yang Wooshik tadi katakan? Aku cantik?

Iya, aku memang cantik! Dia baru saja mengakuinya!

"Jadi kita akan pergi ke taman?" Tanyaku.

"Tidak! Ikuti saja aku dan aku akan memperlihatkan hal-hal menyenangkan padamu! Contohnya seperti kau bisa berada di dalam mobil. Kau mau?"

"Mobil? Aku mau!"

"Jangan jauh-jauh dariku!" Wooshik melingkarkan tangannya ke pinggangku.

Ini pasti karena dia takut aku diculik oleh seseorang. Apalagi aku sedang merasa sangatlah cantik hari ini. Baju cantik, sepatu cantik, riasan juga, rambut juga, aku merasa menjadi wanita bangsawan. Mungkin seperti ini rasanya para wanita sangat suka memakai gaun. Aku melirik Wooshik yang sedang menutup mulutnya.

"Ada apa?" Aku melihat Wooshik yang terus menerus menutup mulutnya.

"Hah... Sialan! Apa yang kau pakai ini? Apakah ini parfum?" Wooshik mencengkram kuat pinggangku.

"Parfum?"

"Apa yang dilakukan Luna? Apakah dia menyemprotkan sesuatu padamu?"

"Tidak! Tidak ada. Kata Luna vampir memiliki penciuman yang sensitif jadi dia tidak memberiku parfum apapun. Kenapa? Kau mencium aroma aneh dariku? Apakah kita batalkan saja? Wooshik, kau baik-baik saja?" Aku menyentuh wajahnya yang panas.

Wajahnya begitu panas dan seperti menguap. Apakah Wooshik sakit? Kami bisa membantalkan acara ini. Jika Wooshik sakit lebih baik dia beristirahat saja. Kondisi kesehatannya adalah yang terpenting!

"Wooshik?"

"Apa kau akan marah padaku?"

"Marah? Marah kenapa?"

"Aku haus! Aku ingin menggigitmu! Tapi aku tidak bisa sekarang, kau sedang memakai gaun indah ini untuk pertama kalinya. Aku tidak mau merusak hari ini dengan keegoisanku! Tolong tahan aku! Hari ini kau sangat cantik memakai gaun ini, Ashlen! Aku ingin kau memakainya dan percaya diri di depan banyak orang. Aku ingin kau tidak malu lagi pada dirimu. Arghttt... Sialan, Wooshik!" Wooshik memukul wajahnya berulang kali.

Apakah dia sedang bertarung dengan pikirannya? Memang hari ini pertama kalinya aku percaya diri dengan pakaian terbuka ini. Aku berani menunjukan tanganku juga punggungku tanpa rasa malu yang terus membebaniku karena luka-lukaku.

Aku cukup senang saat bisa berdiri di depan Wooshik tanpa rasa malu. Aku tidak membutuhkan rasa percaya diriku di depan orang lain, cukup Wooshik saja. Aku tahu dia berusaha keras melawan keinginannya, aku juga tahu dia tidak ingin membuatku pingsan dan mengakhiri acara ini begitu saja.

Sayanganya, aku bukan seseorang yang bisa melakukannya dan mengabulkan keinginan Wooshik.

"Gigit aku saja! Kita bisa pergi lain kali!"

"Ja-ngan! Arghttt... Tidak! Hah! Sialan!" Wooshik mengangkat tubuhku dan membuka pintu menuju tempat lain. Di atas dan di bawah dengan tangga. Tempat apa ini?

Wooshik mengusap punggungku dan menggigit leherku tanpa permisi. Dia mendekapku dan terus meminum darahku. Yang bisa kulakukan hanyalah diam dan mencium aroma laki-laki ini yang menenangkanku.

Tidak apa-apa!

Aku sudah cukup puas menunjukkan gaun ini kepada Wooshik. Sebenarnya aku sangat malu memakai gaun terbuka ini. Punggungku juga merasakan dingin dan tidak sopan bagiku memakainya di depan banyak orang di luaran sana. Mungkin aku akan meminta pakaian biasa saja atau gaun yang lebih tertutup. Itu lebih baik!

🥀🥀🥀

"Kenapa?" Tanyaku menatap sungai yang mengalir di bawah sana.

Tempat ini adalah tempat kami keluar dari dunia itu. Tempat yang menunjukan cara mudah menuju ke dunia itu. Tapi semua orang tidak mau menggunakan cara seperti ini. Kemungkinannya juga kecil. Jadi mereka masih mencari tempat untuk kami pergi kesana.

Semoga saja mereka cepat menemukannya.

"Maaf! Maafkan aku!" Wooshik menjambak rambutnya.

Aku pingsan setelah dia meminum banyak darah dariku. Wooshik begitu panik sampai dia membawaku pergi ke taman. Dia tidak ingin disalahkan karena meminum darahku disaat kencan pertama kami. Dia hanya diam menungguku sampai sadar. Saat sadar ternyata hari sudah menjadi gelap. Wooshik terus meminta maaf padaku dan menyalahkan dirinya sendiri.

Aku bahkan tidak masalah atas perbuatannya. Wooshik sudah menahannya tapi aku mendorongnya untuk meminum darahku. Kenapa Wooshik terus melukai dirinya?

"Wooshik! Aku tidak apa-apa!" Aku mengambil tangan Wooshik yang menjambak rambutnya keras.

"Aku minta maaf Ashlen! Aku merusak hari ini! Benar-benar merusaknya!"

"Wooshik! Kita masih bisa melakukannya lagi. Aku juga ingin memakai gaun lainnya dan mengelilingi tempat ini bersamamu. Jadi tidak apa-apa, Wooshik! Jangan salahkan dirimu karena merusak hari ini. Lihat aku!" Aku mundur dan berputar sebentar.

Aku merasa baik-baik saja!

"Aku masih memakai gaun yang indah dan cantik ini. Aku sangat senang karena akhirnya bisa memakainya. Walau gaun ini sedikit terbuka dan tidak sopan. Tapi aku merasa sangat bahagia bisa memakai pakaian yang tidak kalah dengan para bangsawan. Lain kali belikan aku gaun lainnya, aku menyukai warna merah!"

Wooshik terdiam melihatku, aku hanya tersenyum dan menunjukkan deretan gigiku padanya. Aku menyukai gaun warna merah, dulu ibu memilikinya dan saat itu aku berpikir untuk mengambil bajunya dan mengenakannya. Kata ibu gaun itu mahal dan hanya bisa dipakai oleh orang kaya saja. Ibu sangat membanggakannya kepada siapapun. Aku juga ingin memakainya sekali saja.

"Kau suka warna merah?" Tanya Wooshik mendekat padaku.

"Iya! Warnanya sangat cantik!"

"Pasti akan sangat cocok untukmu. Lain kali aku akan membelikannya dan aku harus memakainya untuk kencan kita."

"Iya! Jadi apa yang dilakukan oleh orang yang berkencan. Aku tidak tahu. Apakah mereka hanya seperti ini?" Tanyaku ingin tahu.

"Aku akan memberitahu jika waktunya tiba. Hari ini mungkin kencan kita gagal tapi hari selanjutnya. Aku tidak akan pernah melakukannya lagi dan kau jangan pernah memakai pakaian seperti ini. Aku tahu kau baru saja sembuh dari luka-luka itu. Aku juga tahu kau ingin menunjukkannya. Aku tahu tapi aku tidak suka. Aku tidak suka bagian itu terlihat orang lain." Wooshik menarik punggungku untuk dekat dengannya. Tangan dinginnya menyentuh punggungku yang terbuka memberikan sensasi aneh padaku.

"Wooshik?"

"Ashlen! Aku tidak bisa melihatmu seperti ini. Kau tahu hari ini pun aku cukup marah saat melihat mata orang lain melihatmu. Kau tahu kenapa?" Tanya Wooshik berbisik padaku.

"Hmm? Ke-napa?"

"Karena mata mereka sangat kotor!" Wooshik melepaskan jasnya dan memakainya padaku.

Begitu hangat dan beraroma Wooshik.

"Setidaknya mata mereka harus sepertiku untuk bisa melihatmu, Ashlen!"

🥀🥀🥀

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

The Number : The Last ( END )Where stories live. Discover now