damai

310 55 11
                                    

seperti biasa,
warning: harsh words, typo

***

"Ini jadi kalian enggak mau ngomong sampe berapa abad lagi?"

Janu memecah keheningan yang muncul diantara mereka berempat. Malam ini, Janu memang mengundang ketiga sahabatnya untuk makan di warkop. Katanya untuk selebrasi tapi entah selebrasi apa.

Hazmi dan Naufal sama-sama membuang muka. Kalau Hazmi sih karena dia masih malu dan canggung dengan Naufal. Makanya ketika Naufal membuang muka, Hazmi juga mengikuti ke arah berlawanan. Omong-omong, sudah hampir 2 minggu dua sahabat kita ini perang dingin. Bahkan di sekolah, mereka sudah tidak sebangku. Naufal bertukar posisi dengan Aji, jadi praktis tidak ada interaksi antara keduanya.

Janu berdecak, "hah padahal gue lagi bahagia ini dua orang malah masih aja berantem."

Raihan yang mendengar itu langsung menoleh ke Janu, "emang perayaan apa sih bang sampe ngajak makan di warkop? Perasaan lo lagi enggak menang lomba, bokap lo juga belom balik dari luar, terus kakak lo juga enggak lagi berbaik hati ngasih duit."

Janu yang mendengar pertanyaan Raihan langsung tersenyum lebar, "hehehe gue....jadian sama Sierra hehehe."

Jawaban Janu sontak membuat Naufal dan Hazmi yang tadinya tidak tertarik dengan pembicaraan Janu dan Raihan, langsung menoleh kaget.

"BUSET UDAH JADIAN AJA?"
"LAH UDAH JADIAN?!"

Raihan yang mendengar pertanyaan histeris Hazmi dan Naufal menggeleng sambil berdecak, "giliran begini aja langsung kompak banget astaga."

Janu yang mendengar itu mengangguk lalu mencibir dua orang yang sekarang membuang muka lagi. "Tau nih, sok-sok an berantem padahal sehati sejiwa cuman beda raga."

Hazmi melirik Naufal yang kembali membuang muka. Cowok itu sama sekali tidak mau melirik Hazmi yang duduk di serong kanannya. Hazmi cuma bisa menghela nafas lalu melirik Raihan juga Janu dihadapannya. Keduanya memberi senyum menenangkan Hazmi.

"Udah ah yok pesen yok gue traktir soalnya gue lagi seneng!" seru Janu berusaha menaikkan suasana yang canggung.

Ya Hazmi bisa bicara dengan Naufal setelah ini. Saat ini, mereka harus fokus merayakan Janu yang tumben-tumbennya banget berbaik hati mentraktir mereka karena telah jadian. Momen berharga ini tidak boleh dirusak karena pertengkaran dia dan Nopal.

"Yah ini baliknya gimana cuy? Tadi gue dateng bareng si Hazmi kan soalnya kita dari urusan futsal," Janu menoleh ke Hazmi, "lo mau balik sama siapa Mi?"

Setelah makan dan mengobrol, pukul sepuluh keempat pemuda ini memutuskan menyudahi pertemuan mereka. Saat ini keempatnya sedang berdiri di parkiran, bingung dengan pendelegasian siapa pulang dengan siapa.

"Jangan sama gue ya Mi, gue enggak balik ke rumah soalnya mau nginep di rumah Eyang gue." Raihan cepat-cepat menjawab ketika menangkap mata Hazmi meliriknya.

Janu mengangguk, "gue juga enggak bisa nih. Gue mau pergi ke rumah coach ngambil surat dispen anak kelas 10 yang enggak sengaja kebawa sama dia buat besok."

Hazmi menghela nafas, diam-diam melirik Naufal yang tidak bersuara. Mau meminta nebeng, enggak enak karena ekspresi Naufal yang datar dan tidak menawarkan apapun.

"Gue me-"

"Sama Nopal ajalah. Orang kalian satu gang, lucu amat baliknya misah-misah kayak pacar yang berantem aja." potong Raihan tiba-tiba.

Hazmi hanya bisa terperangah lalu menatap Raihan sebal. Objek yang ditatap hanya terkikik sambil memberi kode untuk mendekati Naufal. Hazmi melengos sebal.

FlippedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang