ajakan(beneran)

323 62 19
                                    

seperti biasa,
warning: harsh words, typos

***

"Apapun hasilnya nanti soal olimpiade. Entah lo dateng ataupun enggak, kasih tau gue. Gue mau ngasih hadiah buat lo deh karena udah bekerja keras."

Kalimat Hazmi sehari sebelum olimpiade terngiang di benak Kiran. Ah iya akhirnya Kiran memutuskan ikut olimpiade dan berusaha sekuatnya. Janji itu pula yang juga jadi salah satu pertimbangan sehingga Kiran akhirnya membatalkan niat kaburnya dan memilih berusaha dalam olimliade kemarin. Bahkan dengan semua yang terjadi, Kiran berhasil menduduki peringkat dua untuk olimpiade kimia-nya.

Sore ini, Kiran menanti Hazmi ditempat biasa sambil menyaksikan keluarga Si Ibu. Jantungnya sedikit berdebar, penasaran dengan hadiah apa yang akan diberikan Hazmi untuk dirinya.

"Wah udah duluan aja tumben."

Suara Hazmi yang menandakan kehadiran cowok itu membuat Kiran mengalihkan pandangnya sambil tersenyum lebar. Kiran juga melambaikan tangannya, memberi kode pada Hazmi untuk mendekat yang langsung di respon lelaki itu.

"Gue sangka lo mau libur dulu sehari, refreshing setelah burn out ngeliat soal kimia. Ternyata malah udah disini duluan," ujar Hazmi sesaat setelah ia duduk disebelah Kiran.

Tangannya kemudian bergerak mengeluarkan bungkusan makanan basah serta botol berisi makanan kecil untuk para kucing dan diserahkan pada Kiran. "Hari ini jadwal gue kan ya bawa makanan?" tanya Hazmi yang direspon Kiran anggukan dan langsung menerima makanan yang dibawa Hazmi.

Setelahnya, Kiran menyiapkan makanan untuk para anak kucing beserta induknya. Ia tidak memperhatikan Hazmi karena sibuk dengan makanan kucing sebelum tiba-tiba sebuah amplop terulur dihadapannya. Membuat Kiran mengangkat wajahnya dan menatap Hazmi yang sedang tersenyum.

"Sesuai perjanjian, gue mau kasih hadiah buat lo karena udah bekerja keras buat olimpiade ini dan dapet posisi dua," ujar Hazmi sambil menyerahkan sebuah amplop ditangannya dan diterima dengan wajah bingung Kiran.

"Gue buka sekarang boleh enggak?" tanya Kiran penasaran.

"Euuum sebenernya di rumah aja sih. Sendirian aja bacanya, nanti malu. Tapi terserah lo deh, baca aja silahkan." Hazmi mengedikkan bahunya, menyerahkan pilihan pada Kiran.

Gadis itu mengangguk lalu memasukkan amplop tersebut ke tasnya. Membuat Hazmi memasang raut bertanya.

"Kok lo masukin?"

"Gue baca dirumah aja. Kasian nanti lo malu kalo gue ledekin hehe siapa tau isinya memuji soal gue semua kan?" ujar Kiran kepedean dengan nada bercanda.

Hazmi terkekeh bersama Kiran sebelum akhirnya tersenyum dan mengangguk, "bener, isinya memuji lo semua makanya gue bilang sendirian aja nanti malu. Bukan buat gue, tapi buat lo."

Anjrit.

Dengan seringan kapas, Hazmi melontarkan kalimat itu. Membuat Kiran yang tadinya terkekah langsung membeku. Matanya terbelalak kaget, ia melirik Hazmi. Cowok itu juga sedang melihat dirinya yang shock dengan ekspresi geli.

"tuhkan, belom baca aja udah begini." Ledek cowok itu membuat Kiran langsung menabok pelan bahu Hazmi.

"Jangan godain gue elah." Seru Kiran kesal, Hazmi tertawa makin lebar.

Sisa sore itu akhirnya dipenuhi tawa geli Hazmi akibat Kiran yang masih salting. Tuhkan, cowok ini damagenya buat Kiran emang bahaya banget.

*

Sesampai di rumah, Kiran langsung bergegas naik ke kamarnya.

"Dek jangan lari-lari, jatoh kamu."

Seruan Mamanya membuat langkah Kiran terhenti, ia langsung menuju dapur. Senyumnya terurai dengan lebar, mengetahui ibunya sudah dirumah lebih dulu darinya. Dengan langkah riang, Kiran segera menghambur pada pelukan Mamanya.

FlippedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora